Kamis, 25 Desember 2014

Kisah Indah Menantu tentang Ibu Mertua yg menginspirasi


22 Desember 2014


Ibu Mertua dan Matematika Allah

“Waktu kecil, si Tedja itu paling  banyak maunya.  Berbeda dengan anak Ibu yang lain. “ Suara ibu mertuaku sedikit serak. Dia berdeham sebentar lalu melanjutkan bicaranya.

 “Kalau makan maunya yang enak-enak. Paling suka protes dengan menu yang biasa Ibu masak. Maunya dibuatkan masakan “bule”. Sandwich, atau apalah itu namanya. Ya mana bisalah. Ibu kan dulu harus cermat mengatur keuangan. Kalau menuruti semua keinginannya, bisa jeblok pengeluaran.” Tubuh Ibu terangguk-angguk seirama kursi goyang jati kesayangannya. Kursi itu dari Jepara, hadiah dari suamiku, Sutedja Eddy Saputra, yang dipanggil Ibu dengan sebutan kesayangan “ si Tedja”.

Duduk  dan mengobrol berdua Ibu di ruang tengah rumahnya seringkali aku lakukan kala mudik ke Palembang. Ibu paling senang menceritakan kisah-kisah masa lalunya. Masa kecil Akang, begitulah aku memanggil suamiku, adalah yang paling banyak diceritakannya.

“Dulu waktu dia masih di taman kanak-kanak, hampir setiap hari Ibu buatkan terigu goreng untuk bekal sekolahnya. Pilihan rasanya hanya dua, pake gula pasir atau pakai garam.” Ibu terkekeh, mengenang terigu goreng buatannya dengan dua rasa, versi manis dan versi gurih.

“Seringkali bekalnya tidak dimakan. Ya, tahu sendiri kan bagaimana rasa terigu goreng? Tedja protes keras. Minta dibuatkan bolu, dadar gulung, kroket atau kue lapis seperti bekal teman-temannya. Bukannya Ibu tidak bisa membuat makanan itu, selain dana yang terbatas, Ibu tidak punya waktu. Jam 5 subuh Ibu harus berangkat mengajar. Ibu bangun jam 4 dini hari, lalu masak untuk sarapan dan makan siang, mencuci piring dan bersih-bersih rumah. Mengurus rumah, suami dan 4 orang anak semua Ibu lakukan sendiri. Ibu dan Ayah tak punya cukup uang untuk menggaji pembantu. Gaji Ayah sebagai pekerja biasa hanya cukup untuk makan. Jadi Ibu harus bekerja supaya anak-anak bisa sekolah. Kalau si Tedja mulai protes lagi masalah terigu goreng itu, Ibu bilang padanya kalau Ibu  mendoakannya. Mudah-mudahan  di masa depannya dia bisa makan makanan enak apa saja yang dia mau.” Ibu mertuaku terdiam sejenak. Matanya menerawang.

Dalam hati aku mengagumi perempuan tangguh dihadapanku. Di masa lalu, sekitar tahun 1975,  hidup tidaklah mudah baginya. Jam 5 dini hari Ibu sudah berangkat menempuh jarak 60 Km. Jarak itu ditempuh selama 2 jam dengan 3 kali berganti kendaraan umum. Menjelang jam 7 barulah dia sampai di sekolah dasar tempatnya mengajar Matematika. Selesai mengajar, Ibu belanja sayuran ke pasar.  Dia  tiba kembali di rumah jam 4 sore. Hanya istirahat selama setengah jam saja, lalu pekerjaannya berlanjut. Ibu memasak untuk makan malam, mencuci pakaian, menyeterika dan kemudian menyiapkan bahan-bahan untuk mengajar besok. Begitulah kegiatannya setiap hari selama bertahun-tahun.

“Ibu terpaksa sangat ketat mengatur pengeluaran. Dewi tahu kan, gaji guru SD itu kecil?” Ibu melontarkan pertanyaan retoris seperti meminta persetujuanku.

“ Iya, Bu.”Jawabku singkat, lalu aku diam  menanti Ibu melanjutkan kisahnya.

“Rupiah demi Rupiah harus diperhitungkan hanya untuk hal-hal yang sangat penting, seperti  biaya sekolah. Itu prioritas utama. Ibu ingin anak-anak memperoleh pendidikan terbaik, sehingga kehidupannya jauh lebih baik dari Ibu dan Ayah . Cukuplah Ibu dan Ayah saja yang hidup susah. Harapan Ibu, anak-anak kelak bisa memberi kehidupan yang layak buat keluarganya.” Ibu merebahkan kepalanya di sandaran kursi goyang. Tangannya memilin-milin ujung daster yang dikenakannya.

 “Bukan Tedja namanya kalo tidak banyak keinginan. Tidak bosan-bosannya dia merayu Ibu kalau ingin dibelikan sesuatu. Tapi kebanyakan permintaanya Ibu tolak dengan tegas. Pokoknya kalau bukan untuk kepentingan sekolah, jangan harap bisa terlaksana.” Sudah bisa kubayangkan bagaimana tampang Akang bila permintaanya ditolak Ibu. Hihihi... pasti lucu sekali.

 “Hayoo... lagi ngegosip ya? Pasti Neng lagi tanya-tanya tentang Akang kan? Memang Akang ini menggemaskan, Neng. Suka bikin penasaran. Mengaku sajalah kalo Neng itu penggemar berat Akang!” Tiba-tiba Akang muncul di pintu samping, menggodaku dengan seringai lebar   di bibirnya.

“Ih apaan sih! Siapa yang ngegosip? Ini kisah nyata! Ibu cerita tentang kelakuan Akang yang antik waktu kecil. Lagian Akang tuh yang penggemar setia Neng. Neng sih biasa saja..” Balasku sambil meleletkan lidah. 

Pandanganku kembali beralih ke Ibu yang tersenyum-senyum dibuai kursi goyang.

Sebuah mobil sedan berwarna krem metalik memasuki halaman rumah, lalu diparkir masuk garasi. Ayah mertuaku turun, menutup pintu garasi dan melangkah ke dalam rumah.

“Wah, lagi ngobrol apa ini? “ Tanyanya ketika melihat kami. Babe, begitulah aku memanggil Ayah mertuaku, menyodorkan sebuah bungkusan padaku.

“Apa ini, Be? “ Aku mengambil bungkusan itu. Terasa hangat ketika kupegang.

“Pisang goreng.”Jawab Babe singkat.

Aku bergegas ke dapur, membuka bungkusan  dan meletakkan potongan-potongan pisang goreng hangat itu di sebuah piring lebar. Piring itu kubawa ke ruang tengah..

“Ini Bu, pisang gorengnya.” Kusodorkan piring lebar itu ke hadapan Ibu. Tangan Ibu  terjulur menelusuri piring, sedikit meraba, lalu Ibu meraih sebuah pisang goreng  dan mengigitnya pelan-pelan.

Hatiku getir memandang wajah Ibu. Tubuh Ibu memang sehat. Gula darah, asam urat, dan tekanan darahnya normal, tapi matanya... Sudah beberapa tahun belakangan ini Ibu tidak mampu melihat dengan baik. Tepatnya, hampir buta. Kalau diperhitungkan dengan presentasi, penglihatan Ibu hanya tinggal 5 persen saja. Dunia bagi Ibu bagaikan siluet gelap tak ubahnya gambar klisi foto zaman dulu. Syaraf-syaraf matanya mengalami gangguan. Terasa sakit bila berhadapan dengan cahaya. Makin terang cahaya makin sakit matanya. Bukannya tak pernah diobati. Sudah tak terhitung usaha menyembuhkan penyakitnya. Tapi dokter-dokter itu angkat tangan. Menyerah.

“Tedja itu paling keras kepala.” Babe menggelengkan kepalanya mengenang masa lalu.“ Dalam banyak hal dia teguh menjalankan pendiriannya, tak perduli pendapat orang. Tapi Alhamdulillah, dia masih mau menuruti kehendak Babe, meskipun dengan setengah hati. Coba bayangkan, tamat SMA dengan yakinnya si Tedja mau mendaftar kerja  jadi satpam, Wi!” Babe menatapku lekat-lekat, lalu melanjutkan bicaranya.

“Entah  di mana pikirannya waktu itu. Susah payah Ibu dan Babe berjuang kerja keras membangun masa depan yang lebih cerah untuknya, lalu dengan entengnya dia bilang mau kerja jadi satpam. Apa jadinya kalau Babe biarkan keinginannya itu. Bukan bermaksud merendahkan profesi satpam, tapi kenyataannya penghasilan satpam itu jauh lebih kecil dibandingkan penghasilan Ibu dan Babe. Bukan seperti itu masa depan yang kami harapkan buat Tedja. Babe marah besar waktu itu.” Babe sedikit terlarut dalam kenangannya. Dia menghelas nafas sebelum melanjutkan kisahnya.

 “Lalu Babe  mengurus sendiri pendaftaran Tedja untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi negri. Babe yang mengantri ambil formulir,  mengisi data-data, memilihkan jurusan teknik mesin  serta melengkapi segala persyaratannya. Si Tedja hanya tinggal menandatangani formulir itu dan mengikuti ujian masuk. Hati Babe dan Ibu baru lega waktu Tedja dinyatakan lulus di Universitas Sriwijaya, jurusan teknik mesin sesuai harapan Babe. Untunglah dia mau membatalkan niatnya jadi satpam.”

Akang yang selonjoran di sofa tak jauh dariku cengengesan mendengar kisah hidupnya “di putar ulang”.

“Wi, coba lihat di kamar itu.” Telunjuk Ibu terarah ke sebuah kamar di sisi kanan. Ibu yang hampir tak dapat melihat sudah hafal letak-letak kamar dan barang-barang di rumahnya. Semua akan berjalan lancar bila tak ada barang yang diubah letaknya. Hanya di rumah ini Ibu merasa nyaman. Bila dia berada ditempat lain, dia akan mengalami kesulitan. Berjalan harus dituntun, kalau tidak dia bisa terjatuh atau  menabrak barang-barang.

 “Itu dulu kamar Tedja. Dinding kamar itu  penuh ditempelinya gambar macam-macam motor. Motor yang besar-besar , berbagai warna dan ukuran, entah apa merknya Ibu tidak mengerti. Ibu pernah marah karena dinding jadi kotor. Tapi Tedja berkeras, katanya dia ingin punya motor seperti yang di gambar itu. Memang dia tidak minta  dibelikan, karna dia juga pasti tahu kemampuan Ibu dan Ayah. Mengharapkan kami bisa membelikannya motor seperti itu ibarat pepatah jauh panggang dari api. Siapa sangka ternyata keinginannya memiliki motor-motor besar sekarang terwujud.” Senyum Ibu mengembang . Lalu dia  mengunyah perlahan. Pisang goreng di tangannya hampir habis.

“Tedja itu perayu paling gigih. Dia menghasut Ibu untuk membeli motor bebek. Ya, motor bebek adalah yang paling masuk akal bisa dibeli seorang guru SD seperti Ibu. Alasannya untuk dipakai kuliah. Hah, pintar sekali dia berargumentasi!” Ibu memasukkan potongan  pisang goreng terakhir ke mulutnya. Kursi goyangnya masih terangguk-angguk.

“Tuh, Neng. Ibu saja mengakui kalau Akang ini pintar. “ Serobot Akang. Tangan isengnya menarik-narik ujung jilbabku.

“Diam kenapa,sih. bawel!” Balasku sebal. Ku hadiahkan cubitan kecil di punggung tangannya hingga dia terpekik lirih, meski masih sambil cengengesan.

 Ibu kembali berkata “Menurutnya motor bebek bisa menunjang kegiatan kuliah, begitulah teori si Tedja. Lama-lama Ibu luluh juga kena rayuannya. Akhirnya Ibu beli motor bebek tahun 1990, dengan cara kredit, menyisihkan uang gaji Ibu.” .

“Hahaha... Kreditnya 5 tahun, Neng.  Karena Akang yang minta belikan motor, jadi  Akanglah yang harus melakukan tugas rutin menyetor cicilan  ke Bank BNI di Jl. Jendral Soedirman sana.  Setiap bulan selama 5 tahun Akang menyambangi bank itu, sampai kenal sama petugas teller yang menerima pembayarannya. Seorang perempuan muda, namanya Akiko.” Sambil bicara Akang mengerling nakal ke arahku.

“Aiih, jadi maksudnya apa? Mau bikin Neng cemburu? Sorry lah yaauu...” Balasku tergelak.

“Lho, jadi Neng tidak mau tahu, siapa cewek beruntung yang pertama kali dibonceng naik motor itu?” Goda Akang.

Pluk! Ku lemparkan bantal kursi dengan gemas ke arahnya.

Tawa Akang makin membahana diiringi gelak tawa Ibu dan Babe.

“Si Wati, Wi. Cewek yang beruntung itu.” Timpal Babe. Wati adalah adik iparku, adik kandung Akang.


Ibu Mertuaku
Bibirku mengerucut melihat tampang Akang yang  puas menggodaku. Diam-diam aku merasa lega. Hehe..

Kisah pun berlanjut.

“Ibu adalah manager keuangan yang hebat. Uang gajinya yang sedikit itu bisa diaturnya untuk membiayai sekolah 4 anak. Sementara uang gaji Ayah untuk makan dan biaya sehari-hari. Dia punya kiat menabung uang yang sedikit-sedikit itu  sehingga bisa membiayai sekolah sampai sarjana, bahkan untuk membangun rumah.” Ujar Babe. Mendengar pujian Babe, Ibu mertuaku tersenyum.

“Wah, uang yang sedikit bisa untuk membangun rumah sebesar ini ? Bagaimana caranya, Bu?” Rasa ingin tahu menggelitikku.

Ibu terkekeh mendengar pertanyaanku. Rumah tua milik mertuaku lumayan besar, terdiri dari 2 lantai, 5 kamar tidur, 2 kamar mandi, 2 ruang tamu, ruang komputer, ruang kerja di lantai 2, satu ruang keluarga dan dapur.

 “Uang yang sedikit itu, bila hanya disimpan tak akan bisa menghasilkan apa-apa.  Sambil berdoa memohon rezeki dari Allah SWT, Ibu upayakan setiap bulannya selalu menyisihkan uang buat tabungan. Uang tabungan itu dikumpulkan, lalu  Ibu belikan emas. Waktu itu harga emas masih relatif murah. Di Palembang, emas lebih dikenal dalam satuan suku. Biasanya bentuknya berupa emas perhiasan. Satu suku emas  beratnya setara dengan  6,7 gram. Kalau tidak salah  waktu itu satu suku emas harganya Rp. 750,-” Ibu menarik nafas. Wajahnya tampak bersemangat membagikan rahasia pengelolaan keuangan yang brilian pada aku, sang menantu.

“Harga emas merambat naik, lalu naik sangat drastis. Bayangkan saja, dari harga awalnya  Rp. 750,-per suku emas, lalu  merambat  naik hingga suatu hari mencapai Rp. 3.000,-. ! Kenaikan harga yang hebat sekali. Empat kali lipat!” Ibu berseru sambil menggelengkan kepalanya, takjub oleh peristiwa di masa lalunya .

Aku memandang wajah Ibu tak berkedip akibat tersengat rasa kagum. Hebat sekali Ibu sudah mengerti investasi emas sejak dulu. Dari mana datangnya ide menabung emas kalau bukan dari petunjuk Allah. Kerja keras, kesabaran,keteguhan dan doa tampaknya menjadi senjata Ibu menghadapi kesulitan. Dan semua telah terbayar lunas.

“Alhamdulillah. Rumah besar bisa dibangun, dan sekolah anak-anak bisa Ibu biayai sampai sarjana. Empat anak sekarang sudah memberi cucu-cucu yang sehat. Hidup mereka sudah mapan, sejahtera dan berbahagia dengan keluarga masing-masing.  Ibu tak keberatan Allah mengambil penglihatan Ibu karena penyakit syaraf mata ini. Tak apa-apa. Toh sebagian besar doa Ibu sudah dikabulkanNya. Nikmat Allah sungguh berlimpah. “ Ucap Ibu penuh rasa syukur.

Ingin rasanya aku memeluk Ibu, berterimakasih untuk semua tetes keringat, jerih payah dan perjuangan demi masa depan anak-anaknya. Kehidupan nyaman yang sekarang aku nikmati bersama Akang dan anak-anakku tentu saja merupakan buah dari ikhtiar Ibu dan Ayah mertuaku. Merekalah yang  membekali Akang dengan pendidikan sebagai modal utama memperoleh penghidupan.

Aku memandangi Ibu sambil tersenyum. Ibu adalah seorang yang sangat teguh memegang komitmen untuk menjaga skala prioritas nomor 1 untuk pendidikan anak-anaknya. Di balik sosok yang sederhana, Ibu mertuaku punya pemikiran yang sama sekali tidak sederhana. Tanpa dia sadari, dia adalah seorang perencana yang hebat. Dia mampu membuat estimasi biaya sekolah dan kuliah untuk beberapa tahun kedepan.  Dia mampu menabung dengan strategi jitu hingga nilai tabungannya tidak merosot tergerus inflasi. Siapa sangka uang yang sedikit bisa menjadi bukit? Matematika Allah sungguh berbeda dengan perhitungan manusia, bahkan perhitungan seorang guru Matematika  seperti Ibu. Allah Maha Besar!



Jumat, 12 Desember 2014

Ini yang Lebih Dikhawatirkan Rasulullah atas Umatnya daripada Dajjal

Ini yang Lebih Dikhawatirkan Rasulullah atas Umatnya daripada Dajjal

ilusrasi Dajjal © ibsudistudio
Dajjal adalah fitnah yang besar bagi manusia di akhir zaman, tidak terkecuali bagi umat Islam. Dengan kemampuan dan kekuatannya yang aneh, banyak manusia akan menjadi pengikutnya.
Dari hadits-hadits shahih yang menerangkan tentang Dajjal, disebutkan bahwa Dajjal bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara cepat. Dajjal bisa memanggil syetan agar menyerupai orang yang telah meninggal untuk bertemu dengan anaknya agar mengakui Dajjal sebagai Tuhan. Dajjal juga bisa ‘mendatangkan’ hujan dan memerintahkan benda mati menuruti keinginannya. Banyak orang yang tertipu dengan kehebatan Dajjal. Karenanya, Rasulullah mengkhawatirkan umatnya atas fitnah Dajjal ini.
Namun, ada hal yang lebih dikhawatirkan Rasulullah atas umatnya daripada fitnah Dajjal. Apa itu? Abu Sa’id Al Khudri meriwayatkan:

خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ. قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami sedangkan kami masih membicarakan al Masih ad Dajjal. Maka beliau bersabda, ‘Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang lebih aku khawatirkan atas kalian daripada al Masih ad Dajjal?’ Kami menjawab, ‘Mau, ya Rasulallah.’ Beliau bersabda, ‘Syirik khafi. Yakni seseorang mendirikan shalat, lalu dia memperindah shalatnya karena merasa ada orang yang melihat shalatnya.’” (HR. Ibnu Majah; shahih)
Inilah hal yang lebih dikhawatirkan Rasulullah menimpa umatnya daripada datangnya Dajjal. Sririk khafi. Syirik yang samar. Begitu samar bisa jadi orang tidak menyadari bahwa dirinya telah berbuat demikian. Salah satu contohnya adalah memperindah shalat karena merasa dilihat orang.
Pada surat Al Ma’un disebutkan bahwa ada orang yang menunaikan shalat tapi celaka. Yakni orang yang lalai dalam shalatnya. Diantara bentuk kelalaian itu adalah ia melalaikan Allah, tetapi justru memikirkan orang yang melihat shalatnya. Ia tidak ingat Allah, tetapi ingat betul terhadap manusia yang melihat dirinya.
Seberapapun bahaya Dajjal, ia kelihatan dan dapat diketahui tanda-tandanya secara fisik. Namun soal syirik khafi ini, ia begitu halus sehingga orang yang tengah shalat pun bisa terkena.
Seberapapun bahaya Dajjal, ia tidak bisa memasuki Makkah dan Madinah. Namun soal syirik khafi ini, ia bisa menimpa muslim mana pun termasuk yang tinggal di Makkah dan Madinah.
Mari kita berdoa semoga dilindungi Allah dari seluruh syirik, baik syirik yang terang-terangan (syirik jali) maupun syirik yang samar-samar (syirik khafi):

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun kepada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/bersamadakwah]
sumber :http://bersamadakwah.net/2014/12/ini-yang-lebih-dikhawatirkan-rasulullah-atas-umatnya-daripada-dajjal/

Senin, 01 Desember 2014

Portable Photography Studio: Perfect for Wargaming Figures

Portable Photography Studio: Perfect for Wargaming Figures

One of my better wargaming purchases in the last few years was a “HQ Portable Mini Camera Photography Lighting Studio”. Basically a small home photography studio and great for taking close ups of wargaming figures.

This particular portable photography studio doesn’t appear to be available any more but there are others that are basically identical. For example check out a very similar one from Amazon (USA, UK, and Canada).


Portable Photography Studio – Packed

As you can see the kit packs up very small – it is about 54cm a side. Included in the pack are:
  • 1 x black colour heavy textile bag
  • 1 x Portable Lighting Tent size 50x50x50cm
  • 2 x 50 watt Lights with tripod stands
  • 1 x Adjustable Weighted Camera Stand
  • 4 x coloured background sheets (blue/red/white/black)
Portable Photography Studio - Unpacked
Portable Photography Studio – Unpacked

The lighting tent and lamps are where the value is for me. The lighting tent folds out from the bag. Basically forms a white box with one open side. The tent means that the light from the lamps is diffuse rather than direct. At 50 watts the lamps are quite bright enough for the job. But they get very, very hot. You can smell them burning. Don’t touch them – it’ll hurt.

Portable Photography Studio - Lights on
Portable Photography Studio – Lights on

I’m not a fan of the camera stand. It is okay in terms of height but suffers from wobble because the arm is springy. If I adjust the camera it takes a couple of seconds for the stand to stop oscillating. I would recommend getting a gorilla stand instead. Amazon have gorilla tripods (USA, UK, and Canada). I don’t use the coloured background sheets – of any colour. Instead I use some customised scenery pieces inside the light box. I use my background photo I collected from google of Spanish countryside and a flocked base board. Then, if necessary, I add a house, hedges and trees.

Portable Photography Studio - with background
Portable Photography Studio – with background
Portable Photography Studio - Close up of Background
Portable Photography Studio – Close up of Background

Here is an example of a shot using this set up. In this case Napoleonic Portuguese Line Infantry.
Portuguese 10th Line Infantry - Column
Portuguese 10th Line Infantry – Column
Disclaimer: Some of the links contained within this page have my referral ID (e.g., Amazon), which provides me with a small commission for each sale. Thank you for your support
sumber : http://balagan.info/portable-photography-studio-perfect-for-wargaming-figures

Siapa Bilang Pacaran Haram ??


Siapa Bilang Pacaran Haram ??
Segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya kepadaNya kita memuji, meminta tolong, memohon ampunan, bertaubat dan memohon perlindungan atas kejelekan-kejelekan diri dan amal-amal yang buruk. Barangsiapa yang diberi Allah petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesesatkannya dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang dapat memberikannya hidayah taufik. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan tiada sekutu baginya. Aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hambaNya dan UtusanNya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan para sahabatnya ridwanulloh ‘alaihim jami’an.
Adalah suatu hal yang telah menyebar luas dikalangan masyarakat sebuah kebiasaan yang terlarang dalam islam namun sadar tak sadar telah menjadi suatu hal yang sangat sering kita lihat bahkan sebahagian orang menganggapnya adalah suatu hal yang boleh-boleh saja, kebiasan tersebut adalah apa yang disebut sebagai pacaran. Oleh karena itu maka penulis mencoba untuk memaparkan sedikit tinjauan islam tentang hal ini dengan harapan penulis dan pembaca sekalian dapat memahami bagaimana islam memandang pacaran serta kemudian dapat menjauhinya.
Pacaran yang dikenal secara umum adalah suatu jalinan hubungan cinta kasih antara dua orang yang berbeda jenis yang bukan mahrom dengan anggapan sebagai persiapan untuk saling mengenal sebelum akhirnya menikah[1].
Inilah mungkin definisi pacaran yang banyak tersebar dikalangan muda-mudi. Maka atas dasar inilah kebanyakan orang menganggap bahwa hal ini adalah suatu yang boleh-boleh saja, bahkan lebih parahnya lagi dianggap aneh kalau menikah tanpa pacaran terlebih dahulu –wal ‘iyyadzubillah –. Lalu jika demikian bagaimanakah tinjauan islam tentang hal ini? Berikut penulis coba jelaskan sedikit kepada pembaca –sesuai dengan ilmu yang sampai kepada penulis– bagaimana islam memandang pacaran.
Pacaran adalah suatu yang sudah jelas keharamannya dalam islam, dalil tentang hal ini banyak sekali diantaranya adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla :
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”. (Al Isra’ [17] : 32).
Ayat ini adalah dalil tegas yang menunjukkan haramnya pacaran.
Berkaitan dengan ayat ini seorang ahli tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah- mengatakan dalam tafsirnya,
Larangan mendekati suatu perbuatan nilainya lebih daripada semata-mata larangan melakukan suatu perbuatan karena larangan mendekati suatu perbuatan mencakup larangan seluruh hal yang dapat menjadi pembuka/jalan dan dorongan untuk melakukan perbuatan yang dilarang”.
Kemudian Beliau –rahimahullah- menambahkan sebuah kaidah yang penting dalam hal ini,
Barangsiapa yang mendekati suatu perbuatan yang terlarang maka dikhawatirkan dia terjatuh pada suatu yang dilarang[2].
Hal senada juga sebelumnya dikatakan penulis Tafsir Jalalain demikian juga Asy Syaukanirahimahullah- namun Beliau menambahkan, “Jika suatu yang haram itu telah dilarang maka jalan menuju keharaman tersebut juga dilarang dengan melihat maksud pembicaran[3]. Bahkan diakatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaiminrahimahullah-,termasuk dalam ayat ini larangan melihat wanita yang bukan istrinya (yang tidak halal baginya, pen.), mendengarkan suaranya, menyentuhnya, sama saja apakah ketika itu dia sengaja untuk bersenang-senang dengannya ataupun tidak”[4]. Dari penjelasan para ulama ini jelaslah bahwa pacaran dalam islam hukumnya haram karena pacaran termasuk dalam perkara menuju zina yang Allah haramkan ummat nabiNya untuk mendekatinya.
Jika ada yang mengatakan bahwa pacaran belumlah dapat dikatakan sebagai perbuatan menuju zina, maka kita katakan kepadanya bukankah orang yang paling tahu tentang perkara yang dapat mendekatkan ummatnya ke surga dan menjauhkannya dari api neraka telah mengatakan :
وَ احْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ وَ غَضُّوْا أَبْصَارَكُمْ وَ كَفُّوْا أَيْدِيَكُمْ
Jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan-pandangan kalian dan tahanlah tangan-tangan kalian”.[5]
Dalam hadits yang mulia ini terdapat perintah untuk menundukkan pandangan dan
hukum asal dari suatu perintah baik itu perintah Allah ‘Azza wa Jalla ataupun perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dan adanya tunututan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dengan segera[6].
Maka jelaslah bahwa pacaran adalah suatu yang diharamkan dalam islam.
Kemudian jika ada yang mengatakan kalau seandainya pacaran tidak dibolehkan maka bagaimanakah dua orang insan bisa menikah padahal mereka belum saling kenal?
Maka kita katakan pada orang yang beralasan demikian dengan jawaban yang singkat namun tegas bukankah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik petunjuk? Bukankah Beliau adalah orang yang paling kasih kepada ummatnya tidak memberikan petunjuk yang demikian? Firman Allah ‘Azza wa Jalla,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, amt berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (At Taubah [9] : 128).
Kata حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ pada ayat di atas ditafsirkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dirahimahullah- berarti bahwa, “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mencintai kebaikan kepada kita ummatnya, mengerahkan seluruh kesungguhannya dalam rangka menyampaikan kebaikan kepada mereka, bersemangat untuk dapat memberikan hidayah (irsyad, pent.) berupa iman kepada mereka, tidak suka jika kejelekan menimpa mereka dan menegerahkan seluruh usahanya untuk menjauhkan mereka dari kejelekan[7]. Dengan demikian ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling kasih pada ummatnya dan paling menginginkan kebaikan untuk mereka namun Beliau tidaklah mengajarkan kepada ummatnya yang demikian. Simak pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِىٌّ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ
Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelumku kecuali wajib baginya menunjukkan kepada umatnya kebaikan yang dia ketahui untuk umatnya, dan mengingatkan semua kejelekan yang dia ketahui bagi umatnya…”.[8]
Maka hendak kemanakah lari orang yang berpendapat kalau seandainya pacaran tidak dibolehkan maka bagaimanakah dua orang insan bisa menikah padahal mereka belum saling kenal? Bukankah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan dan mempraktekkan bagaimana tatacara menuju pernikahan? Apakah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan kepada kita  cara mencari pasangan hidup dengan pacaran? Wahai pengikut hawa nafsu hendak kemanakah lagi engkau palingkan sesuatu yang telah jelas dan gamblang ini ??!!!
Kalau seandainya yang demikian dapat mengantarkan kepada kebaikan tentulah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkannya kepada kita.
Sebagai penutup kami nukilkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang posisi shaf laki-laki dan perempuan dalam sholat, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan :
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama, sejelek-jeleknya adalah yang paling akhir dan Sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling akhir, sejelek-jeleknya adalah adalah yang paling awal”.[9]
Maka renungkan wahai saudaraku
apakah lebih layak orang –bukan suami istri­­– yang tidak sedang dalam keadaan beribadah kepada Allah untuk berdekatan, berdua-duan dan bermesra-mesraan serta merasa aman dari perbuatan menuju zina padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia mengatakan yang demikian !!!??
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan :
ما نَهَيتُكُمْ عَنْهُ ، فاجْتَنِبوهُ
“Semua perkara yang aku larang maka jauhilah[10]
Allahu Ta’ala a’lam bish showaab, mudah-mudahan yang sedikit ini dapat menjadi renungan bagi orang-orang yang masih melakukannya dan bagi kita yang tidak mudah-mudahan Allah jaga anak keturunan kita darinya.


Menjelang malam, 17 Jumadi Tsaniyah 1430/11 Juni 2009.


Abu Halim Budi bin Usman As Sigambali
Yang selalu mengharap ampunan Robbnya

[1] Jika tujuannya seperti ini saja terlarang bagaimana jika tidak dengan tujuan yang demikian semisal hanya ingin berbagi rasa duka dan bahagia ??!! Tentulah hukumnya lebih layak untuk dikatakan haram. [2] Lihat Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan hal. 431 terbitan Dar Ibnu Hazm Beirut, Libanon.
[3] Lihat Fathul Qodhir hal. 258, terbitan Maktabah Syamilah.
[4] Lihat Syarh Al Kabair hal. 60 terbitan Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut, Lebanon.
[5] HR. Ibnu Khuzaimah no. 91/III, Ibnu Hibban no. 107, Al Hakim no. 358-359/IV, Ahmad no. 323/V, Thobroni no. 49/I dan Baihaqi no. 47/II, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1525.
[6] Lihat Ushul Min Ilmi Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin –rahimahullah- hal. 24 terbitan Darul Aqidah Iskandariyah, Mesir.
[7] Lihat Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan hal. 334 terbitan Dar Ibnu Hazm Beirut, Libanon.
[8] HR. Muslim no. 1844 dari jalan Ibnu Amr radhiyallahu ‘anhu.
[9] HR. Muslim no. 132 dan lain-lain.
[10] HR. Bukhori no. 7288, Muslim no. 1337.
sumber : http://alhijroh.com/adab-akhlak/siapa-bilang-pacaran-haram/

Menikah Tanpa Cinta! Bisakah Bahagia?

Menikah Tanpa Cinta! Bisakah Bahagia?
 
Kebahagiaan adalah hal yang paling penting dan mendasar dalam hidup manusia. Merasakan kebahagiaan seutuhnya adalah saat kita bisa hidup damai dengan apa yang kita miliki. Begitu banyak orang yang hidup dalam gelimang kemewahan tetapi mereka tidak merasakan kebahagiaan di hatinya.
Dan sebaliknya banyak orang yang hidup kekurangan secara materi tetapi meraka sangat bahagia. Mengapa bisa begitu? Karena mereka ikhlas menerima keadaannya dengan selalu bersyukur dan memelihara CINTA dalam hati mereka. Cinta itulah yang akhirnya membuat mereka kaya dari segala kemiskinannya.
Salah satu cara mewujudkan kebahagiaan dari cinta adalah dengan menikah. Bisa menikah dengan orang yang kita cintai adalah dambaan setiap orang. Sebelum memutuskan untuk menikah hal pertama yang akan menjadi pertimbangan seseorang adalah “apakah aku mencintai dia atau tidak?.” Cinta menjadi sangat perlu bagi sebagian besar orang sebelum membina hubungan dalam rumah tangga. Karena jika ada cinta apapun kesulitan yang akan mereka hadapi pasti dapat teratasi.
Saya sering bertemu sahabat yang seumuran saya belum menikah. Ketika saya tanya “mengapa belum menikah, bukankah sudah punya pacar?” jawabannya “saya sudah putus karena saya tak mencintainya.”
Mungkin keputusan mereka tepat memilih tidak menikah dengan orang yang tidak mereka cintai. Di pikiran mereka, tidak akan dapat hidup bahagia dengan orang yang sama sekali tidak dicintainya. Menikah tanpa cinta sama saja menyiksa diri. Karena kita akan berkorban perasaan, berpura-pura cinta yang pada akhirnya menderita.
Tidak hanya itu, ada banyak konsekuensi yang akan dihadapi saat memilih menikah tanpa cinta. Diantaranya adalah, rumah tangga yang dijalani tanpa cinta akan terasa hambar, ibarat sayur tanpa garam. Peran masing-masing individu dalam rumah tangga mungkin akan menjadi beban dan akhirnya itu akan menyiksa.
Pertengkaran antara suami dan istri akan mudah terjadi jika tak saling mencintai. Karena menikah adalah menyatukan dua individu yang berbeda. Banyak hal yang akan terjadi dan dihadapi dari sudut pandang yang berbeda. Hal kecil bisa memicu timbulnya percekcokan, akhirnya saling menyalahkan dan bertengkar.
Namun ternyata tidak semua orang menilai pernikahan yang diawali tanpa cinta itu akan menderita. Sebagian memilih tetap menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Tentu saja ini terjadi dengan berbagai alasan. Karena dijodohkan, karena faktor pendidikan atau ekonomi yang menjadi standar acuan bagi orang itu untuk mencari jodoh. Atau karena faktor usia, hingga keputusan untuk menikah dengan siapa saja diterima. Termasuk dengan orang yang tak dicintai sekalipun.
Dalam pandangan mereka, cinta itu akan datang bersama waktu. Intensitas pertemuan, interaksi terus menerus mereka percaya mampu menumbuhkan benih-benih cinta. Ini bukanlah pandangan yang salah. Karena cinta bisa datang kapan saja, dan dimana saja.
Mereka membuktikan bisa bahagia menikah dengan orang yang tak dicintai. Lalu apa rahasianya?. Mereka menerima pasangannya dengan ikhlas, bahwa dialah jodoh terbaik yang dipilihkan Tuhan untuk menjadi teman hidupnya. Dia menumbuhkan kasih sayang di hatinya untuk pasangannya.
Cinta yang diawali oleh rasa kasihan ini, mungkin berbeda dengan cinta yang datang dengan tiba-tiba. Tetapi dia selalu berusaha setiap saat memupuk dan memelihara rasa cinta itu sehingga pada akhirnya diapun merasakan kebahagiaan dalam rumah tangganya.
Ini berarti bahwa anggapan menikah tanpa dilandasi cinta akan menderita tidaklah sepenuhnya benar. Karena terbukti banyak yang berhasil dan bahagia membangun mahligai rumah tangga. Dan sebaliknya toh juga banyak pasangan yang menikah dengan cinta di awalnya namun ternyata akhirnya berpisah.
Cinta memang aneh, karenanya orang bisa merasakan berbagai perasaan. Cinta memberikan rasa aman. Cinta membuat segalanya menjadi indah. Cinta memberi warna dalam hidup. Cinta adalah anugerah dari yang Maha Kuasa
So jika anda belum menikah pertimbangkanlah dengan baik dengan siapakah anda akan menikah? Orang yang anda cintai atau tidak? Jika tidak, bersiaplah bagaimana agar anda bisa belajar mencintainya.
Jika hari ini anda telah menikah, terpenting adalah bagaimana merawat agar cinta tehadap pasangan anda terus bertambah. Pelihara dan tumbuhkanlah cinta itu dan sertailah dengan kasih sayang.
Saat anda bisa saling mencintai setiap saat. Kala itulah kebahagiaan akan menjadi milik anda. Andalah orang paling kaya di dunia ini. Apalagi jika Tuhan memberkahi cinta dan kasih sayang anda dan pasangan. Kebahagiaan yang akan anda dapatkan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat nanti. Semoga… Amiin!
Selamat pagi.
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2012/03/02/menikah-tanpa-cinta-bisakah-bahagia-443695.html