Lima Persiapan Sebelum Menikah
Menikah adalah ibadah. Di dalamnya ada
banyak syariat, sunnah dan keutamaan. Menikah harus dilakukan dalam
rangka ibadah, melakukan perintah Allah Swt dan menjalani Sunnah
Rasulullah Saw. Menikah menjadi salah satu ibadah yang dianjurkan untuk
disegerakan.
Sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum menikah. Tujuannya, agar
menikah bisa berperan optimal dalam mengubah masing-masing pasangan
menjadi lebih baik sesuai dengan apa yang disunnahkan oleh Rasulullah
Saw.
1. Persiapan Ilmu
Ilmu adalah cahaya. Ilmua ialah penerang
di tengah kegelapan. Siapa berilmu, keberuntungan dijamin untuknya.
Berilmu menjadi salah satu kunci utama bagi mereka yang mendamba bahagia
dan barakah dalam pernikahan.
Barangsiapa menghendaki bahagia dan barakah dalam pernikahan, maka dia harus memiliki ilmunya.
2. Persiapan Iman dan Takwa
Menikah harus didasari atas iman dan
takwa. Sehingga nilainya bergeser dari sekedar pemenuhan biologis
menjadi sebuah ibadah unggulan yang berpahala. Menikah harus menjadi
sarana untuk menggapai kebahagiaan dan keberkahan di dunia serta salah
satu kunci keselamatan di akhirat.
Persiapan iman dan takwa ini amat
penting. Karena dengannya, segala macam ujian dan kesulitan yang
dihadapi selama proses-sebelum hingga setelah-pernikahan akan dijalani
dengan semangat mengabdikan diri kepada Allah Swt yang memerintahkan
menikah.
3. Persiapan Mental
Mental ini hubungannya dengan jiwa.
Kaitannya dengan kondisi psikis. Karena setelah menikah, seseorang akan
menjalani kehidupan yang benar-benar baru sebagai seorang istri maupun
suami. Akan ada masa ketika rasa asing menjalari masing-masing diri
pasangan. Apalagi penyesuaian selepas masa akad nikah bukanlah hal yang
mudah, meski tak juga bisa disebut masa yang amat sulit.
4. Persiapan Finansial
Dalam persiapan ini, banyak orang yang
salah paham. Kesiapan finansial sering dimaknai dengan kepemilikan aset
dan sejumlah harta dalam bentuk mata uang. Sehingga, banyak diantara
mereka yang belum menikah, menjadi merasa canggung karena sama sekali
tak memiliki harta.
Padahal, yang dimaksud dengan persiapan
ini adalah tekad yang kuat dalam diri seseorang untuk mengupayakan
terbaik bagi diri dan pasangannya kelak. Maka dalam tahap ini, yang
diperlukan hanyalah modal awal seperlunya dan terus disempurnakan
selepas akad.
Bentuknya bisa juga dengan sebuah
pengaturan dalam pikiran. Bahwa yang terpenting bukanlah bekerja tetap,
melainkan tetap bekerja. Sama juga; bukan berpenghasilan tetap,
melainkan tetap berpenghasilan. Bukankah Allah Mahakaya dan amat Kuasa
untuk menjadikan hamba-Nya menjadi kaya raya?
5. Persiapan Fisik
Menikah adalah ibadah paripurna.
Diperlukan fisik dalam menjalani ibadah yang satu ini. Maka dalam ijab
kabul, ada bahasa nikah dan kawinnya. Kawin inilah salah satu dimensi
fisik dalam menikah sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan diri
seseorang.
Yang penting untuk dicatat, fisik juga
berkaitan dengan kehidupan selepas menikah. Karena seorang suami harus
memiliki kekuatan untuk bekerja demi istri dan keluarganya. Demikian
juga, seorang istri juga amat butuh kebugaran fisik agar bisa melayani
suami dan merawat anak-anaknya kelak sebaik mungkin. [Pirman]
sumber >>> http://keluargacinta.com/lima-persiapan-sebelum-menikah/
10 Hal yang Paling Diharapkan Istri dari Suaminya
Terkadang, suami tidak peka bahwa
istrinya mengharapkan banyak hal darinya. Sementara sang istri kadang
‘canggung’ untuk mengungkapkan apa yang ia harapkan dari suaminya.
Nah, agar suami istri makin harmonis
hingga terbentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, para suami perlu
mengetahui bahwa 10 hal yang paling diharapkan istri darinya. Bagi para
istri, Anda bisa mengoreksi poin-poin ini, dan bisa pula menambahkan
daftar berikutnya yang lebih sesuai dengan kondisi Anda.
Kasih sayang
Hal yang paling diharapkan istri dari
suami adalah kasih sayang. Istri ingin dicintai dan dikasihi, istri
ingin disayang. Banyak suami sebenarnya telah mencintai istrinya dengan
tulus dan setia. Namun karena perbedaan cara mengungkapkan cinta antara
pria dan wanita, cinta yang tulus dan setia itu belum dirasakan
sepenuhnya.
Suami merasa bahwa ia bekerja keras
mencari nafkah –bahkan hingga pulang larut malam—adalah pernyataan
cintanya pada istri. Sementara istri mengharapkan suami menyatakan
cintanya secara verbal, semacam “aku cinta kamu”, ketika pergi keluar
kota atau lembur kerja menelepon atau kirim SMS/BBM/WA yang menyatakan
ia rindu, sering mengecup keningnya, mengandeng tangan, memeluk mesra,
mencium dan sebagainya.
Perhatian
Cinta adalah memberi. Pemberian cinta yang pertama adalah perhatian. Demikian kira-kira Anis Matta dalam buku Serial Cinta.
Istri sangat mengharapkan perhatian dari
suaminya. Saat penampilannya berubah –sesungguhnya ia sedang
mempercantik diri untuk membahagiakan suami—ia sangat suka jika suaminya
meresponnya dengan positif. Saat ia terlihat lelah, ia suka jika
suaminya memijitnya, minimal menanyakan mengapa terlihat lelah. Apalagi
jika istri sedang sakit atau menghadapi masalah. Respon suami adalah
bentuk perhatian yang disukai sekaligus diharapkan istri.
Pengertian
Istri manapun pasti berharap suaminya
pengertian. Dalam arti, pertama-tama, sang suami menerima dan
mencintainya apa adanya. Selanjutnya, baru sang suami mentarbiyahnya,
mengajaknya tumbuh bersama.
Harapan ini mulai dari hal-hal yang
cukup mendasar hingga hal-hal yang masuk dalam kategori selera. Misalnya
istri berasal dari daerah pantai. Tentu sebagai orang pantai ia
terbiasa bicara keras untuk melawan ombak. Saat suami menjadikannya
istri, ia harus pengertian dengan kondisi ini. Tidak langsung mencela
istrinya sebagai wanita kasar atau kurang sopan. Sambil, secara bertahap
suami memahamkan bahwa kini mereka tinggal di kota, misalnya, volume
bicara perlu disesuaikan.
Contoh pengertian dalam hal selera
adalah makanan. Misalnya istri suka makan pedas dan terbiasa masak
pedas. Sedangkan suami tidak suka makan pedas. Maka tidak bijaksana jika
suami memaksa istrinya langsung berubah selera. Istri lebih suka jika
suaminya pengertian, mengatakannya dengan lemah lembut dn mensiasati
misalnya sambal disendirikan, atau jika tidak memungkinkan dibuat dua
versi masakan berbeda.
Jadi Imam
Ar rijaalu qawwaamuuna ‘alan nisaa’.
Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Firman Allah ini pasti disadari
betul oleh setiap wanita yang beriman. Sekaligus merupakan fitrah wanita
mengharapkan suaminya menjadi pemimpin, menjadi imam dalam keluarga.
Suami sebagai imam yang diharapkan istri
dalam rumah tangganya, bukan sekedar kepala keluarga yang
bertanggungjawab atas nafkah. Tetapi lebih dari itu, ia bisa memimpin
dan mengarahkan istri dan anak-anak menjadi lebih baik. Ia bisa
mengingatkan istrinya saat istri salah, bisa memotivasi istrinya saat
istri merasa lemah, dan juga bisa menjadi teladan bagi istri dan
anak-anak.
Apresiasi
Istri mengharapkan apresiasi dari
suaminya; atas apa yang ia lakukan, atas apa prestasi yang ia capai,
bahkan atas ide-ide dan pemikirannya. Apresiasi itu bentuknya bisa
bermacam-macam. Mulai dari ucapan terima kasih, memujinya, hingga
memberinya hadiah.
Misalnya istri telah berdanda sedemikian
rupa di malam hari. Suami perlu mengapresiasinya dengan memuji
istrinya. Jangan sampai ia telah berhias cantik di malam hari, lalu sang
suami cuek begitu saja. Tanpa kata tanpa aksi langsung meninggalkannya
ke alam mimpi.
Pun saat anak-anak meraih prestasi
tertentu; hafalan bertambah, lebih mandiri, hingga prestasi akademik.
Sesungguhnya semua itu tak lepas dari peran istri. Maka berterima kasih
padanya atau memujinya akan membuat dirinya bahagia.
Waktu berkualitas
Istri tidak hanya butuh nafkah dhahir
berupa materi. Yang lebih dibutuhkan istri adalah waktu berkualitas. Apa
artinya uang banyak, harta berlimpah, tetapi suami jarang di rumah. Ia
habiskan waktunya mencari materi, sementara istri merasa menjadi janda
meskipun suaminya masih ada dan anak-anak merasa yatim meskipun ayah
mereka masih ada. Sebabnya karena kehadiran suami secara psikologis
tidak didapatkan istri. Kehadiran ayah secara psikologi tidak dirasakan
oleh anak-anak.
Saling membantu
Wanita memang memiliki kemampuan yang
luar biasa; multitasking. Ini salah satu perbedaan pria dan wanita.
Namun, jika semua pekerjaan diserahkan kepada istri, tentu istri sangat
terbebani. Ia berharap suaminya juga membantunya. Terlebih, jika mereka
memang hidup tanpa pembantu/khadimat. Misalnya istri yang menyapu, suami
yang mengepel. Istri yang mengajari anak belajar bahasa Indonesia,
suami yang mengajari matematika.
Mendukung dan membela istri
Istri, berapapun usianya, pasti memiliki
keinginan. Memiliki cita-cita. Ingin berkembang. Ingin lebih baik.
Asalkan keinginan dan cita-cita itu baik, suami perlu mendukungnya.
Pun saat istri menghadapi tantangan atau
masalah. Dukungan suami sangat diharapkan. Terlebih saat hamil atau
persalinan, suami perlu mendukungnya agar istrinya kuat dan kokoh. Saat
ada masalah, suami harus mendukung dan membelanya
Nafkah biologis
Kebutuhan yang hanya bisa dipenuhi
melalui pernikahan ini mutlak diharapkan oleh istri, khususnya ketika
usianya masih muda; belum menopouse. Terkadang karena kesibukan,
suami menjadi jarang memberikan nafkah biologis kepada istrinya.
Padahal, nafkah ini dalam kondisi umum perlu dinikmati bersama empat
hari sekali (diqiyaskan dengan satu suami memiliki empat istri). Pada
pasangan monogami di usia muda, intensitas normalnya sepekan tiga sampai
empat kali. Tentu dengan kualitas yang baik pula.
Momen spesial
Istri sangat suka jika suaminya
mengingat momen-momen penting. Ia menjadi merasa dihargai dan disayang.
Misalnya tanggal pernikahan, tanggal lahir istri, tanggal lahir anak,
dan sebagainya. Saat suami memberikan hadiah surprise di momen-momen istimewa, istri pasti merasa sang suami sangat perhatian dan cinta padanya. [Muchlisin BK/Keluargacinta.com]
SIFAT BURUK YANG HARUS DIJAUHI SUAMI
37 SIFAT BURUK YANG HARUS DIJAUHI SUAMI
Berikut ini adalah tulisan kiriman teman saya yang bernama Anang dari Samarinda
1. Tidak tepat dalam memilih istri ;
2. Melalaikan istri dan tidak memberi nafkah ;
3. Memukul Istri dengan keras dan menghinakannya ;
4. Memberi Mudharat kepada Istri dengan melakukan ila’ (seorang laki-laki yang marah pada istrinya, lalu ia bersumpah untuk tidak mendekatinya) melebihi batas ketentuan Allah ;
5. Menyusahkan istri untuk menghilangkan hak-haknya ;
6. Menggauli istri yang sedang haid dan nifas ;
7. Mendatangi wanita pada duburnya ;
8. Menyebarkan rahasia istri kepada rekan-rekannya ;
9. Tidak mengajarkan Islam kepada istri dan membiarkannya melakukan perbuatan-perbuatan haram ;
10. Berusaha mengubah tabiat istri dengan kekerasan ;
11. Melalaikan pendidikan anak ;
12. Terlalu lama meninggalkan istri ;
13. Curiga dan berprasangka buruk terhadap istri ;
14. Tidak bersikap adil diantara para istri ;
15. Tidak membantu istrinya yang lelah ;
16. Menyempitkan nafkah untuk istri ketika lapang ;
17. Tidak sabar menghadapi tabiatnya ;
18. Menzholimi ibu demi istri ;
19. Memaksa istri untuk melakukan yang haram ;
20. Terperosok ke dalam fitnah istri dan anak ;
21. Meninggalkan bercanda dan bergurau ;
22. Mengabaikan adab-adab Islam terhadap istrinya ;
23. Tidak memperhatikan atau menjaga kesehatan istri ;
24. Hidup dengan satu irama (tidak ada inovasi) ;
25. Melecehkan istri karena keluarganya ;
26. Berlebihan dalam menetapkan standar ideal ;
27. Suami menganggap dirinya selalu benar ;
28. Terlalu sensitif terhadap perkataan istri ;
29. Tidak menghargai kondisi khusus wanita ;
30. Besar pasak dari pada tiang ;
31. Otoriter terhadap istri dan anak-anak ;
32. Melarang istri untuk berbakti kepada keluarganya ;
33. Tidak mengikuti petunjuk Islam dalam memperbaiki istri yang membangkang ;
34. Menjatuhkan talak kepada istri yang sedang haid ;
35. Menjatuhkan talak tiga sekaligus ;
36. Mengeluarkan istri dari rumahnya setelah talak Roj’i
37. Menyiarkan keburukan istri setelah mentalaknya.
5 Kalimat yang Pantang Diucap Saat Bertengkar
Setiap pasangan wajar kalau sesekali berselisih. Hubungan wanita dan pria memang pasti selalu melewati pasang surut. Namun hal penting yang harus diingat, untuk selalu menahan diri, tidak membiasakan mengucap kata-kata kasar saat sedang bertengkar.
Jika ini dibiarkan, emosi masing-masing pihak makin memuncak. Alhasil, pertengkaran naik ke tahap perpisahan. Dikutip dari The Times of India, berikut adalah lima hal yang tidak boleh diucapkan saat Anda berdua bertengkar:
"Ini semua salahmu"
Menyalahkan orang lain adalah hal yang biasanya dilakukan saat bertengkar. Setelah saling menuduh, fokus masalah sepenuhnya bergeser, dari bagaimana seharusnya mengatasi masalah itu, menjadi saling menyalahkan satu sama lain. Sebaiknya, masing-masing saling mencari tahu terlebih dulu, inti permasalahan lalu berusaha mencari solusi dengan bicara baik-baik bukan saling melempar kesalahan.
Menyalahkan orang lain adalah hal yang biasanya dilakukan saat bertengkar. Setelah saling menuduh, fokus masalah sepenuhnya bergeser, dari bagaimana seharusnya mengatasi masalah itu, menjadi saling menyalahkan satu sama lain. Sebaiknya, masing-masing saling mencari tahu terlebih dulu, inti permasalahan lalu berusaha mencari solusi dengan bicara baik-baik bukan saling melempar kesalahan.
"Kamu selalu mengulang kesalahan yang sama"
Mengungkit kesalahan sebelumnya dan menyalahkan pasangan karena Anda merasa ia melakukan kesalahan sama, justru akan memperumit masalah. Jika Anda sudah memaafkan kesalahannya sebelumnya, maka saat bertengkar lagi, Anda tidak bisa menggunakan kesalahannya sebagai alasan dalam pertengkaran baru. Jika Anda dan pasangan terus berputar pada hal-hal sepele yang sering dipermasalahkan, tandanya kalian harus mencoba pendekatan yang berbeda untuk mengatasi masalah.
"Aku ingin putus / cerai"
Saat bertengkar dan tersulut emosi, memang sangat mudah untuk mengatakan hal-hal seperti itu. Tetapi sekali pernyataan tersebut diucapkan, bisa jadi pasangan Anda akan terpancing emosinya dan tidak memercayai Anda lagi. Berapa kalipun Anda meminta maaf keesokannya, bisa jadi ia tak maafkan, karena egonya tersentuh. Jika Anda mengatakannya, Anda harus segera minta maaf dan menjelaskan jika itu tidak benar.
Mengungkit kesalahan sebelumnya dan menyalahkan pasangan karena Anda merasa ia melakukan kesalahan sama, justru akan memperumit masalah. Jika Anda sudah memaafkan kesalahannya sebelumnya, maka saat bertengkar lagi, Anda tidak bisa menggunakan kesalahannya sebagai alasan dalam pertengkaran baru. Jika Anda dan pasangan terus berputar pada hal-hal sepele yang sering dipermasalahkan, tandanya kalian harus mencoba pendekatan yang berbeda untuk mengatasi masalah.
"Aku ingin putus / cerai"
Saat bertengkar dan tersulut emosi, memang sangat mudah untuk mengatakan hal-hal seperti itu. Tetapi sekali pernyataan tersebut diucapkan, bisa jadi pasangan Anda akan terpancing emosinya dan tidak memercayai Anda lagi. Berapa kalipun Anda meminta maaf keesokannya, bisa jadi ia tak maafkan, karena egonya tersentuh. Jika Anda mengatakannya, Anda harus segera minta maaf dan menjelaskan jika itu tidak benar.
"Kamu brengsek/pengecut"
Menyerang pasangan dengan kata-kata kasar ini justru akan menyakiti hatinya secara permanen. Hubungan akan semakin rentan karena kata-kata negatif yang selalu terucap dari mulut Anda. Coba berusaha saling menjaga alur komunikasi tetap terbuka. Kontrol kata-kata negatif yang diucapkan agar tidak melukai hati pasangan.
Menyerang pasangan dengan kata-kata kasar ini justru akan menyakiti hatinya secara permanen. Hubungan akan semakin rentan karena kata-kata negatif yang selalu terucap dari mulut Anda. Coba berusaha saling menjaga alur komunikasi tetap terbuka. Kontrol kata-kata negatif yang diucapkan agar tidak melukai hati pasangan.
"Kamu harus mendengarkan aku sekarang"
Kalimat ini terkesan memaksa keinginan pribadi. Pernyataan ini biasanya sering diucapkan saat bertengkar dan ego masing-masing tidak mau mengalah. Sebaiknya masing-masing saling menenangkan diri, sebelum memutuskan mengobrol lagi. Jika keduanya saling memaksa ego untuk harus selalu didengar, maka pertengkaran tidak akan selesai. (ren)
sumber >>> http://life.viva.co.id/news/read/548915-5-kalimat-yang-pantang-diucap-saat-bertengkar?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Kalimat ini terkesan memaksa keinginan pribadi. Pernyataan ini biasanya sering diucapkan saat bertengkar dan ego masing-masing tidak mau mengalah. Sebaiknya masing-masing saling menenangkan diri, sebelum memutuskan mengobrol lagi. Jika keduanya saling memaksa ego untuk harus selalu didengar, maka pertengkaran tidak akan selesai. (ren)
sumber >>> http://life.viva.co.id/news/read/548915-5-kalimat-yang-pantang-diucap-saat-bertengkar?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
Berapa Lama Suami Boleh Bepergian Meninggalkan Istrinya?
Assalamu’alaikum…
Wahai Syaikh, berapa lamakah seorang suami boleh bepergian meninggalkan istrinya? Misalnya ia pergi ke luar negeri untuk bekerja? Memang sebagai istri kita suka suami sukses dan mendapatkan ekonomi yang lebih baik untuk masa depan keluarga, namun istri juga butuh nafkah batin…
Wahai Syaikh, berapa lamakah seorang suami boleh bepergian meninggalkan istrinya? Misalnya ia pergi ke luar negeri untuk bekerja? Memang sebagai istri kita suka suami sukses dan mendapatkan ekonomi yang lebih baik untuk masa depan keluarga, namun istri juga butuh nafkah batin…
Wa’alaikum salam warahmatullah
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ المُصْطَفَى وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًا
Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Pertanyaan ini sangat penting di zaman yang sering kali orang
mengabaikan agamanya dan pada saat yang sama mengabaikan
kewajiban-kewajibannya.
Hal mendasar yang perlu dipahami adalah,
pernikahan bukanlah sekedar menyatukan dua insan untuk eksis dan
berdaya secara finansial. Lebih dari itu, tujuan pernikahan dalam Islam
adalah terealisasinya ketenangan, cinta dan kasih sayang bagi pasangan
suami istri. Lebih tepatnya: sakinah, mawaddah wa rahmah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar Rum : 21)
Salah satu hal yang membuat suami istri
tenang, tenteram, adalah ketika kebutuhan biologisnya terpenuhi. Hal ini
tidak dapat dipenuhi selain dengan pernikahan. Karenanya, kebersamaan
suami istri dalam rangka menunaikan hak dan kewajibannya, termasuk hak
dan kewajiban biologis ini, menjadi niscaya. Kalaupun suami istri
berpisah karena alasan tertentu, khususnya dalam rangka bekerja, harus
ada waktu-waktu tertentu untuk bertemu dan menunaikan hak kewajibannya
masing-masing.
Sampai berapa lamakah maksimal waktu
itu? Profesor Fiqih Universitas Al Azhar Syaikh Dr Su’ad Shalih
mengatakan, “Batas maksimum suami diperbolehkan berada jauh dari
istrinya adalah empat bulan, atau enam bulan menurut pendapat para ulama
Hanbali. Ini adalah periode maksimum seorang wanita dapat bertahan
pemisahan dari suaminya.”
Syaikh Su’ad menambahkan, suatu malam
ketika Khalifah Umar bin Khattab berkeliling Madinah beliau mendengar
seorang wanita bersyair:
Malam ini panjang, berselimut dingin dan kegelapan;
Saya tidur sendiri tanpa teman
Demi Allah, seandainya bukan karena takut kepada-Nya
Niscaya ranjang itu sudah bergoyang
Saya tidur sendiri tanpa teman
Demi Allah, seandainya bukan karena takut kepada-Nya
Niscaya ranjang itu sudah bergoyang
Setelah menyelidiki, Umar menemukan
bahwa suami wanita tersebut telah ditugaskan di kelompok militer untuk
waktu yang lama. Umar kemudian bertanya putrinya, Hafsah, janda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berapa lama seorang perempuan dapat
bertahan ditinggal pergi suaminya?”
“Empat bulan,” jawab Hafshah.
“Empat bulan,” jawab Hafshah.
Lantas Umar pun memutuskan bahwa ia
tidak akan mengirim pria yang sudah menikah jauh dari istrinya untuk
jangka waktu lebih dari empat bulan.
Syaikh Su’ad mengecualikan untuk istri
yang merelakan suaminya pergi lebih dari empat bulan. Menurutnya,
asalkan istri merelakannya dan merelakan hak tersebut, maka sah-sah saja
suami pergi lebih lama dari empat bulan.
Sementara itu, Mufti Ibrahim Desai
menambahkan, “Seseorang yang sudah menikah bisa tinggal jauh dari
istrinya selama periode yang disepakati bersama. Namun, jika istri tidak
senang suaminya lama pergi jauh darinya, maka suami harus bertemu
istrinya setidaknya sekali setiap empat bulan.
Wallahu a’lam bish shawab. [onislam.net/keluargacinta.com]
sumber>>>http://keluargacinta.com/berapa-lama-suami-boleh-bepergian-meninggalkan-istrinya/
5 Hal yang Sering Disalahpahami Istri tentang Suami
Karena perbedaan sifat pria dan wanita,
banyak istri salah memahami suaminya. Bahkan, terkadang istri merasa
suami tidak mencintainya lagi gara-gara mendapati suaminya melakukan
hal-hal berikut ini.
Tak banyak bicara
Ketika melihat suaminya di rumah banyak
diam, jarang bicara, ada kalanya istri menyangka bahwa suaminya tidak
cinta kepadanya. Sebelum menikah, ia mengira suaminya nanti akan banyak
bicara, menjadi teman curhat paling asyik baginya. Seperti
teman-temannya sesama akhwat atau wanita.
Ketika ia telah menikah dan mendapati
suaminya lebih banyak diam daripada bicara. Atau bicaranya hanya
seperlunya, kadang ada istri yang bingung dan bertanya-tanya. “Adakah
yang salah dengan diriku? Atau jangan-jangan suamiku tidak cinta
kepadaku?”
Kondisi ini perlu dipahami kedua belah
pihak. Baik suami maupun istri. Istri perlu memahami bahwa kaum pria
memang secara umum tak banyak bicara. Jika wanita berbicara sekitar 20
ribu kata per hari. Pria hanya berbicara 7 ribu kata per hari.
Penelitian Universitas Maryland yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience dan dirilis Dailymail
21 Februari 2013 menemukan, hal itu dipengaruhi oleh kadar protein
FOXP2 di dalam otak. Wanita memiliki protein FOXP2 30 persen lebih
banyak daripada pria.
Pria juga umumnya bicara to the point. Apa maksudnya langsung disampaikan. Fokus pada ide, tidak memerlukan ilustrasi dan “bumbu-bumbu” kalimat.
Sedangkan suami, ia perlu memahami bahwa
istrinya adalah makhluk yang sensitif perasaannya. Ia butuh lebih
banyak waktu bicara, ia butuh lebih banyak waktu diskusi bersama. Jika
masing-masing mau memahami kondisi ini dan saling menyesuaikan, alangkah
indahnya pernikahan.
Tidak menyatakan cinta
Ada wanita yang sekian lama menunggu
suaminya mengucapkan cinta, tetapi tak kunjung mendapatkannya. Ia
mengira suaminya tidak mencintainya padahal sang suami sangat
mencintainya. Hanya saja, memang ada tipe pria yang tidak mampu
menyatakan cinta secara verbal. Cintanya ia wujudkan dalam kerja keras,
memenuhi kebutuhan keluarga, mendidik anak-anaknya dan seterusnya.
Ada pula pria yang sebenarnya sangat
ingin mengatakan “Aku cinta kamu” atau “I love You”, tetapi ia masih
belum bisa. Para istri perlu memahami hal ini.
Sebaliknya, para suami juga perlu
belajar agar ia tidak tabu mengucapkan cinta dan sayang. Sebab hal itu
sangat ditunggu-tunggu oleh istrinya.
Tidak suka memuji
Diantara hal yang kadang disalahpahami
istri adalah pujian suami. Sudah berhias, berdandan cantik, eh ternyata
sang suami tak kunjung memujinya. Hal itu bukan berarti suami tidak
cinta.
Atau istri sudah memancing dengan
pertanyaan, “bagaimana baju ini?” Lalu suami menjawab singkat “bagus.”
Bukan berarti suami tidak cinta.
Di samping istri memahami bahwa suaminya
adalah makhluk yang jarang suka memuji, suami perlu meningkatkan
kepekaannya. Agar istrinya tahu bahwa ia mencintainya. Agar istrinya
tahu bahwa usahanya tidak sia-sia.
Tak pandai merayu
Jika jumlah kata yang keluar dari lisan
suami tak banyak, ia juga kurang bisa memuji, tentu ia lebih sulit lagi
bila harus merayu. Kehadirannya di rumah, membersamai istri dan
anak-anak, menemani anak-anak bermain, adalah bukti cintanya. Jangan
bandingkan suami Anda dengan tokoh-tokoh dalam drama Korea yang pandai
merayu istri atau kekasihnya.
Meski demikian, sangat baik jika seorang
suami belajar merangkai kata dan sekali-kali merayu istrinya. Mungkin
istri langsung merasa surprise dengan hadiah cinta ini.
Tak ingat momen penting
Saya sering mendengar suami yang tak hafal tanggal pernikahannya. Namun saya tidak ragu mereka sangat mencintai istri-istrinya.
Terkadang ada istri yang ingin suaminya
ingat tanggal pernikahan dan memberikan hadiah padanya di hari itu. Ia
ingin suaminya ingat tanggal lahirnya, tanggal lahir anak-anaknya dan
memberikan kado di hari itu.
Jika fakta yang didapati berbeda; suami
tidak ingat tanggal-tanggal itu, bukan berarti suami tidak cinta. Bisa
jadi kesibukan aktifitasnya membuatnya terlupa banyak hal.
Nah, bagi suami yang tahu istrinya
sangat senang dengan hadiah pada tanggal pernikahan, ada baiknya ia
memasukkannya dalam alarm di HP-nya; menjadi reminder baginya, sepekan
atau beberapa hari sebelum tanggal itu sudah ada yang mengingatkan.
[Muchlisin BK/keluargacinta.com]
sumber>>>http://keluargacinta.com/5-hal-yang-sering-disalahpahami-istri-tentang-suami/
Jam Berapa Waktu Terbaik “Bercinta” Menurut Islam dan Sains
Salah satu hal penting dalam kehidupan
suami istri adalah “bercinta”. Ia menjadi hak sekaligus kewajiban
suami-istri untuk saling membahagiakan, sekaligus langkah ikhtiar
menghadirkan generasi baru.
Lalu kapankah waktu (jam) terbaik “bercinta” dalam pandangan Islam dan medis? Berikut penjelasannya.
Waktu “bercinta” dalam pandangan Islam
Secara umum, jam berapapun suami-istri
diperbolehkan Islam untuk “bercinta.” Namun, perlu diperhatikan agar
tidak menabrak waktu shalat jama’ah sehingga suami ketinggalan shalat
jama’ah. Selain itu, perlu diperhatikan juga waktu yang tidak kondusif
semisal ada anak-anak yang tengah terjaga dan lain-lain.
Secara khusus, ada tiga waktu yang diisyaratkan dalam Al Qur’an; yakni sebelum Subuh, tengah hari dan setelah Isya’.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ
“Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu
tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya.
(Itulah) tiga ’aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula)
atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain)…” (QS. An Nur : 58)
Ayat di atas memang tidak secara tegas
menyebut waktu “bercinta” namun dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan
bahwa para sahabat menyukai saat-saat tersebut untuk “bercinta.”
Diantara tiga waktu tersebut, mana yang terbaik? Yang paling sering dipilih adalah setelah Isya’.
Waktu “bercinta” dalam pandangan Sains
Pukul 06:00 – 08:00
Pada jam-jam ini, produksi hormon testosteron pada pria naik sehingga gairahnya juga tinggi. Namun, kadar melatonin pada wanita tinggi dan suhu tubuhnya rendah sehingga ia tidak terlalu suka “bercinta.”
Pada jam-jam ini, produksi hormon testosteron pada pria naik sehingga gairahnya juga tinggi. Namun, kadar melatonin pada wanita tinggi dan suhu tubuhnya rendah sehingga ia tidak terlalu suka “bercinta.”
Pukul 08:00 – 10:00
Pada jam-jam ini, hormon endorfin wanita mencapai level tertinggi dan membuatnya bergairah. Namun, hormon testosteron paa pria telah kembali ke normal. Jadi pada jam-jam ini, wanita siap “bercinta”, pria tidak begitu siap.
Pada jam-jam ini, hormon endorfin wanita mencapai level tertinggi dan membuatnya bergairah. Namun, hormon testosteron paa pria telah kembali ke normal. Jadi pada jam-jam ini, wanita siap “bercinta”, pria tidak begitu siap.
Pukul 10:00 – 14:00
Jam-jam ini adalah jam-jam sibuk dalam kehidupan modern, baik yang bekerja di luar rumah maupun wanita yang mengurusi pekerjaan rumah tangga.
Jam-jam ini adalah jam-jam sibuk dalam kehidupan modern, baik yang bekerja di luar rumah maupun wanita yang mengurusi pekerjaan rumah tangga.
Pukul 14:00 – 16:00
Jam-jam ini adalah saat terbaik sistem reproduksi wanita. Sperma yang diproduksi pria juga memiliki kualitas terbaik sekitar jam 4 sore ini. Dokter umumnya menyarankan memanfaatkan waktu ini untuk pasangan yang ingin cepat hamil. Namun bagi yang bekerja pada jam kerja normal, jam-jam ini termasuk jam-jam sibuk.
Jam-jam ini adalah saat terbaik sistem reproduksi wanita. Sperma yang diproduksi pria juga memiliki kualitas terbaik sekitar jam 4 sore ini. Dokter umumnya menyarankan memanfaatkan waktu ini untuk pasangan yang ingin cepat hamil. Namun bagi yang bekerja pada jam kerja normal, jam-jam ini termasuk jam-jam sibuk.
Pukul 16:00 – 20:00
Pada jam-jam ini tubuh pria maupun wanita cenderung ingin istirahat dari kesibukan dan kepenatan setelah seharian beraktifitas
Pada jam-jam ini tubuh pria maupun wanita cenderung ingin istirahat dari kesibukan dan kepenatan setelah seharian beraktifitas
Pukul 20:00 – 22:00
Pada jam-jam ini wanita sangat bergairah dan siap berhubungan. Pun, pria dalam kondisi santai. Jam-jam inilah waktu terbaik “bercinta”
Pada jam-jam ini wanita sangat bergairah dan siap berhubungan. Pun, pria dalam kondisi santai. Jam-jam inilah waktu terbaik “bercinta”
Tengah malam – dini hari
Pada jam-jam ini tingkat melatonin wanita sangat rendah, dengan sensitifitas tinggi. Namun, umumnya wanita tidak bersemangat. Pria juga dalam kondisi tenang dan santai. Jadi tergantung kondisi keduanya apakah mau menyempatkan di waktu ini atau lebih memilih istirahat.
Pada jam-jam ini tingkat melatonin wanita sangat rendah, dengan sensitifitas tinggi. Namun, umumnya wanita tidak bersemangat. Pria juga dalam kondisi tenang dan santai. Jadi tergantung kondisi keduanya apakah mau menyempatkan di waktu ini atau lebih memilih istirahat.
Kesimpulan
Waktu terbaik “bercinta” yang beririsan
antara pandangan Islam dan sains adalah pukul 20:00 – 22:00. Ini juga
termasuk waktu ba’da Isya’ menurut surat An Nur ayat 58 tersebut.
Wallahu a’lam bish shawab. [Keluargacinta.com]
Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan aqad nikah.
Kebiasaan tersebut tidak lepas dari anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar,
Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.
Selain itu jima’ yang halal juga merupakan iabadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.
Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.
.
Wajahnya Muram
Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”
Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
.
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri.
Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi.
Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.
Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya.
Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).
.
Bau Mulut
Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan.
Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari,
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya.
Allah SWT berfirman,
Posisi Ijba’
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya.
(Kang Iftah. Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir)
Sumber: http://darry.wordpress.com/2008/10/07/kamasutra-sex-islam/
sumber>>> http://khusus-buat-pasutri.blogspot.com/2013/11/adam-berhubungan-intim-suami-istri-dalam-islam.html
Menikmati Sex Secara Islam (Kamasutra Islam)
Sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan, Islam tidak pernah memberangus hasrat seksual. Islam memberikan panduan lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan ritme ibadahnya.Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan aqad nikah.
Kebiasaan tersebut tidak lepas dari anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar,
“Sesungguhnya pernikahan di bulan Syawwal itu penuh keberkahan dan mengandung banyak kebaikan.”Namun, untuk menggapai kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tentu saja tidak cukup dengan menikah di bulan Syawwal. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diamalkan secara seksama oleh pasangan suami istri agar meraih ketentraman (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), baik lahir maupun batin. Salah satunya –dan yang paling penting– adalah persoalan hubungan intim atau dalam bahasa fiqih disebut jima’.
Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.
Selain itu jima’ yang halal juga merupakan iabadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.
Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.
.
Wajahnya Muram
Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”
Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
.
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri.
Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi.
Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.
Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya.
Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah SAW, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’.
Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).
.
Bau Mulut
Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan.
Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari,
“Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalm satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya.
Allah SWT berfirman,
“Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223)..
Posisi Ijba’
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya.
(Kang Iftah. Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir)
Sumber: http://darry.wordpress.com/2008/10/07/kamasutra-sex-islam/
ADAB BERHUBUNGAN INTIM SUAMI ISTRI DALAM ISLAM
ADAB BERHUBUNGAN INTIM SUAMI ISTRI
DALAM ISLAM. Berhubungan intim,
atau senggama,
atau jima,
adalah keindahan dan kenikmatan luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada
mahluknya.
Firman Allah dalam Al-qur’a, surat Al Baqarah ayat 187 ini:
"Dihalalkan bagi kamu
pada malam hari
puasa, bercampur dengan istri-istri
kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu,dan
kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu
tidak dapat menahan nafsumu, karena itu, Allah mengampuni kamu
dan memberi maaf
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang
telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah kamu,
hingga jelas bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa
itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu
campuri mereka itu, sedangkan kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah
larangan Allah, maka janganlah
kamu mendekatinya ..."
Melakukan hubungan intim
antara suami dan
istri adalah suatu kewajiban dan berpahala. Rosululloh saw bersabda :
"Di kemaluan
kamu ada sedekah (pahala)." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ketika kami bersetubuh dengan istri akan mendapat pahala?" Rasulullah saw. menjawab, "Ya. Andaikata
bersetubuh pada tempat yang dilarang (diharamkan)
itu berdosa. Begitu juga dilakukn pada tempat yang halal, pasti mendapat pahala. Kamu hanya menghitung hal-hal yang buruk saja, akan
tetapi tidak menghitung hal-hal
yang baik."
Adapun tujuan dari berhubungan
intim atau jima adalah:
1. Mencapai maksud dan
merasakan kenikmatan
2. Mengeluarkan air
yang dapat mengganggu kesehatan
3. Terpeliharanya
keturunan
4. Menundukan
pandangan, menahan nafsu, menguatkan jiwa, dan agar tidak berbuat serong bagi
suami istri
ADAB BERHUBUNGAN INTIM MENURUT ISLAM:
1.
Sebelum berhubungan intim
hendaklah suami
dan istri memperindah diri masing-masing, bersiwak, dan istri memakai
wangi-wangian untuk suaminya
.
Nabi Saw , Bersabda : “ sebaik-baiknya wanita ialah wanita yg selalu menggunakan
wangi-wangian dan bersih “
Dalam riwayat lain dari Sayyidina Ali K.w , Nabi Saw , Bersabda : “
Sebaik-baiknya wanita
adalah wanita
yg harum baunya dan sedap masakannya “
2. Disunatkan memulainya dengan membaca Basmalah, suami
meletakan tangan di ubun-ubun istrinya, dan
membaca do’a:
اللّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
“Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya (istri) dan kebaikan tabiatnya, dan
aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan tabiatnya.”[HR.
Bukhari dari sahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallaahu 'anhu].
بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan nama
Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa
yang Engkau karuniakan kepada kami.” ( HR Bukhari Muslim )
Atau do’a-do’a ini:
“ BISMILLAHI ALLOHUMMA
JANNIBNAS SYAITHONA WAJANNIBISYAITHONA MAA ROZAQTANA “
Artinya : “ dengan menyebut asma alloh , jauhkanlah diri kami
dari setan ,dan jauhkan setan dari sesuatu yg telah engkau rizqikan kepada kami
. maka apabila dalam senggama itu alloh mentaqdirkan menjadi anak ,maka setan
tidak akan mampu membuat bahaya .
Menurut Imam ghozaly : di sunnahkan bagi orang yg mau
melakukan senggama membaca : “ BISMILLAHIL A’LIYYIL A’DHIM , ALLOHUMMAJ A’LHA
DZURRIYYATAN THOYYIBATAN IN KUNTA QODDARTA AN TAKHRUJA DZALIKA MIN SHULBY “
Artinya : “ dengan menyebut nama alloh yang maha besar lagi
maha agung , yaa Alloh … jadikanlah istriku yg menjadi adanya keturunanku yang
baik , bila engkau memastikan keturunan itu keluar dari tulang rusuku “
Di dalam kitab “ Qasthalany “ dari imam mujahid di sebutkan :
bahwa orang yg melakukan senggama dengan tidak menyebut asma Alloh , maka setan
akan ikut masuk melalui lubang dzakar dan setan akan ikut bersenggama.dalam
keterangan lain setan akan duduk di dzakar suami maka setan akan mengeluarkan
spermanya pada farji
istri , sebagaimana suami mengeluarkan spermanya.
3.
Suami hendaknya
menyuruh istrinya
untuk melepaskan pakaiannya kemudian sama-sama berselimut. Rosululloh bersabda: “
Apabila kalian melakukan senggama, maka jangan telanjang seprti himar “
Diperbolehkan
bagi suami dan
istri untuk saling melihat aurat satu sama lain. Diperbolehkan pula mandi
bersama. Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Aku pernah mandi bersama
Rasulullah dalam satu bejana dan kami berdua dalam keadaan junub.” [HR. Al
Bukhari dan Muslim.] ( silahkan baca:auratku-auratmu disini )
4.
Sebelum berhubungan intim sebaiknya dilakukan dengan
senda gurau dan bermesraan terlebih dahulu, seperti sabda Rosululloh: “ Janganlah sekali-kali di antara kalian melakukan senggama
dengan istrinya , sebagaimana yg dilakukan oleh hewan-hewan ternak , sebaiknya
kalian menggunakan suatu perantara . “ Sahabat bertanya “ apa yg dimaksud dengan
perantara itu, Ya Rosul?” Nabi Saw , Menjawab : Yaitu Mencium dan
berkata-kata dengan bahasa yg Indah-indah “
Hadist dari sayyidah A’isyah , Rosulallloh Saw , Bersabda : “ Barangsiapa
memegang tangan istri sambil merayunya , maka Alloh Swt , akan menulis baginya
1 kebaikan dan melebur 1 kejelekan serta mengangkat 1 derajat , Apabila
merangkul , maka Alloh Swt , akan menulis baginya 10 kebaikan melebur 10
kejelekan dan mengangkat 10 derajat , Apabila menciumnya , maka Alloh Swt ,
akan menulis baginya 20 kebaikan , melebur 20 kejelekan dan mengangkat 20
drajat , Apabila senggama dengannya , maka lebih baik daripada dunia dan
isi-isinya “
5.
Jika
istri
sudah merasakan siap untuk sengama, maka suami menyuruh istrinya untuk membaringkan tubuhnya
yg telah di olesi wangi-wangian dan telah di lepas pakaian yg menempel pada
dirinya , dengan sedikit basah naiklah sang suami ke atas tubuh istri dengan
cara pelan-pelan , hal ini dilakukan setelah istri mengangkat pantatnya dan di
beri alas bantal sehingga pantat lebih tinggi dari pada kepala.
6.
Apabila
suami akan mulai melakukan penitrasi hendaklah suami
memegang dzakarnya
( penisnya
) dengan tangan kiri , dan mengusap-ngusapkan kepala dzakar di atas bibir-bibir
farji
( vagina
) hingga beberapa saat , setelah merasa cukup, barulah pelan-pelan melakukan penitrasi
mulut farji hingga merayap ke dinding farji , pada sa’at inilah pantat istri
lebih ditinggikan ,sebab dengan semakin tinggi pantat di angkat , semakin jauh
juga jelajah dzakar
hingga pada mulut Rahim .
7.
Apabila
suami
telah mengusap-ngusapkan dzakarnya ke bibir farji istri , hal itu terus
dilakukan sampai puas atau sampai merasa akan keluar sperma atau ejakulasi,
maka pada sa’at itulah suami memasukan tangannya ke bawah pantat istrinya dan
mengangkatnya agak keras — sementara pantat suami juga di tekan masuk agar
jelajah dzakar ( penis ) semakain jauh dan dalam .
8.
Dalam
bersenggama sebaiknya istri lebih dulu merasakan klimaks atau orgasme dari pada suami. Rosululloh Saw , Bersabda : “ Bahwa syahwat
itu ada sepuluh bagian , 9 bagian adalah bagi wanita dan 1 bagian lagi bagi
laki-laki , hanya saja alloh menutup wanita dengan perasa’an malu yg sangat
kuat” . Apabila suami melakukan
ejakulasi sebelum istrinya , maka akan menimbulkan kekecewa’an terhadap istri . Tetapi jika orgasme dilakukan bersamaan ,
maka dapat menyebabkan bertambahnya Cinta , kemesraan yg mendalam.dan juga
dapat merasakan puncak keberhasilan dalam kenikmatan rasa cinta dan kasih sayang
yg sangat kuat.
9.
Akan
lebih baik jika istri berusaha agar farjinya bisa menjepit dzakar suami di
sa’at ejakulasi berlangsung.
10.
Syaikh
penadzam menjelaskan : disunnahkan ketika suami telah merasakan akan keluar sperma atau
ejakulasi
membaca :
“ ALHAMDULILLAHILLADHI KHOLAQO MINAL MA I BASYARON FAJA’ALAHU NASABAN
WASHIHRO WAKANA ROBBUKA QODIRO “
Artinya : “ Segala puji bagi alloh yg menjadikan manusia dari air sperma
lalu alloh jadikan manusia itu punya keturunan dan keluarga sesungguhnya alloh
adalah tuhan yg maha kuasa “
HAL-HAL LAIN MENGENAI ADAB SENGGAMA
1.
Diwajibkan
bagi suami istri
yang telah melakukan senggama untuk mandi apabila hendak shalat. Waktu mandi bisa dilakukan sebelum atau
sesudah tidur. Berdasarkan hadits Abdullah bin Qais, ia berkata, “Aku pernah bertanya
kepada Aisyah, ‘Apa yang dilakukan Nabi ketika junub? Apakah beliau mandi
sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?’ Aisyah menjawab, ‘Semua itu pernah
dilakukan Rasulullah. Terkadang beliau mandi dahulu kemudian tidur dan terkadang
pula beliau hanya wudhu kemudian tidur.”[HR. Ahmad dalam Al Musnad]
Dari hadist lain Rosulalloh Saw , Bersabda : “ Apabila suami berdiri untuk melakukan mandi
junub setelah melakukan senggama dengan istrinya , maka tiada air yg mengalir
pada anggota tubuhnya , kecuali Alloh Swt , akan mengampuni semua dosa-dosanya
,dalam keterangan lain, Alloh Swt , akan menulis kepadanya 1 kebaikan dari
setiap helai rambut yg terkena atau terbasahi air “
2.
Islam tidak melarang suami istri melakukan senggama
dengan berbagai
posisi senggama, Sebagaimana firman Allah dalam al-qur’an surat
Al-baqarah 222-223, yang artinya: “ Istri-istrimu adalah (seperti) tanah
tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tanah tempat bercocok tanammu itu dengan cara bagaimana saja kamu kehendaki.
Dan kerjakanlah (amal yang baik)
untuk dirimu, dan takwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemuiNya. Dan berilah kabar gembira bagi
orang-orang yang beriman."
3. Namun demikian,
posisi senggama sangat dilarang melalui dubur ( anal sex ), seprti Rosululloh saw
bersabda : “ Barang siapa yang menggauli istrinya ketika sedang
haid atau melalui duburnya,
maka ia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Abu
Dawud, At-Tirmidzi ]
4. Selain anal sex,
Islam juga melarang melakukan senggama ketika istri sedang mengalami datang
bulan ( haid).
Allah berfirman yang artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid.
Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kalian
menjauhi (tidak menjima’i) wanita diwaktu haid, dan janganlah kalian mendekati
(menjima’i) mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu pada tempat yang diperintahkan Allah kepad kalian
(kemaluan saja). Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Istri-istri kalian adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat itu bagaimana saja kalian kehendaki. Dan kerjakanlah
(amal yang baik) untuk diri kalian, bertakwalah kepada Allah, ketahuilah bahwa
kalian kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang beriman.” [Q.S. Al Baqarah: 222-223]. ( baca juga: melakukan sex saat haid )
5.
Suami istri tidak boleh menyebarkan RAHASIA
RANJANGYA sendiri, seperti sabda Rosululloh saw: “Sesungguhnya diantara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi
Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang mendatangi istrinya dan istrinya
memberikan kepuasan kepadanya, kemudian ia menyebarkan rahasianya.” [HR. Muslim
dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallaahu 'anhu]
Demikianlah mengenai adab hubungan intim suami istri dalam islam,
semoga bermanfaat.
sumber>>> http://khusus-buat-pasutri.blogspot.com/2013/11/adam-berhubungan-intim-suami-istri-dalam-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar