Rabu, 12 Juni 2013

Budaya Mandar “Sayyang Pattuddu” di Tanah Bugis Pinrang

The beauty of the universe has taught me to be grateful to the Creator.




IMG_7788






IMG_7644

Indonesia sangat terkenal memiliki beragam budaya di setiap daerahnya, salah satunya di kabupaten pinrang tepatnya di desa ujung lero. Di desa ini mayoritas masyarakatnya berasal dari suku mandar, sehingga sebuah tradisi tahunan yang mereka selenggarakan tak lepas dari budaya suku mandar.
Acara unik ini mereka sebut “nyareng pattuddu” yang artinya kuda menari. Nyareng pattuddu diselenggarakan dalam rangkaian acara maulid nabi Muhammad SAW, sebanyak kurang lebih 24 kuda berasal dari sulawesi barat yang ditunggangi 2 (dua) orang anak yang berpakaian adat bugis “baju bodo” didampingi rombongan dari masing-masing keluarga besar anak tersebut, setelah dibuka langsung oleh pejabat setempat, setiap kuda mulai berjalan sambil menari melewati panggung diiringi musik gendang dan diarak mengelilingi kampung ujung lero.

IMGd_7545

Masing-masing kuda yang mengelilingi kampung mempertontonkan tarian yang diajarkan pemiliknya, mulai dari jumping, geleng-geleng kepala, hingga gerakan kaki yang mengundang tawa. Anak yang menunggangi kuda juga ada yang bergoyang, tertawa hingga histeris ketakutan.

dDikutip dari => http://adhyphotography.wordpress.com/2013/04/10/budaya-mandar-nyareng-pattuddu-di-tanah-bugis-pinrang/



IMG_7788 




Tradisi Kuda Menari Ramaikan 20 Anak Khatam Quran Di Desa Ujung Lero Suppa Pinrang 

http://makassartv.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=10710:tradisi-kuda-menari-ramaikan-20-anak-khatam-quran-di-desa-ujung-lero-suppa-pinrang&catid=34:berita-daerah&Itemid=58

PDF   Email

Pinrang, 5 april 2013.

Masyarakat mandar yang tinggal di desa ujung lero kecamatan suppa kabupaten Pinrang menggelar pesta tahunan unik yakni kuda menari atau sayyang pattudu. Tarian ini merupakan perayaan bagi seorang anak yang baru saja menghatamkan quran.

Tradisi sayyang pattuddu merupakan tradisi yang digelar pada khatamul alquran yang dirangkaikan maulid nabi muhammad saw. 22 kuda menari mengantar pada anak anak yang telah dinyatakan tamat mengaji berkeliling kampung.kuda yang dihiasi bak kuda tunggangan raja dituntun oleh seorang kalinda'da dan di kendalikan oleh pissawe mengenakan pakaian adat sulawesi baju bodo.

Anak yang duduk diatas punggung kuda pattuddu itu, juga dipayungi dengan payung yang dikenal dengan istilah lallang to tamma atau payung khusus untuk anak yang sudah menamatkan alquran.

Aslam patonangi bupati Pinrang mengatakan:
(acara ini subtansinya adalah tradisional peringatan maulid dirangkaikan dengan khataman quran anak desa lero......acara ini akan menjadi kalender objek wisata kabupaten Pinrang)

Kuda menari ini khusus didatangkan dari sulawesi barat sebab di Pinrang khususnya desa ujung lero tidak terdapat kuda yang dilatih khusus untuk menari yang diiringi rebana." biaya sewa se ekor kuda pattuddu itu mencapai Rp. 1 juta perekor ". Su.

Sayyang Pattu’du, Aktraksi Budaya Mandar Bernuansa Religi

PDF 

 Email
Makassar, 20 maret 2012.
Atraksi kuda menari atau yang lazim disebut sayyang pattu’du adalah salah satu atraksi budaya unik dari suku Mandar sulawesi barat. Sayyang pattu’du yang diiringi pukulan rebana dengan syair lagu bernuansa islam-Mandar biasanya dilaksanakan pada acara maulid perkawinan dan khatam alquran.

Kuda yang lihai menari dengan cara manggut-manggut dan menggoyangkan kaki serta pinggulnya ini bisa kita jumpai di kabupaten polewali Mandar sulawesi barat. Dalam berbagai acara syukuran yang dilaksanakan warga suku Mandar atraksi sayyang pattu’du atau kuda menari adalah salah satu warisan budaya suku Mandar yang unik dan bernuansa religi.

Uniknya atraksi kuda terlatih ini ditunggangi oleh kebanyakan gadis jelita kemudian diarak keliling kota dengan diiringi tabuhan rebana. Sepanjang jalan yang dilalui kuda akan terus menari dan bergoyang mengikuti iringan musik bernuansa islami. Untuk lebih melestarikan warisan budaya ini pemerintah setempat menggelar sayyang pattu’du yang dikemas dalam pertunjukan berbentuk karnaval.

Keunikan atraksi ini mampu menyedot perhatian ribuan warga di sepanjang jalan yang dilalui. Seperti masyarakat di desa pambusuang kecamatan balanipa polewali Mandar. Warga maupun wisatawan dibuat bergembira dan ikut menari. Acara seperti ini merupakan perpaduan antara pelestarian budaya dengan syiar agama. Dimana dahulu kala kuda menari merupakan alat penyebaran agama islam di tanah Mandar.

Selain pada perayaan maulid sayyang pattu’du yang hampir punah di tanah Mandar ini juga kerap ditampilkan pada acara khatam alquran dan acara perkawinan. Sayyang pattu’du yang juga merupakan aset budaya daerah Mandar sangat disayangkan jika tidak dilestarikan oleh pemerintah daerah. Pasalnya budaya seperti ini memiliki daya tarik untuk mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara bertandang ke tanah Mandar. Edwin.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar