Selasa, 30 Juli 2013

Imam Lapeo dari berbagai cerita

Penyebaran Islam dan cerita gaib
Waktu ke waktu, penyebaran Islam di Mandar berkembang pesat dan cepat. Fenomena ini cukupmengherankan, sebab tidak butuh waktu lama untuk menjadikan Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Mandar. Awalnya, penyebar Islam hanya menitikberatkan perhatiandalam hal pemberlakuan syariat, menekankan tata cara peribadatan dan perayaan ritual Islamyang benar, seperti penyunatan, perkawinan, dan penguburan. Dalam hal laranganmengkonsumsi daging babi dan berzina sangat dilarang, tetapi larangan lain seperti minum tuak dan opium, meminjamkan uang riba, berjudi, dan mempersembahkan sajian ke tempat keramatdan memuja benda pusaka agaknya tidak terlalu ditegakkan.Salah satu strategi penyebaran Islam di Mandar adalah memperlihatkan dan atau menceritakanhal-hal gaib bagi orang-orang yang meragukan kemampuan penyebar Islam. Itulah sebabnya,hampir semua penyebar Islam di awal-awal penyebaran (hingga tahun 60-an) adalah orang-orang berbasis tarekat.Misalnya kisah Syekh Al Ma’ruf, salah satu murid To Salamaq di Binuang, yang diragukan pendapatnya tentang arah kiblat di masjid yang dia bangun. Dia lalu melubangi dinding pengimaman masjid sebelah barat. Para pemrotes disilakan datang ke dinding pengimaman danmengintip melalui lubang dinding. Semuanya melihat Ka’bah di Mekkah. Rakyat di Binuang dansekitarnya makin bertambah hormat kepadanya. Sejak itu masyarakat memberikan gelar SaiyyeqLosa ‘Sayid Tembis’. Maksudnya, Orang yang Terhormat, yang pandangannya tembis, dapatmelihat hal-hal dan benda-benda yang jauh.Lain lagi kisah Syekh Syarif Ali, penyebar agama Islam yang datang dari Mekkah. Kononmeninggalkan Mekkah bersama saudaranya, Syekh Syarif Husain melalui laut, denganmengendarai selembar tikar sembahyangnya. Kemudinya tongkat besi panjang dua meter. Adatujuh tongkat yang berganti-ganti dijadikan kemudi. Perjalanan ditempuh tujuh hari tujuh malam.Saat tiba di Mandar, dia memilih Lakkaqding Somba (Kec. Sendana, Kab. Majene), membangunsebuah masjid di sana dan kawin dengan Manaq. Mempunyai keturunan tiga orang anak: SyekhHaedar tinggal di Lakkading Somba, Syekh Muhammad tinggal di Luaor Pamboang, dan SyekhAhmad yang tinggal di Salaparang.Ulama paling terkenal di Mandar saat sekarang adalah Tosalamaq Imam Lapeo (biasa disingkat“Imam Lapeo” saja). Nama aslinya K. H. Muhammad Tahir. Dia seorang ulama sufi.Diperkirakan lahir tahun 1838 di Pambusuang (Kec. Balanipa, Kab. Polman). Di masa kanak-kanak bernama Junaihim Namli. Wafat usia 114 tahun, tanggal 17 Juni 1952 di Lapeo (sekarangwilayah Kec. Campalagian, Kab. Polman). Dimakamkan di halaman Masjid Nur Al-Taubah diLapeo yang dibangunnya. (Di daerah Mandar lebih dikenal dengan sebutan Masigi Lapeo‘Masjid Lapeo’ yang terkenal dengan menaranya yang tinggi). Makamnya, sampai saat sekarangini banyak dikunjungi/diziarahi oleh masyarakat yang datang dari berbagai daerah.Ada satu kisah kekeramatan Imam Lapeo yang dipercaya kebenarannya. Suatu saat, Imam Lapeosementara memberikan pengajian, tiba-tiba pengajian dihentikan beberapa saat. Ia keluar keteras, menatap ke angkasa raya seraya tangannya dilambai-lambaikan. Setelah itu masuk kembaliuntuk melanjutkan pelajaran kepada murid-muridnya. Sebelum pengajian dilanjutkan kembali,

salah seorang muridnya bertanya tentang apa yang barusan To Salamaq Imam Lapeo kerjakan.Dijawab, dia menolong sebuah perahu yang hampir tenggelam di tengah laut karena serangan badai dan amukan ombak besar. Beberapa hari kemudian, seorang tamu dari Bugis datang kerumah To Salamaq Imam Lapeo mengucapkan terima kasih. Menurut pengakuannya, perahunyahampir tenggelam beberapa hari yang lalu di sekitar pulau-pulau Pangkajene. Yangmenolongnya adalah K.H. Muhammad Tahir To Salamaq Imam Lapeo yang tiba-tiba dilihatnyadatang berdiri di bagian kepala perahunya. Seketika itu juga ombak menjadi tenang, dan badai pun reda.Terakhir, ulama penyebar Islam yang diyakini ke-karamah-annya adalah K. H. MuhammadSaleh. Dikenal sebagai salah seorang pionir ulama yang membawa, mengajarkan, danmengembangkan Tarekat Qadiriyah di Mandar. Beliau lahir pada tahun 1913 di Pambusuang.Usia 15 tahun menuju tanah suci untuk menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu tarekat.Sewaktu bekerja di Mamuju, tepatnya di saat membaca khutbah di salah satu masjid diTappalang, K. H. Muhammad Saleh dikirimi ilmu hitam. Namun berkat kekaramahannya, ilmusihir yang berwujud cahaya bola api tidak mengenai dirinya. Belakangan, penyihir yangmelakukannya meminta maaf. Masih di Tappalang, juga pernah K. H. Muhammad Saleh hendak diracun dengan ilmu hitam. Nasi yang dihidangkan kepadanya berubah wujud menjadi ulat danular. Tapi itu tak mempan untuk mencelakai dirinya.Ditilik dari sejarah pengaruh agama-agama samawi yang masuk ke Sulawesi Barat, tampaknyaagama Kristen lebih dulu daripada agama Islam. Agama Kristen dibawa oleh orang-orangPortugis (belakangan Belanda, Jerman dan beberapa negara Eropa), sedangkan agama Islam olehorang Arab, Melayu, dan Jawa. Oleh banyak faktor, khususnya pemahaman terhadap budayasetempat, pengaruh Kristen tidak begitu mendalam (sebagaimana yang terjadi di SulawesiUtara).Strategi Islamisasi oleh penyebar Islam menjadikan kaum bangsawan sebagai kelompok yangharus pertama kali diislamkan yang pada gilirannya memudahkan mengajak rakyatnya memeluk Islam. Strategi lain adalah ajaran Islam tidak secara frontal diterapkan, khususnya dalam beberapa praktek ritual. Peninggalan animisme yang masih bisa ditolerir disesuaikan dengan praktek Islam. Ini menjadikan kaum pribumi bisa menerima dengan baik. Belum lagi penggunaan ilmu gaib untuk membuktikan kekuatan seorang penyebar Islam.
Peran Imam Lapeo, tidak terlepas dengan karamah kesufian yang ada pada dirinya. Karamah berupa keluarbiasaan yang dimiliki oleh Imam Lapeo. Untuk lebih jelasnya, berikut inidikemukakan beberapa karamah yang dimilikinya.1
Tangannya Kebal terhadap Api
Diceritakan bahwa selama belajar di hadapan Sayyid Alwi al-Maliki, Imam Lapeo juga bertindak sebagai penuntun unta terhadap gurunya dalam berbagai perjalanan.Saat sang guru Sayyid Alwi al-Maliki bersama muridnya Imam Lapeo melakukan perjalananantara Mekkah dan Madinah, karena keamanan di jalan kurang terjamin, mereka singgah
http://htmlimg2.scribdassets.com/5d8iafd2tc2nmm3x/images/33-de0853aa8c.jpg

isterahat dan berkemah di jalanan. Ketika itu,Imam Lapeodidapati oleh gurunya mengisaprokok. Sang Guru langsung mengambil rokok tersebut dari tangannya, dan rokok yang sementaraterbakar itu ditekankan ke telapak tangan muridnya. Dalam keadaan demikian, Imam Lapeotidak merintih dan tidak merasakan kesakitan, malah hal itu dibiarkannya sampai semuanyaselesai.
Menaklukkan Gumpalan Sinar Api
Pengalaman pertama Imam Lapeo ketika baru saja berada di Mandar, adalah penduduk setempatmencoba mengujinya, melalukan semacam permainan berbahaya. Waktu itu, Imam Lapeosedang khutbah di atas mimbar mimbar pada hari Jumat, dan bersamaan dengan itu pula munculsuatu gumpalan api yang sangat tajam cahanya.Gumpalan api yang pada mulanya laksana sebutir telur yang sinarnya sangat tajam itu, tiba-tibamenjadi besar dan bergerak dari depan dengan kencangnya menuju ke hadapan Imam Lapeo.Pada saat menentukan, dan sejengkal lagi gumpalan api itu mengenai mukanya, Imam Lapeohanya bergerak dengan isyarat matanya, dan akhirnya gumpalan api itu menyingkir darihadapannya, seterusnya mengenai tembok di belakang mimbar, dan hancurlah tembok mesjidtersebut berantakan rata dengan tanah.
Menundukkan Ular
Suatusaat Imam Lapeodiundang mengahadiri pesta walimah di Tapalang daerah Mamuju.Ketika resepsi makan dimulai, tiba-tiba muncul ular-ular dipiringnya yang ingin digunakannyauntuk makan. Ular-ular tersebut, tiada lain dari orang tertentu yang konon kabarnya inginmempermalukan Imam Lapeo di tengah pesta.Imam Lapeo sebagai ulama sufi yang tawadhu’, hanya menyaksikan ular-ular itu meliuk-liukkan badannya, sampai akhirnya jumlah ular bertambah banyak dan meloncat-loncat. Walhasil, hanyadengan mengancam ular-ular itu dengan memberi isyarat, maka dengan seketika ular-ular tadihilang dengan sendirinya.
Kuburannya Banyak Diziarahi Orang
Ada suatu kaedah dalam kewalian dan kesufian yang menyatakan bahwa seorang waliyullahapabila nampak karamah (keluarbiasaan) pada waktu hidupnya pada dirinya, maka akan nampak  pula keramat pada waktu sesudah matinya.2 Seorang sufi, apabila dikunjungi orang pada waktuhidupnya, maka dikunjungi pula banyak orang sesudahnya matinya/makamnya. Hal inilah yangterjadi pada diri Imam Lapeo dimana kuburannya dikunjungi oleh banyak orang, terutama padahari-hari tertentu, misalnya pada saat-saat sebelum pem-berangkatan dan setelah kembali daritanah suci Mekkah.





Menurut sumber yang terpecaya, Syekh Alwi al-Maliki, guru K.H. Muhammad Shalehdi Mekkah yang sangat dikaguminya, memang pernah meramalkan bahwa kelakmuridnya ini, bakal jadi punya keistimewaan, dan salah satu di antaranya menikahsampai tujuh kali. Ramalan sang guru ini, telah terbukti pada diri K.H. MuhammadShaleh, dan isterinya yang terakhir adalah Hj. Mulia Sule. Dari isterinya ini, lahirlahtujuh keturunan, yakni Drs. H. Thasim, Hj. Nasma, Drs. H. Ilham Shaleh, M.Ag, Nelia, Jirana SE, Dra. Namirah, Drs. Fadlullah, dan Ahrar.Pusat kegiatan mengajar K.H. Muhammad Shaleh di daerah Mandar pada mulanyaadalah di rumahnya dan kemudian berpindah ke Masjid Jami Pambusuang dalambentuk pengajian lokal yang tidak begitu ramai.Ketika nama K.H. Muhammad Shaleh menjadi populer dan mendapat kharisma ditengah-tengah masyarakat, maka banyak orang berdatangan di pengajiannya, yangakhirnya murid-muridnya bukan saja berasal dari daerah lokal, tapi justeru banyakpula yang berdatangan dari luar Mandar.K.H. Muhammad Shalehdalam berbagai meteri pengajiannya, banyakmenyampaikan tentang ajaran tarekat Qadiriyah yang terwariskan olehnya melaluigurunya dan memiliki silsilah sampai ke Syekh Abdul Qadir Jailani.3Ajaran tarekatyang disampaikan oleh K.H. Muhammad Shaleh merupakan aliran kerohanian yangberkembang secara pesat di daerah Mandar dan sekitarnya, bahkan sampai keseluruh pelosok tanah air.Menurut pengakuan H. Ahmad M. Sewang salah seorang murid K.H. MuhammadShaleh bahwa, gurunya ini adalah seorang sufi besar yang seluruh hidupnya 63tahun diabdikan untuk belajar dan sisa hidupnya dimanfaatkan untuk mengajar ditanah air, khususnya di mandar. Aktivitas mengajar yang dilakukan K.H.Muhammad Shaleh tidak pernah berhenti sampai wafatnya, yakni pada tanggal 10April 1977 di Mandar. Sepeniggal beliau, ajaran tarekatnya dan pengaruhnyasemakin meluas di tengah-tengah masyarakat, terutama para pengikut tarikatnya.

Imam Lapeo, Wali Songonya Sulbar
Di antara hiruk pikuknya pemberitaan tentang Osama Bin Laden dan Negara Islam Indonesia.Saya sempatkan menuliskan sosok sufi yang mungkin saja Anda belum mengenalnya.Dialah “Wali Songo” dari Provinsi Sulawesi Barat. Lahir dengan nama K.H. Muhammad Thahir atas lebih populer dengan sebutan Imam Lapeo. Nama Lapeo sendiri diambil dari nama kampungdi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sekitar 290 Km dari Makassar.
http://htmlimg1.scribdassets.com/5d8iafd2tc2nmm3x/images/6-541a7de66b.jpg

 Imam Lapeo
: seorang imam di desa lapeo yang sederhana dan menyebarkan agama islamsampai ketanah bugis. sering memperlihatkan mukzisat dari sang Kuasa Daerah kelahiranku inidikenal dengan black magic-nya, animisme dan kemusyrikan (dulu, red). Imam Lapeo-lah yangmeluruskan jalan sesat mereka.Imam Lapeo sukses menobatkan mereka, dan inilah yang menjadi salah satu alasan namamasjidnya Mesjid Jami’ At-Taubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya mesjid NuruttaubahLapeo.Jika dihubungkan dengan ke-Imam-an seseorang maka kita harus merujuk kepada beberapakriteria seorang Imam yang saya kutip dari Qitab Hadiqatul afham karya Alwi Bin HamidAl’Idrus: 1. Berahati rahim 2. Luas ingatannya 3. Sabar atas perintah Allah 4. Sabar atas pengawalan hamba-hamba Allah 5. Sabar atas menyampaikan nasehat-nasehat kepada ahlisembahyang 6. Selalu memperhatikan jalannya daya upaya dalam memperbaiki keadaan orang-orang kampung. 7. Kunjungi orang-orang yang menjauhkan diri dari jam’ah. 8. Ambil hatikepada orang-orang tua. 9. Dekat-dekatan orang-orang yang patut dan terhormat. 10. Mengalah buat hal-hal yang dalamnya ada kemajuan bagi persatuan dan kerukunan umum. 11. Selalumemberikan nasehat-nasehat yang perlu kepada ma’mum-ma’mumnya. (Tri Wahyu SyahputraPalonntogi).Dalam menyebarkan agama Islam berbagai cara yang ditempuh oleh imam lapoe, dimana iamenarik perhatian masyarakat atau orang disekitarnya dalam mengajarkan agama, secara bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.Beliau mengajak masyarakat sekitar membangun mesjid tetapi dalam kenyataannya tak semudahdibayangkan. Imam Lapeo harus berhadapan dengan maraknya perjudian, ramainya wargaMandar yang masih mabuk-mabukkan dengan minuman kebanggaannya adalah Manyang Pai’.(Tuak).Masyarakat sendiri secara bertahap menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan. Bukanhanya dengan mengajak masyarakat di sekitarnya membangun mesjid Imam Lapeo juga sering bertamu di rumah masyarakat jika sedang berjalan-jalan dan juga terkadang masyarakatmendatangi rumah beliau untuk meminta doa dan petunjuk jika ada masalah yang mereka hadapiatau mempunyai keiinginan. Beliau juga terkenal dengan sikap dermawannya sampai-sampai beliau berhutang jika ada masyarakat yang memerlukan bantuan. Hal ini dituturkan oleh penulissejarah Imam Al-Lapeo.Paparan tersebut di atas masihlah sebuah referensi asli dari sahabat saya Tri Wahyu SyahputraPalonntogi. Kemudian, banyak hal-hal yang terjadi pada diri Imam Lapeo semasa hidupnya.Sehingga orang-orang Mandar menyebutnya sebagai Wali Songonya Sulawesi Barat. Berdakwahtanpa kekerasan, kalaupun menemukan yang haram-haram yang dilakukan oleh warga, ImamLapeo tak harus mengerasinya.Seandainya beliau masih hidup, mungkin beliau akan geleng-geleng kepala terhadap perilaku- perilaku organisasi keagamaan saat ini yang kadang memaksakan kehendak dan mengambil jalan pintas dengan melakukan kekejaman dan aksi anarkhis.

Dan tentu beliau akan mengobarkan semangat kedamaian di tengah peperangan melawankemerosotan moral. Beliau akan mendoakan bagaimana anggota DPR kita yang telah sangat jauhmelenceng dari amanah. Ada beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Lapeo banyak mengadopsi kelembutan seorang Khalifah Rasulullah yakni Abu Bakar As-Shiddiek.Apa subtansi sehingga saya tuliskan tentang sosok beliau?. Yah, mungkin saja dapat bermanfaat bagi wakil-wakil kita di Senayan yang semakin hari semakin menunjukkan gambaran dekadensimoral dan hedonisme. Mungkin juga dapat menjadi analisa komparasi terhadap tindak-tanduk  pembelokan ketauhidan pada kelompok tertentu, pun dapat menjadi materi renungan terhadapdiri kita sendiri.Selain itu, Indonesia yang jumlah penduduknya semakin membengkak tetapi sudah teramat sulitmenemukan sufi sekelas Imam Lapeo. Indonesia yang dulunya tak seberapa penduduknya tetapi banyak ulamanya. Sekarang, jumlah penduduk yang semakin banyak tetapi malah ulamasemakin tak banyak. Yang lebih kacau lagi, malah kementerian agama dalam urusan hajinya kok  bisa-bisanya korup.Padahal pencerahan-pencerahan tentang agama sudah terlalu banyak kita bisa dapatkan bahkantelevisi-televisi di Indoensia memiliki program khusus tentang pendidikan agama.
Materiagama
sudah kelewat banyak tetapi yang sering kita jumpai adalah lahirnya agama baru:
AgamaMateri.









Lahir dengan nama K.H. Muhammad Thahir atau lebih populer dengan sebutan Imam Lapeo lahir di Tinambung pada thn 1838. Nama Lapeo sendiri diambil dari nama kampung di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sekitar 290 Km dari Makassar.
Imam Lapeo : seorang imam di desa lapeo yang sederhana dan menyebarkan agama Islam sampai ketanah bugis. sering memperlihatkan mukzisat dari sang Kuasa, Daerah Mandar sendiri dulunya dikenal dengan ilmu magic-nya, animisme dan kemusyrikan Imam Lapeo-lah yang meluruskan jalan sesat mereka.
Imam Lapeo sukses menyadarkan perilaku-perilaku buruk mereka, dan inilah yang menjadi salah satu alasan nama masjidnya yang dikenal sampai sekarang dengan sebutan Mesjid Jami’ At-Taubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya mesjid Nuruttaubah Lapeo.
Dalam menyebarkan agama Islam berbagai cara yang ditempuh oleh Imam Lapoe, dimana ia menarik perhatian masyarakat atau orang disekitarnya dalam mengajarkan agama, secara bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.
Beliau mengajak masyarakat sekitar membangun mesjid tetapi dalam kenyataannya tak semudah dibayangkan. Imam Lapeo harus berhadapan dengan maraknya perjudian, ramainya warga Mandar yang masih mabuk-mabukkan dengan minuman kebanggaannya adalah Manyang Pai’. (Tuak).
Masyarakat sendiri secara bertahap menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan mengajak masyarakat di sekitarnya membangun mesjid Imam Lapeo juga sering bertamu di rumah masyarakat jika sedang berjalan-jalan dan juga terkadang masyarakat mendatangi rumah beliau untuk meminta doa dan petunjuk jika ada masalah yang mereka hadapi atau mempunyai keiinginan. Beliau juga terkenal dengan sikap dermawannya sampai-sampai beliau berhutang jika ada masyarakat yang memerlukan bantuan.
Berbagai cara dan upaya telah dilakukannya beliau untuk menyampaikan dan mewujudkan risalah dan nilai-nilai Islam yang benar kepada ummat Islam di Mandar, yang sudah ter-Isalamkan sejak abad ke 15 di jaman Ammara’diang Kakanna I Pattang Daetta Tommuane oleh usaha Ulama Abdul Rachman Kamaluddin bergelar Tosalama di Binuang.
 Walaupun kiprah dan perjuangan Imam Lapeo sering di reduksi dan dibumbui drngan hal-hal yang berbau Supranatural seperti cerita tentang kemampuannya berada di dua tempat sekaligus ; menaklukkan para tukang Doti, bahkan intelektual sekelas Emha Ainun Najib meyakininya kisah-kisah Imam Lapeo.
Ada banyak nelayan Mandar yang percaya, bila terhadang badai di tengah laut, mengingat sang panrita untuk kemudia memanggil namanya adalah salah satu cara menaklukkan badai. Ya, itulah salah satu bentuk betapa orang Mandar menganggap Imam Lapeo sebagai ulama ber-karamah. Banyak rumah di Mandar memasang fotonya di dinding rumah. Dan banyak kasus, foto ukuran kecilnya dijadikan jimat (disimpan di dalam dompet).
Berikut Biographi singkat serta beberapa kisah kharomah yang dialami oleh K. H. Muhammad Thahir (Imam Lapeo) yang juga terkenal dengan sebutan Tosalama’ Iman Lapeo.
Pada masa kanak-kanaknya, oleh orang tuanya memberikan nama kepada Imam Lapeo yaitu Junaihim Namli. Sejak kecil ia dikenal masyarakat sebagai anak yang patuh dan taat kepada oran tua, beliau dikenal jujur, pemberani, dan punya kemauan yang sanga keras.
K. H. Muhammad Tahir Iman Lapeo berlatar belakang keluarga yang taat beragama. Bapaknya bernama Muhammad bin Haji Abdul Karim Abtalahi, disamping bekerja sebagai petani dan nelayan, juga menjadi guru mengaji Al Quran.
Guru mengaji handal yang diwariskan oleh nenek K. H. Muhammad Iman Lapeo yaitu H. Abd. Karim Abtallahi (juga populer dengan nama Nugo kepada anaknya, Muhammad). Nenek Iman Lapeo salah seorang penghafal Quran yang terkenal dizamannya. Istrinya bernama St. Rajiah, yang menurut silsilah keturunannya berasal dari keturunan Hadat Tenggelang (Tenggelang, suatu daerah yang berstatus distrik dalam wilayah pemerintahan swapraja Balanipa dahulu, sekarang termasuk pemerintahan wilayah Kecamatan Campalagian).
Latar belakang yang taat beragama inilah yang sangat berpengaruh dalam proses perkambangan jiwa K. H. Muhammad Tahir Imam Lapeo dan mewarnai kehidupannya sejak beliau kanak-kanak. Sebagai seorang anak nelayan ia telah terbiasa dengan arus dan gelombang laut ketika menemani ayahnya mencari ikan. Tidak mengherankan sejak umur 15 tahun beliau telah berani mengikuti pamannya Haji Bukhari ke Padang, Sumatra Barat berdagang lipa’ sa’be (sarung sutra).
Pada umur 27 tahun Muhammad Tahir dikawinkan oleh gurunya Sayid Alwi Jamalullil bin Sahil (seorang ulama besar dari Yaman) dengan seorang gadis bernama Nagaiyah (kemudian berganti nama menjadi Rugayah). Pada perkawinan inilah nama Junahim Namli diganti oleh gurunya (Sayid Alwi) menjadi Muhammad Thahir, nama yang dikenal sampai sekarang.
Di bidang pendidikan, pendidikan formalnya tidak menonjol. Dalam mengikuti pendidikan non-formal ia lebih tertarik pada pelajaran-pelajaran agama Islam. Di usia kanak-kanaknya Junahim Namli telah khatam Al Quran beberapa kali melampaui teman-teman sebayanya. Menjelang usia remaja, ia lebih memperdalam bahasa Arab seperti nahwu syaraf di Pambusuang. Lalu dia pergi ke Pulau Salemo (masa itu sangat terkenal sebagai tempat pendidikan pesantren yang melahirkan para ulama di bawah bimbingan ulama besar dari Gresik, Jawa Timur) menimba dan menambah ilmu-ilmu agama Islam. Beberapa tahun ia tinggal disalemo.
Kemudian ia pergi ke Padang, Sumatra Barat dan tinggal selama 4 tahun menambah ilmu. Sesudah itu melanjutkan perjalanannya ke Mekah menuntut ilmu agama, mendatangi ulama besar memperdalam ilmu fikih, tafsir, hadits, teologi dan lain-lain. Ia tinggal di Mekah beberapa tahun lamanya.
Dalam perjalanan K.H. Muhammad Tahir Iman Lapeo mengembangkan dakwah Islam, ia telah melakukan perkawinan sebanyak enam kali. Perkawinan ini didasarkan kepada kesadaran K. H. Tahir Imam Lapeo bahwa kawin dengan bersandarkan syariat Islam adalah merupakan strategi dakwah yang sangat efektif dalam mengenbangkan dan atau menyebarkan agama Islam. Hal itu ditandai dengan kenyataan, beberapa istrinya berasal dari keluarga elit dalam masyarakat Mandar dizamannya yang dianggap sangat bisa menunjang perjuangan dakwahnya.
Istri pertama bernama Rugaya melahirkan keturunan 8 anak yaitu: St. Fatima, St. Hadiyah, Muhammad Yamin, Abd. Hamin, Muhammad Muchsin, St. Aisyah, St. Marhumah.
Istri kedua, Sitti Khalifah, tidak melahirkan keturunan. Istri ketiga Sitti Khadijah, melahirkan satu orang anak yaitu Najamuddin, dan yang istri keempat Sitti Attariah, tidak melahirkan anak. Keempat istrinya itu adalah putri-putri tokoh masyarakat.
Dalam meluncurkan visi misi dakwah ke daerah Mamuju ia diangkat menjadi Kali ‘Kadi’ Kerajaan Tappalang (sekarang dalam wilaya Kecamatan Tappalang, Kabupaten Mamuju).
Di Mamuju K. H. Muhammad Tahir Imam Lapeo mengawini seorang putri sayid yang bernama Syarifah Hamidah tetapi tidak melahirkan keturunan. Pada perkawinan yang terakhir dengan Sitti Amirah melahirkan empat orang anak yaitu Abdul Muttalib, Siti Ssabannur, Siti Asiah dan Siti Aminah.
Putra-putri K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo sebagian besar melanjutkan usaha bapaknya mengabdi untuk kepentingan agama Islam. Salah seorang putrinya yang bernama Hj. Aisyah Tahir, populer dengan panggilan Ummi Aisyah, adalah tokoh wanita Sulawesi Selatan pernah memimpin Muslimat Nahdatul Ulama, yang menjelang akhir hayatnya Ummi Aisyah dikenal sebagai wanita yang memiliki kemampuan metafisik yang lebih.
K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo menghembuskan nafas terakhir dengan tenang dalam usia 114 tahun, pada hari Selasa 27 Ramadhan 1362 H. Bertepatan tanggal 17 Juni 1952 di Lapeo (sekarang wilayah kecamatan Campalagian, kabupaten Polewali Mandar). Dimakamkan di halaman mesjid Nur Al-Taubah di Lapeo (mesjid yang di kawasan Mandar dikenal juga dengan sebutan Masigi Lapeo ‘Mesjid Lapeo’ yang terkenal dengan menaranya).
Makam K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo sampai sekarang banyak dikunjungi oleh masyarakat yang datang dari berbagai daerah Mandar, dan daerah-daerah lain dari luar Mandar.
K. H Muhammad Thahir Imam Lapeo terkenal juga dengan gelar To Salamaq Imam Lapeo. Dalam bidang tasawuf dan tarekat, K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo mengacu kepada tasawuf dan tarekat Syadziliah.
Berikut ini beberape kisah kekeramatan To Salamaq Imam Lapeo yang dipercaya kebenarannya oleh sebagian besar masyarakat Mandar dahulu.
1. Pembangunan Mesjid
Waktu itu sekitar tahun 60an Masjid Lapeo sedang dibangun disamping makam lapeo namun terhambat masalah dana akhirnya tidak lama kemudian datang beberapa unit truck dari makassar membawa semen pasir dan beberapa bahan bangunan warga sekitar heran karena tidak ada satupun dari mereka yang memesan apalagi dana tidak ada.mereka memutuskan untuk membicarakannya di rumah salah satu warga di sana,ketika ditanyakan tentang siapa orang misterius yang memesan bahan bangunan ini,si supir mengatakan bahwa yg memesan adalah seorang kakek berpakaian serba putih bersorban dan kebetulan si supir melihat foto imam lapeo yang ada di lama rumah warga tersebut,dan mengatakan bahwa orang itulah yang memesan bahan bangunan.
2. Tempat Imam Lapeo Berkhalawat
Narasumber mengetahui ada 2 tampat imam Lapeo berkhalawat yang di kebun dan sebidang tanah yang terletak di Paccini. Tempat ini telah didirikan sebuah rumah dan ada kejadian yang diluar jangkauan manusia yakni penghuni rumah tersebut satu persatu meninggal dunia. Dan orang-orang pun memberi tanda tempat Khalawat Imam Lapeo untuk tidak dihuni.
3. Turun Dari Mobil Untuk Sembahyang.
Suatu hari dalam perjalanan menuju Makassar, tiba waktunya untuk shalat Dzuhur dan beliau menyuruh sopir mobil untuk berhenti sejenak untuk melaksanakan shalat, namun sopir mobil tidak rela menghentikan mobilnya jika sewa mobil tidak dibayar agar dapat melanjutkan perjalanan ke Makassar. Belia pun membayarnya dan turun bersama rombongannya untuk menunaikan shalat Dzhuhur, kemudian mobil tersebut melanjutkan perjalanannya namun dalam perjalanan mobil tersebut tiba-tiba macet, mobil tidak bisa jalan, setelah shalat Imam Lapeo beserta rombongan berencana melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki, dalam perjalanan mereka bertemu dengan mobil yang mereka tumpangi dalam keadaan macet, penumpang dalam mobil tesebut berkata inilah tadi teman kita yang singgah untuk shalat, Imam Lapeo pun naik diatas mobil tersebut tidak lama kemudian mobil tersebut bisa jalan dan normal seperti semula.
4. Gema Teriakannya Di Telinga Pencuri.
Suatu hari ada seseorang memasuki kebunnya di Galung Lampu, berencana untuk mencuri buah-buahan yang didalamnya yakni memanjat pohon kelapa. Tiba-tiba terdengar teriakan Imam Lapeo, sementara beliau tidak ada dikebun, orang tersebut lari sekencangnya suara tersebut masih terdengar : To bibo….to bibo… to bibo. Dia pun tidak bisa tidur dengan mendengar suart tersebut hingga dia pun  mendatangi beliau dan menjelaskan apa yang telah terjadi dan memohon maaf kepada beliau juga meminta agar diobati. Orang tersebut dioabati dan sudah merasa tenang.
5. Pernah Diberkati Jadi Professor
Seorang Professor bercerita:
Dia berasal dari Sindereng 8 bersaudara dia merupakan anak bungsu. Ayahnya meninggal sewaktu masih kecil. Pada suatu hari ibunya mendatangi seorang ulama tentang anak-anaknya apakah ada bayangan kebaikan, sebab peninggalan ayahnya hanya sebidan tanah yang tidak terlalu luas. Ulama itupun menyarankan untuk mendatangi Imam Lapeo yang ada di Mandar. Katanya ambillah sebahagian kemampuanmu untuk dapat mendatanginya. Diapun kerjakan sebagiamana saran ulama tadi.
Sewaktu bertemu Imam Lapeo memperhatikan kedelapan anak-anak itu lalu menunjuk bahwa anak bungsu ini nanti akan sukses, peliaharalah dia dengan baik dan saya doakan.
Ternyata dia sekarang jadi dosen di IAIN Alauddin Makassar.
6. Mengembalikan Peliharaan yang hilang.
Kawu, seorang tua dari Kelurahan Tinambung, kabupaten Polmas menuturkan bahwa pernah suatu hari kuda peliharaanya hilang. Sudah satu minggu lebih dicari kuda yang hilang itu, belum juga ditemukan. Maka ia menemui K.H Muhammad Thahir Lapeo mohon didoakan agar kuda itu dapat ditemukannya.
To Salamaq Imam Lapeo memejamkan lalu mengangkat tangannya sambil berdoa, ia berkata kepada Kawu, bahwa kuda yang dicari sekarang dalam perjalanan pulang kekandangnya. Jawaban tersebut membuat si empunya kuda tercengang, dan segera pamit pulang. Apa yang terjadi? Sesampainya dirumah dai menemukan kudanya benar-benar sudah ada dikandangnya.“ Kuda itu datang sendiri “, kata istri pemilik kuda tersebut.
7. Membayar Hutang
Peristiwa lainnya dituturkan oleh informan bahwa suatu hari K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo ingin mambayar hutang karena waktu yang disepakati telah sampai. Hutang tersebut adalah harga bahan-bahan bangunan Mesjid Nur Al- Taubah Lapeo yang dipinjam oleh beliau untuk perluasan bangunan Mesjid. Tetapi sampai pada malam hari To Salamaq Imam Lapeo belum juga mempunyai uang., sementara besoknya hutang itu harus dibayar.
Lalu, malam itu juga ia mengajak putranya Muchsin Thahir beserta kusir bendi berangkat ke Majene menemui H.Hasan, pedagang yang memberi utang kepada panitia pembangunan mesjid dengan maksud minta perpanjangan waktu peminjaman. Dalam perjalanan dari Lapeo menuju Majene, semua mesjid yang dilewati disinggahi untuk melaksanakan shalat sunnah, antara lain mesjid-mesjid Karama,Tangnga-Tangnga, dan Tinambung. Dari Tinambung beliau terus ke Limboro dan Lembang-Lembang. Di kedua mesjid itu ia melakukan shalat agak lama.
Menjelang subuh hari baru ia putranya meneruskan perjalanan ke Majene. Dalam perjalanan antara Lembang-Lembang dan Tinambung tiba-tiba ia ditahan oleh seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya. Orang itu memberikan suatu bungkusan sebagai oleh-oleh kepada To Salamaq Imam Lapeo.
Lalu diperintahkannya kepada anaknya(Muchsin Thahir) yang menyertainya malam itu mengambil bungkusan tersebut. Perjalanan ke Majene dilanjutkan. Setelah sampai di rumah H.Hasan di Majene bungkusan tersebut dibuka. Apa isinya? Ternyata, sejumlah uang pas-pas dipakai membayar hutangnya kepada H.Hasan.
8. Menyembuhkan Penyakit
Dituturkan pula bahwa di Lapeo pernah berjangkit suatu penyakit yang sangat ganas dan berbahaya. Penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional maupun medis modern pada saat itu. Menurut informan, saking ganasnya penyakit itu sehingga dalam satu hari diperkirakan 3 sampai 5 orang yang meninggal akibat penyakit tersebut. Keadaan seperti ini sangat meresahkan dan menggelisahkan masyarakat. Rakyat mengadu kepada To Salamaq Imam Lapeo. Mendengar semua pengaduan tersebut K.H Muhammad Thahir sangat prihatin.
Di perintahkannya menyiapkan sebuah tempayan berisi air minum. Setelah itu K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo memejamkan mata seraya mengangkat tangannya berdoa kepada Allah, kemudian diludahinya air tempayan tersebut tujuh kali. Air yang telah diludahnya itu diminumkan kepada penderita yang terkena penyakit aneh tersebut.
Berkat pertolongan Allah swt., mereka yang sempat meminum” air obat ” To Salamaq Imam Lapeo semuanya sembuh, dan penyakit tersebut tidak mengganaskan lagi.
9. Menolong Orang Yang Tenggelam
Pernah suatu saat, ketika K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo sementara memberikan pengajian, tiba-tiba pengajian dihentikan beberapa saat. To Salamaq Imam Lapeo keluar ke teras, lalu menatap ke angkasa raya seraya tangannya dilambai-lambaikan. Setelah itu beliau masuk kembali akan melanjutkan memberikan pelajaran kepada murid-muridnya.
Sebelum pengajian dilanjutkan kembali, salah seorang muridnya bertanya tentang apa yang barusan To Salamaq Imam Lapeo kerjakan. Beliau menjawab bahwa dia menolong sebuah perahu yang hampir tenggelam di tengah laut karena serangan badai dan amukan ombak besar. Beberapa hari kemudian, seorang tamu dari Bugis datang ke rumah To Salamaq Imam Lapeo mengucapkan terima kasih.
Menurut pengakuannya bahwa perahunya hampir tenggelam beberapa hari yang lalu di sekitar pulau-pulau Pangkajene. Yang menolongnya adalah K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo yang tiba-tiba dilihatnya datang berdiri di baguan kepala perahunya. Seketika itu juga ombak menjadi tenang, dan badai pun reda.
10. Dalam keadaan lapar dan Haus Makanan datang
Pada suatu hari, dengan ditemani beberapa muridnya, K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo sedang menuju ke suatu kampung. Mereka berjalan kaki menyusuri pinggir kali menuju ke hulu. Menjelang sore hari mereka berjalan terus. Mereka belum makan siang karena sejak berangkat tadi belumprnah melewati perkampungan penduduk. Di manakah mereka akan makan, sementara lapar haus sudah terasa?
Tapi K.H Muhammad Thahir To Salamaq Imam Lapeo mengatakan supaya mereka sabar. Tak berapa lama kemudian,di tempat yang begitu sunyi sepi, tiba-tiba mereka melihat suatu rakit kecil yang sedang hanyut ke hilir. Di atas rakit kecil itu tersedia berbagai jenis makanan seperti nasi,ketan,lauk bersama ayam panggang. Mereka mengambil makanan tersebut dan menikmatinya. Selanjutnya K.H Muhammad Thahir Imam Lapeo bersama pengikutnya/muridnya melanjutkan perjalanan menuju kampung tujuan.
Wafatnya Imam LapeoMenjelang kematiannya, Imam lapeo berpesan supaya disediakan batang pisang sebelah menyebelah (pihak kanan dan pihak kiri) sebagai tempat bersandar saya bicara dengan mungkar-nakir. Pagi pada hari selasa beliau wafat dan besok siang barulah dimakamkan. Penulis pada waktu itu berumur 8 tahun menyaksikan.
Awan mendung dan tangisan para pelayat mayat beiau tambah lama semakin kecil. Jasadnya disemayamkan di rumah di mandikan di Mesjid Lapeo.
Menurut mahyuddin sewaktu di usung, jenazah sangat ringan seakan-akan tidak ada kecuali kain, merekapun masygul. Ketika disuapi dengan tanah pada bagian kepala mereka menyaksikan jasad didalam kain kafan. Setelah menyuapi terdengar di telinga mereka suara batuk.
Pesan yang paling dia utamakan kepada masyarakat lapeo adalah selalu berkata jujur, dan pesan lainnya adalah melaksakan shalat dan ibadah lainnya.
Pandangan Masyarakat Terhadap Imam Lapeo (K.H. Muhammad Thahir)Menurut Masyarakat yang sempat kami wawancarai bahwa sahnya imam lapeo merupakan tokoh agama yang terkenal dengan kekaromahannya, biasanya masyarakat banyak datang mengunjungi makamnya jika mempunyai hajatan namun dalam berdoa mereka meminta kepada Allah S.W.T. dan beliau mengatakan bahwa banyaknya dana merupakan sumbangan dari beliu sampai sekarang. (dikarenakan banyak pengunjung yang memasukkan uang ke kotak amal berkisar sebanyak Rp 3.000.000,-/ harinya).

MONDAY, FEBRUARY 25, 2013


Imam Lapeo, Wali Songonya Sulbar

Di antara hiruk pikuknya pemberitaan tentang Osama Bin Laden dan Negara Islam Indonesia. Saya sempatkan menuliskan sosok sufi yang mungkin saja Anda belum mengenalnya.
Dialah “Wali Songo” dari Provinsi Sulawesi Barat. Lahir dengan nama K.H. Muhammad Thahir atas lebih populer dengan sebutan Imam Lapeo. Nama Lapeo sendiri diambil dari nama kampung di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Sekitar 290 Km dari Makassar.
Pic: google.com

Imam Lapeo : seorang imam di desa lapeo yang sederhana dan menyebarkan agama islam sampai ketanah bugis. sering memperlihatkan mukzisat dari sang Kuasa Daerah kelahiranku ini dikenal dengan black magic-nya, animisme dan kemusyrikan (dulu, red). Imam Lapeo-lah yang meluruskan jalan sesat mereka.
Imam Lapeo sukses menobatkan mereka, dan inilah yang menjadi salah satu alasan nama masjidnya Mesjid Jami’ At-Taubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya mesjid Nuruttaubah Lapeo.
Jika dihubungkan dengan ke-Imam-an seseorang maka kita harus merujuk kepada beberapa kriteria seorang Imam yang saya kutip dari Qitab Hadiqatul afham karya Alwi Bin Hamid Al’Idrus: 1. Berahati rahim 2. Luas ingatannya 3. Sabar atas perintah Allah 4. Sabar atas pengawalan hamba-hamba Allah 5. Sabar atas menyampaikan nasehat-nasehat kepada ahli sembahyang 6. Selalu memperhatikan jalannya daya upaya dalam memperbaiki keadaan orang-orang kampung. 7. Kunjungi orang-orang yang menjauhkan diri dari jam’ah. 8. Ambil hati kepada orang-orang tua. 9. Dekat-dekatan orang-orang yang patut dan terhormat. 10. Mengalah buat hal-hal yang dalamnya ada kemajuan bagi persatuan dan kerukunan umum. 11. Selalu memberikan nasehat-nasehat yang perlu kepada ma’mum-ma’mumnya. (Tri Wahyu Syahputra Palonntogi).
Dalam menyebarkan agama Islam berbagai cara yang ditempuh oleh imam lapoe, dimana ia menarik perhatian masyarakat atau orang disekitarnya dalam mengajarkan agama, secara bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.
Beliau mengajak masyarakat sekitar membangun mesjid tetapi dalam kenyataannya tak semudah dibayangkan. Imam Lapeo harus berhadapan dengan maraknya perjudian, ramainya warga Mandar yang masih mabuk-mabukkan dengan minuman kebanggaannya adalah Manyang Pai’. (Tuak).
Masyarakat sendiri secara bertahap menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan mengajak masyarakat di sekitarnya membangun mesjid Imam Lapeo juga sering bertamu di rumah masyarakat jika sedang berjalan-jalan dan juga terkadang masyarakat mendatangi rumah beliau untuk meminta doa dan petunjuk jika ada masalah yang mereka hadapi atau mempunyai keiinginan. Beliau juga terkenal dengan sikap dermawannya sampai-sampai beliau berhutang jika ada masyarakat yang memerlukan bantuan. Hal ini dituturkan oleh penulis sejarah Imam Al-Lapeo.
Paparan tersebut di atas masihlah sebuah referensi asli dari sahabat saya Tri Wahyu Syahputra Palonntogi. Kemudian, banyak hal-hal yang terjadi pada diri Imam Lapeo semasa hidupnya. Sehingga orang-orang Mandar menyebutnya sebagai Wali Songonya Sulawesi Barat. Berdakwah tanpa kekerasan, kalaupun menemukan yang haram-haram yang dilakukan oleh warga, Imam Lapeo tak harus mengerasinya.
Masigi To Lapeo yang didirikan Imam Lapeo dan telah beberapa kali direnovasi (pic: google)
Seandainya beliau masih hidup, mungkin beliau akan geleng-geleng kepala terhadap perilaku-perilaku organisasi keagamaan saat ini yang kadang memaksakan kehendak dan mengambil jalan pintas dengan melakukan kekejaman dan aksi anarkhis.
Dan tentu beliau akan mengobarkan semangat kedamaian di tengah peperangan melawan kemerosotan moral. Beliau akan mendoakan bagaimana anggota DPR kita yang telah sangat jauh melenceng dari amanah. Ada beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Lapeo banyak mengadopsi kelembutan seorang Khalifah Rasulullah yakni Abu Bakar As-Shiddiek.
Apa subtansi sehingga saya tuliskan tentang sosok beliau?. Yah, mungkin saja dapat bermanfaat bagi wakil-wakil kita di Senayan yang semakin hari semakin menunjukkan gambaran dekadensi moral dan hedonisme. Mungkin juga dapat menjadi analisa komparasi terhadap tindak-tanduk pembelokan ketauhidan pada kelompok tertentu, pun dapat menjadi materi renungan terhadap diri kita sendiri.
Selain itu, Indonesia yang jumlah penduduknya semakin membengkak tetapi sudah teramat sulit menemukan sufi sekelas Imam Lapeo. Indonesia yang dulunya tak seberapa penduduknya tetapi banyak ulamanya. Sekarang, jumlah penduduk yang semakin banyak tetapi malah ulama semakin tak banyak. Yang lebih kacau lagi, malah kementerian agama dalam urusan hajinya kok bisa-bisanya korup.
Padahal pencerahan-pencerahan tentang agama sudah terlalu banyak kita bisa dapatkan bahkan televisi-televisi di Indoensia memiliki program khusus tentang pendidikan agama.Materi agama sudah kelewat banyak tetapi yang sering kita jumpai adalah lahirnya agama baru: Agama Materi.
Wallahu a’lam Bissawab..
Julkarnain Asoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar