The beauty of the universe has taught me to be grateful to the Creator.
Indonesia sangat terkenal memiliki beragam budaya di setiap daerahnya, salah satunya di kabupaten pinrang tepatnya di desa ujung lero. Di desa ini mayoritas masyarakatnya berasal dari suku mandar, sehingga sebuah tradisi tahunan yang mereka selenggarakan tak lepas dari budaya suku mandar.
Acara unik ini mereka sebut “nyareng pattuddu” yang artinya kuda menari. Nyareng pattuddu diselenggarakan dalam rangkaian acara maulid nabi Muhammad SAW, sebanyak kurang lebih 24 kuda berasal dari sulawesi barat yang ditunggangi 2 (dua) orang anak yang berpakaian adat bugis “baju bodo” didampingi rombongan dari masing-masing keluarga besar anak tersebut, setelah dibuka langsung oleh pejabat setempat, setiap kuda mulai berjalan sambil menari melewati panggung diiringi musik gendang dan diarak mengelilingi kampung ujung lero.
Masing-masing kuda yang mengelilingi kampung mempertontonkan tarian yang diajarkan pemiliknya, mulai dari jumping, geleng-geleng kepala, hingga gerakan kaki yang mengundang tawa. Anak yang menunggangi kuda juga ada yang bergoyang, tertawa hingga histeris ketakutan.
dDikutip dari => http://adhyphotography.wordpress.com/2013/04/10/budaya-mandar-nyareng-pattuddu-di-tanah-bugis-pinrang/
Tradisi Kuda Menari Ramaikan 20 Anak Khatam Quran Di Desa Ujung Lero Suppa Pinranghttp://makassartv.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=10710:tradisi-kuda-menari-ramaikan-20-anak-khatam-quran-di-desa-ujung-lero-suppa-pinrang&catid=34:berita-daerah&Itemid=58 |
Pinrang, 5 april 2013.
Masyarakat mandar yang tinggal di desa ujung lero kecamatan suppa kabupaten Pinrang menggelar pesta tahunan unik yakni kuda menari atau sayyang pattudu. Tarian ini merupakan perayaan bagi seorang anak yang baru saja menghatamkan quran.
Tradisi sayyang pattuddu merupakan tradisi yang digelar pada khatamul alquran yang dirangkaikan maulid nabi muhammad saw. 22 kuda menari mengantar pada anak anak yang telah dinyatakan tamat mengaji berkeliling kampung.kuda yang dihiasi bak kuda tunggangan raja dituntun oleh seorang kalinda'da dan di kendalikan oleh pissawe mengenakan pakaian adat sulawesi baju bodo.
Anak yang duduk diatas punggung kuda pattuddu itu, juga dipayungi dengan payung yang dikenal dengan istilah lallang to tamma atau payung khusus untuk anak yang sudah menamatkan alquran.
Aslam patonangi bupati Pinrang mengatakan:
(acara ini subtansinya adalah tradisional peringatan maulid dirangkaikan dengan khataman quran anak desa lero......acara ini akan menjadi kalender objek wisata kabupaten Pinrang)
Kuda menari ini khusus didatangkan dari sulawesi barat sebab di Pinrang khususnya desa ujung lero tidak terdapat kuda yang dilatih khusus untuk menari yang diiringi rebana." biaya sewa se ekor kuda pattuddu itu mencapai Rp. 1 juta perekor ". Su.
Sayyang Pattu’du, Aktraksi Budaya Mandar Bernuansa Religi |
Makassar, 20 maret 2012.
Atraksi kuda menari atau yang lazim
disebut sayyang pattu’du adalah salah satu atraksi budaya unik dari suku
Mandar sulawesi barat. Sayyang pattu’du yang diiringi pukulan rebana
dengan syair lagu bernuansa islam-Mandar biasanya dilaksanakan pada
acara maulid perkawinan dan khatam alquran.
Kuda yang lihai menari dengan cara manggut-manggut dan
menggoyangkan kaki serta pinggulnya ini bisa kita jumpai di kabupaten
polewali Mandar sulawesi barat. Dalam berbagai acara syukuran yang
dilaksanakan warga suku Mandar atraksi sayyang pattu’du atau kuda menari
adalah salah satu warisan budaya suku Mandar yang unik dan bernuansa
religi.
Uniknya atraksi kuda terlatih ini ditunggangi oleh
kebanyakan gadis jelita kemudian diarak keliling kota dengan diiringi
tabuhan rebana. Sepanjang jalan yang dilalui kuda akan terus menari dan
bergoyang mengikuti iringan musik bernuansa islami. Untuk lebih
melestarikan warisan budaya ini pemerintah setempat menggelar sayyang
pattu’du yang dikemas dalam pertunjukan berbentuk karnaval.
Keunikan
atraksi ini mampu menyedot perhatian ribuan warga di sepanjang jalan
yang dilalui. Seperti masyarakat di desa pambusuang kecamatan balanipa
polewali Mandar. Warga maupun wisatawan dibuat bergembira dan ikut
menari. Acara seperti ini merupakan perpaduan antara pelestarian budaya
dengan syiar agama. Dimana dahulu kala kuda menari merupakan alat
penyebaran agama islam di tanah Mandar.
Selain pada perayaan
maulid sayyang pattu’du yang hampir punah di tanah Mandar ini juga kerap
ditampilkan pada acara khatam alquran dan acara perkawinan. Sayyang
pattu’du yang juga merupakan aset budaya daerah Mandar sangat
disayangkan jika tidak dilestarikan oleh pemerintah daerah. Pasalnya
budaya seperti ini memiliki daya tarik untuk mendatangkan wisatawan
lokal dan mancanegara bertandang ke tanah Mandar. Edwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar