Dua Belas Anak Cukup
Allah Ta’ala sudah menjamin rezeki bagi
setiap makhluk-Nya. Jangankan manusia yang memiliki akal dan
kesempurnaan fisik, terhadap hewan melata dan organisme lain yang tidak
memiliki perangkat tangan dan kaki seperti manusia pun, Allah Ta’ala
sudah menyiapkan jatah rezeki bagi mereka.
Keyakinan seperti inilah yang harus
senantiasa dipupuk hingga tumbuh, berkembang dan berbuah. Pasalnya,
seiring menipisnya kualitas akidah seseorang, maka keyakinannya akan
jatah rezeki pun akan semakin terkikis. Diantara dampaknya, banyak
diantara kita menempuh jalan yang salah dengan mengupayakan jalan rezeki
yang haram dengan dalih sesat: yang haram aja susah, apalagi yang
halal.
Kesalahan berpikir ini sempat terjadi di
masa kenabian. Banyak diantara kaum kafir yang beranggapan bahwa
datangnya anak bisa mengambil atau mengurangi jatah rezeki orang tuanya.
Akhirnya, ada diantara mereka yang membunuh anak-anaknya dengan dalih
yang menyesatkan itu.
Guna meyakinkan kita tentang konsep jatah
rezeki ini, dimana masing-masing anak membawa rezekinya masing-masing,
ada satu cerita yang barangkali berguna untuk kita. Ini kisah nyata,
yang mengalaminya adalah salah satu kenalan istri penulis di Kabupaten
Tangerang Banten.
Sebut saja namanya Abdullah. Pekerjaan
sehari-harinya menjadi penjual asongan yang menjajakan alat-alat
elektronik. Tidak punya toko, hanya beralih dari satu lokasi menuju
lokasi lain, termasuk kepada tetangga-tetangganya. Sementara sang istri
tidak memiliki pekerjaan tetap. Hanya sesekali membantu tetangganya atau
mengerjakan apa yang mungkin, selama halal.
Meski dengan pekerjaan seperti itu,
penghasilan tidak tetap, kadang ada tapi lebih sering tidak ada, tapi
keyakinan Abdullah tentang jatah rezeki ini patut diacungi jempol.
Bayangkan, ia yang tidak memakan bangku sekolah ini pernah berkata
“Laba-laba yang lemah dan ‘begitu saja’ dijamin rezekinya, apalagi
manusia yang memiliki ‘perangkat’ serba canggih dan bisa berusaha lebih
baik?”
Abdullah bukan sekedar beretorika atau
ngomong belaka. Saban hari Ia menjajakan dagangannya ke segenap penjuru
untuk menghidupi anak dan istrinya. Meski rumah mereka amat sederhana,
tapi anak-anaknya bertumbuh dalam bahagia dan kesehatan yang prima.
Anak-anaknya berbadan gemuk, bersih dan menyukai dunia pendidikan.
Memang, agak aneh jika menggunakan logika
manusia untuk menjelaskan hal ini. Hampir setiap ‘kehabisan’ rezeki,
Allah Ta’ala langsung mencurahkannya dari banyak sebab, melalui berbagai
jalan.
Pernah suatu ketika, si Sulung memakai
sepatu layaknya tentara ke sekolah. Karena tak lazim, salah satu guru
memanggilnya dan bertanya, “Sepatumu dapat dari mana?” Ternyata, ia baru
mendapatkan dari tetangganya yang seorang tentara. Sepatu itu diberikan
tepat ketika sepatu sang anak rusak dan harus segera diganti.
Itu hanya satu episode, banyak episode
lain yang sama sekali tak bisa dikisahkan dengan logika manusia.
Termasuk ketika datangnya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fithri.
Barangkali pembaca bertanya, berapa jumlah anaknya?
Keluarga Abdullah yang seorang penjual
perangkat elektronik sederhana dan istrinya seorang yang tak memiliki
perkerjaan tetap, dikaruniai 12 anak oleh Allah Ta’ala. Ya, dua belas
anak! [Pirman]
sumber : http://keluargacinta.com/dua-belas-anak-cukup/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar