Akhwatmuslimah.com
– Aku masuk surga! Indah sekali. Aku berjalan-jalan di dalam taman
hijau. Pegunungan yang indah. Langitnya tidak cerah, tapi juga tidak
mendung. Hawanya sejuk. Buah-buahannya besar-besar. Kulihat kebun anggur
luas yang tertata rapi. Kupetik satu buah anggur yang ukurannya sebesar
buah apel. Kumakan sedikit, anggur yang berwarna hijau dan tidak
berbiji itu, dan emmm… lezat sekali. Buah surga ini terasa dingin dan
airnya banyak. Alhamdulillah…, aku bersyukur sudah selamat masuk surga…
Kubuka mata. Tiba-tiba aku sudah terbaring di atas tempat tidurku.
Kulihat jam, pukul 02.00 dini hari. Wah, ternyata tadi hanya mimpi! Dan
aku masih ada di dunia, belum di surga. Aku termangu sejenak…
Mimpi. Setiap anak manusia pasti pernah bermimpi. Ada mimpi buruk,
mimpi indah. Ada mimpi yang membawa hikmah, ada pula mimpi yang tak
bermakna apa-apa. Ada mimpi yang bisa bersambung dari satu mimpi ke
mimpi lain. Atau mimpi di atas mimpi. Bahkan terkadang kita merasa sudah
sering mengunjungi tempat yang ada dalam mimpi kita. Semua itu tentu
rahasia Allah SWT saja.
Mimpi yang Benar
Mimpi bukanlah hal yang remeh. Ia mencerminkan siapa diri kita. Nabi
Muhammad SAW sering mendapatkan wahyu melalui mimpi. Nabi Muhammad SAW
juga mendapat mimpi untuk menikah dengan Siti Aisyah, di mana dalam
mimpi itu, Jibril membawa kain yang ada wajah Siti Asiyah dan berkata,
“Inilah isterimu di dunia dan di akhirat.”
Nabi Yusuf, ahli menafsirkan mimpi dan yang ditafsir adalah mimpi dua
orang pelayan raja dan mimpi sang raja. Bahkan nabi yusuf pernah
bermimpi bulan dan bintang sujud kepadanya sebagai tanda bahwa ia kelak
akan menjadi nabi.
Nabi Ibrahim, mendapat perintah untuk menyembelih Ismail, dalam
mimpi. Orang-orang sholeh, mereka dapat diberi karunia bermimpi bertemu
Nabi Muhammad SAW yang wajahnya tak dapat diserupai syetan. Firaun,
bermimpi ada anak laki-laki yang akan menghancurkan kerajaannya.
Orang-orang non muslim, ada yang mendapat hidayah melalui mimpi.
Mimpi yang benar adalah salah satu bagian dari 46 kenabian. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Jika
masa semakin dekat, mimpi seorang muslim nyaris tidak pernah dusta.
Muslim yang paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya.
Mimpi seorang mukmin merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian.
Mimpi ada tiga macam: mimpi yang baik sebagai berita gembira dari Allah
‘azza wa jalla, mimpi seorang muslim yang dialami oleh dirinya sendiri,
dan mimpi sedih yang berasal dari setan.“Jika salah seorang di
antara kamu mengalami mimpi yang tidak disukai, janganlah
menceritakannya kepada orang lain, bangunlah, kemudian shalatlah.” (Muttafaq ‘alaih).
Bagi kaum muslimin, mimpi yang benar, hanya bisa terjadi bila kita menjalankan sunnah Rasulullah SAW sebelum tidur, yaitu :
1. Berwudhu.
2. Membaca doa sebelum tidur.
3. Posisi tidur miring ke samping kanan dan tapak tangan di bawah pipi dengan kaki sedikit di lipat.
Bila sunnah di atas tidak terpenuhi, maka mimpinya patut
dipertanyakan, apakah mimpi dari Allah SWT atau mimpi dari syetan. Mimpi
yang indah, pastilah dari Allah SWT dan mimpi yang mengerikan adalah
dari syetan. Sebagai catatan, jangan sampai kita menganggap mimpi kita
adalah wangsit. Karena kita hanyalah manusia biasa, bukan nabi. Para
nabi, mimpi mereka selalu benar, sedangkan kita? Belum tentu benar. Oleh
karena itu hati-hatilah menafsirkan mimpi. Dari ‘Ubadah ibnush-Shamit
bahwa ia bertanya kepada Rasulullah tentang ayat 63-63 surah Yunus, “Yaitu
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita
gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan di akhirat.” Maka, Rasulullah menjawab, “Sungguh
kamu telah menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan
oleh seorang pun selainmu. Al-busyra ialah mimpi yang baik yang dialami
oleh seseorang atau dianugerahkan Allah kepadanya.” (As-Silsilah ash-Shahihah)
Tidur Adalah Mati
Ketika kita tidur, jiwa kita untuk sesaat ada dalam genggaman-Nya dan
akan dikembalikan-Nya, hingga kita bisa bangun dari tidur. Kita tidak
akan bangun bila Ia tidak mengembalikannya pada jasad selamanya, dengan
kata lain, mati. Allah SWT berfirman: “Allah memegang jiwa seseorang
ketika matinya dan memegang jiwa seseorang yang belum mati diwaktu
tidurnya, maka Dia menahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai pada waktu yang
ditentukan.” (Q.S. Azzumar : 42).
Sesungguhnya, tidur itu adalah kawannya mati karena sebelum tidur, Rasulullah SAW selalu berdoa, “Ya Allah dengan nama-Mu aku hidup dan mati” (HR Bukhari). Saat terjaga beliau pun membaca doa yang hampir serupa, “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami dibangkitan.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketika bangun dari tidur, akibat mimpi yang dialaminya, anak Adam dapat merasakan :
1. Gelisah bahkan bisa menangis karena mimpinya adalah mimpi yang buruk, mengerikan, atau menyedihkan.
2. Ilmunya semakin bertambah karena mimpinya membawa hikmah.
3. Hidayah karena mimpinya penuh dengan ajaran.
4. Semakin jauh dari Allah SWT karena karena mimpinya melakukan tindakan dosa.
5. Hanya bunga tidur, mimpi yang tak jelas, mimpi kacau dan tanpa hikmah apapun.
Hidup Bagai Mimpi
Mimpi bukan hanya ada di dalam tidur, tetapi sesungguhnya hidup di dunia
ini bagai mimpi. Dan kita belum bangun, hingga kematian menjemput. Saat
kematian datang, tak ada lagi hijab
dan pandangan kita menjadi sangat jelas bahwa dunia ini hanya sesaat
saja. “Allah bertanya lagi (kepada mereka yang kafir itu): “Berapa
tahun lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: kami tinggal (di
dunia) selama sehari atau sebahagian dari sehari; maka bertanyalah
kepada golongan (malaikat) yang menjaga urusan menghitung Allah
berfirman: “Kamu tidak tinggal (di dunia) melainkan sedikit masa saja,
kalau kamu dahulu mengetahui hal ini (tentulah kamu bersiap sedia).” (surah Al-Mukminun: 112-114).
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-
benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin (yakin sebab melihat
sendiri), kemudian kamupun pasti akan ditanyai pada hari itu tentang
kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)“(QS. At Takatsur : 5-8)
Di dalam mimpi dunia ini, kita bisa bertemu dengan manusia-manusia
lainnya. Kitalah yang mengendalikan buruk atau indahnya mimpi. Berapa
banyak kita saksikan, manusia-manusia yang semula ada di sisi kita,
tiba-tiba kini tak ada lagi. Dan yakinlah seyakin-yakinnya bahwa kita
pun yang kini ada, akan menjadi tiada dan berpindah ke alam nyata,
terbangun dari mimpi. Saat itulah kita baru menyadari berapa banyak
amalan kita dan sesalan yang tiada terkira karena selama ini telah
melalaikan syariat-Nya. Dan qad aflaha al-Mu’minun, alladzinaahum ‘an shalatihim Khasyi’un…
Rangkailah mimpi dan berdoa selalu bahwa dunia ini akan menjadi mimpi
yang indah. Aku dan kau dihidupkan-Nya dalam dunia yang sama. Hingga
kelak kita terbangun dari tidur dunia dengan dijemput sang malaikat maut
menuju alam nyata. Akhirat. Sebelum itu terjadi…, buatlah mimpi indah
di dunia ini dengan Allah SWT sebagai tujuan. Karena mimpi kita hari ini
akan menentukan masa depan kita, di surga.. atau di neraka. Orang-orang
beriman ingin mimpi yang indah itu tercapai. Mimpi indah tentang bayang
dirimu.. wahai surga. [ANW]
sumber >>>http://www.akhwatmuslimah.com/2011/06/28/199/ada-bayang-dirimu-dalam-mimpiku/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar