Minggu, 30 November 2014

Mengapa Rasulullah Melarang Mendoakan Pengantin “Semoga Bahagia dan Banyak Anak”?

Mengapa Rasulullah Melarang Mendoakan Pengantin “Semoga Bahagia dan Banyak Anak”?

pengantin baru © lamancinta
pengantin baru © lamancinta
Hari itu, Uqail bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu menikah. Di tengah kebahagiaannya, ia merasakan kegundahan saat mendengar tamu mendoakannya dengan mengucapkan
بِالرَّفَاءِ وَ الْبَنِيْن
“semoga bahagia dan banyak anak”
Tak mau berlarut-larut dalam kegundahan dan demi meluruskan kekeliruan, Uqail pun mengatakan kepada tamu tersebut: “Janganlah kamu mendoakan demikian karena Rasulullah telah melarangnya.”
“Lalu, aku harus mendoakan bagaimana?”
“Ucapkanlah doa yang diajarkan Rasulullah:
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ وَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ
‘Semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan’
Mengapa Rasulullah melarang seseorang mendoakan pengantin dengan ucapan “semoga bahagia dan banyak anak”? Wallahu a’lam bish shawab. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui hakikat sejati di balik larangan ini. Namun, kita bisa memetik hikmah sebagaimana dijelaskan Ustadz Muhammad Fauzil Adhim dalam buku Kado Pernikahan untuk Istriku dan ditulis Ustadz Salim A. Fillah dalam buku Bahagianya Merayakan Cinta.

Hukumnya makruh

Para ulama menerangkan bahwa hukum mendoakan pengantin dengan ucapan “semoga bahagia dan banyak anak” ini adalah makruh. Larangan tersebut tidak serta merta haram karena dalam hadits yang lain Rasulullah membanggakan banyaknya jumlah umatnya dibanding umat nabi-nabi sebelumnya. Jadi dalam Islam, banyak anak itu bagus. Bahagia dalam pernikahan juga bukan sebuah hal yang dilarang. Namun, mendoakan pengantin dengan ucapan “semoga bahagia dan banyak anak” bukanlah doa yang tepat.

Doa yang lebih baik; barakah

Rasulullah melarang mendoakan pengantin “semoga bahagia dan banyak anak” dan beliau menganjurkan umatnya untuk mendoakan dengan ucapan:
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ وَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ
“Semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan”
Hari-hari setelah pernikahan tidak selalu merupakan hari yang bahagia. Orang yang menikah juga belum tentu memiliki banyak anak. Maka membayangkan setelah menikah akan selalu bahagia dan memiliki banyak anak adalah hal yang tak sepenuhnya benar, tak spenuhnya bisa menjadi kenyataan bagi tiap orang.
Sebagaimana fase kehidupan lainnya, hari-hari dalam kehidupan berumah tangga juga diwarnai oleh dua hal: kadang kita menemukan hal-hal yang kita sukai, kadang kita menemukan hal yang tidak kita sukai. Kadang kita mengalami hal-hal yang kita inginkan, kadang kita mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan. Kadang kita menjumpai perkara dan peristiwa yang membuat hati kita senang, kadang kita menjumpai perkara dan peristiwa yang membuat hati kita tidak senang. Pada kedua sisi itu, kita berharap ada barakah. Pada kedua sisi itu, kita mendoakan pasangan suami istri selalu mendapatkan barakah. Inilah yang kita tangkap dari doa ini. Dan inilah yang jauh lebih baik daripada “bahagia dan banyak anak.”
Dalam doa yang diajarkan Rasulullah ini, ada kata laka dan ada ‘alaika. Meskipun sama-sama keberkahan yang diminta, tetapi dengan adanya preposisi yang berbeda ini, maknanya menjadi: barakah pada hal-hal yang disenangi dan sekaligus barakah pada hal-hal yang tidak disenangi. Jadi kita mendoakan pengantin muslim senantiasa mendapatkan keberkahan baik dalam kondisi yang mereka senangi maupun tidak mereka senangi. Misalnya saat mereka diluaskan rezekinya oleh Allah, mereka berada dalam keberkahan dengan sikap syukur dan banyaknya infaq. Dan ketika suatu saat mereka berada dalam keterbatasan ekonomi, mereka juga berada dalam keberkahan dengan sikap sabar dan iffah-nya.
Dengan mendoakan barakah, berarti kita merangkum sekian banyak kebaikan dalam satu ikatan. Seperti saat menyuruh seseorang untuk shalat dengan khusyu’, sesungguhnya untuk dapat mencapai perintah itu harus thaharah dulu, berwudhu dulu, memenuhi syarat dan rukun shalat. Demikian pula dengan barakah.
Ada suami istri yang banyak berbahagia di dunia, tetapi di akhirat masuk neraka. Tentu bukan itu yang kita harapkan terjadi pada saudara kita pengantin baru. Pun ada suami istri yang pernikahannya langgeng dan abadi di dunia, tetapi keduanya masuk neraka. Seperti Abu Lahab dan istrinya yang di-nash Allah dalam surat Al Lahab. Tentu pula, bukan seperti ini yang kita harapkan pada saudara kita pengantin baru. Kita mengharapkan mereka memperoleh banyak kebaikan; kendati bahagia dan duka datang silih berganti, dan tak semua pasangan suami istri memiliki anak yang banyak. Dan doa yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam itulah doa yang paling tepat. [Muchlisin BK/Keluargacinta.com] 
sumber : http://keluargacinta.com/mengapa-rasulullah-melarang-mendoakan-pengantin-semoga-bahagia-dan-banyak-anak/

Selasa, 25 November 2014

Jika Terlanjur Berbuat Dosa, Apa yang Harus Dilakukan?

Jika Terlanjur Berbuat Dosa, Apa yang Harus Dilakukan?



taubatan nasuhaSETIAP manusia pasti tidak pernah luput dari dosa. Ada yang kita sadari dan ada pula yang tidak kita sadari. Dan jika kita terlanjur masuk ke dalam dosa itu, maka wajib bagi kita untuk selalu memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Jangan biarkan diri kita tetap berada di dalam jurang kehinaan. Bangkitlah dan mulai bulatkan tekad untuk selalu berbuat kebaikan dan menghindari sifat tercela.
Ada dua amalan yang semestinya dilakukan setelah berhenti dari dosa, yaitu:
Pertama: Amalan hati, yakni dengan penyesalan dan tekad untuk tidak mengulangi dosanya, inilah buah dari rasa takut kepada Allah.
Kedua: Amalan anggota badan, yakni dengan mengerjakan segala bentuk kebaikan, di antaranya adalah shalat taubat.
Dari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tiada seorang yang melakukan suatu dosa kemudian dia pergi berwudhu dan mengerjakan shalat (dua raka’at), kemudian memohon ampun kepada Allah melainkan Allah akan mengampuninya’.”
Kemudian beliau membaca ayat :
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya, sedang mereka mengetahui,” (QS. Ali Imran: 135).
Telah disebutkan di dalam riwayat lain yang shahih tentang shalat dua raka’at yang menghapus dosa, ringkasannya adalah sebagai berikut:
1. Dengan berwudhu dan memperbagus wudhunya (karena kesalahan akan keluar dari anggota badan yang dibasuh bersamaan dengan air atau tetesan air terakhir). Termasuk memperbagus wudhu adalah mengucapkan “Bismillah” sebelumnya dan berdzikir sesudahnya, yakni, “Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang haq untuk disembah selain Allah, Yang Maha Esa tiada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang banyak bertaubat dan mensucikan diri, Mahasuci Engkau ya Allah, dengan memujiMu aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang haq untuk disembah selain Engkau, aku memohon ampun kepadaMu dan bertaubat kepadaMu,” (Dzikir ini sangat besar pahalanya apabila dibaca tiap selesai wudhu).
2. Berdiri untuk mengerjakan shalat dua raka’at.
3. Tidak lalai dalam shalat.
4. Tidak berangan-angan tatkala shalat.
5. Memperbagus bacaan dan khusyu’.
6. Membaca istighfar setelah shalat.
Adapun sebagai buahnya adalah:
1. Akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.
2. Wajib baginya masuk surga.
Kemudian memperbanyak kebaikan dan ketaatan. Tidakkah Anda tahu bahwa Umar Radhiyallahu ‘anhu tatkala merasa bersalah saat berdialog dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Hudaibiyah, ia berkata, “Sungguh aku akan beramal karena perbuatanku itu,” yakni akan beramal shalih untuk menghapus dosanya.
Perhatikanlah contoh yang disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan orang yang melakukan keburukan-keburukan kemudian mengamalkan kebaikan-kebaikan seperti perumpamaan seseorang yang memakai dar’un (baju besi yang dikenakan oleh prajurit) yang sempit sehingga mencekiknya, kemudian dia mengerjakan kebaikan, maka terlepaslah satu rantai (pengikatnya), kemudian dia mengerjakan kebaikan lagi dan terlepas lagi rantai yang lain hingga baju besi tersebut jatuh ke bumi.” Maka perbuatan baik dapat melepaskan orang yang berdosa dari belenggu maksiat dan mengeluarkan dirinya menuju alam ketaatan dengan bebas.
Berikut ini kami berikan bagi Anda ringkasan dari sebuah kisah yang penuh ibrah:
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya aku bertemu dengan seorang wanita di kebun, lalu aku lakukan terhadapnya apa saja selain bersetubuh. Aku telah mencium dan memeluknya, dan aku tidak berbuat melebihi hal itu, maka hukumlah aku sekehendakmu.’ Rasulullah tidak mengatakan sepatah katapun hingga orang tadi pergi. Berkatalah Umar, ‘Sungguh Allah telah menutup aibnya seandainya dia mau menutup aibnya.’ Maka pandangan Rasulullah mengikutinya kemudian bersabda, ‘Hadapkanlah orang tadi kepadaku.’ Maka orang tadi dihadapkan kepada Rasulullah, lalu beliau membacakan kepadanya (sebuah ayat), “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat,” (QS. Hud : 114).
Maka Mu’adz (dalam riwayat lain Umar) berkata, ‘Wahai Rasulullah apakah itu berlaku bagi dia seorang atau bagi manusia seluruhnya?’ Beliau bersabda, ‘Bahkan bagi manusia seluruhnya’.”
Oleh karena itu, marilah kita bersegera untuk bertaubat nasuha. Dan meyakini bahwa Allah menerima taubat hambaNya dan mengampuni kesalahan-kesalahan kita. Setelah itu hendaknya kita senantiasa mengharap rahmat Allah dan yakin bahwa Dia akan memberikan taufik kepada kita untuk beramal, dan menolong kita agar selamat dalam menempuh perjalanan menuju Rabb kita, serta menolong kita dalam me¬ninggalkan maksiat dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa. [Dikutip dari: Kitab Uriidu an Atuuba wa Lakin/Karya: Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid/Penerbit: Pustaka at-Tibyan]
sumber : http://www.islampos.com/jika-terlanjur-berbuat-dosa-apa-yang-harus-dilakukan-130615/

Mama, Papa, Aku Tidak Suka Dimarahi!

Mama, Papa, Aku Tidak Suka Dimarahi!

SUATU hari, saya menerima kabar bahwa terjadi masalah di sekolah. Kejadiannya , seorang anak marah hingga melukai temannya. Hari itu juga saya bertanya kepada guru bagaimana hal itu bisa terjadi. Lalu keesokan harinya saya berbicara dengan orangtua. Ternyata setelah diajak bicara, mama anak ini mengakui bahwa ia sama seperti anaknya selalu marah jika menyikapi sesuatu yang kurang atau tidak sesuai dengan keinginannya . Contohnya ketika lantai baru saja di pel, kemudian anaknya menginjak lantai yang masih basah, langsung mama marah besar, “Aduh…kamu ini bagaimana sih, ngepel itu cape tau, sekarang kotor lagi kamu injak. Mama bilang tunggu di luar sampai lantainya kering,” tandasnya, dengan volume suara yang sangat keras.
Saya juga baca status seorang anak pada salah satu jejaring sosial. Isinya, “Aku mau bunuh diri aja. Di sekolah dimarahi guru. Di rumah dimarahi mama, aku memang gak berguna.” Naudzubillah.
Suatu waktu saya bersama dengan anak yang dicap oleh orang dewasa di sekitarnya “anak bodoh”. Dia menangis sambil berkata kepada mamanya, “Mama kenapa semua orang di rumah ini marah-marah ke aku? Aku tidak suka dimarahi! Bagaimana caranya supaya orang tidak marah, Ma?”
Mamanya sedih dan hanya bisa diam membisu mendengar pertanyaan anaknya.
Pada suatu saat, teman saya, seorang psikolog, memberikan tes pada seorang anak, anak ini diberi sebuah kartu olehnya dan ditanya, “Kira-kira ini gambar apa ya?“.
Jawabannya, “Gambar monster, Bu”. Setelah kegiatan selesai, ia memberi penjelasan. Ternyata kartu itu mewakili sosok papa. Artinya papa bagi anak ini adalah sosok monster yang sangat menakutkan. Karena setiap papa pulang bekerja, bukan kehangatan yang diterimanya, melainkan perlakuan tidak baik. Papa berkata “ Sana main di luar, jangan berisik disini, papa cape baru pulang kerja,” dengan nada ketus dan suara keras.
Dari beberapa peristiwa di atas, sepertinya hari-hari yang dilalui oleh anak-anak ini dipenuhi dengan nuansa kemarahan.
Tahukah wahai para orangtua dan guru? Penelitian mutakhir mengatakan bahwa setiap bayi baru dilahirkan, memiliki milyaran sel otak. Anak yang cerdas adalah anak yang memiliki banyak sambungan antara sel otak yang satu dengan sel otak lainnya.
Ibu yang juga seorang peneliti, melakukan penelitian perkembangan otak bayinya sendiri. Sebuah alat khusus dipasang di kepala bayinya. Kemudian alat itu dihubungkan dengan kabel-kabel komputer. Sehingga dia bisa melihat pertumbuhan sel otak anaknya melalui layar monitor. Ketika bayinya bangun, dia memberikan ASI. Ketika bayinya minum ASI , dia melihat gambar-gambar sel otak itu membentuk rangkaian yang indah. Ketika sedang asyik menyusui, bayi yang berusia 9 minggu itu, tiba-tiba menendang kabel komputer. Si ibu kaget dan berteriak, “No”!
Teriakan si ibu membuat bayinya kaget. Saat itu juga, si ibu melihat gambar sel otak anaknya menggelembung seperti balon, membesar dan pecah. Kemudian terjadi perubahan warna yang menandai kerusakan sel.
“Mungkin kesedihan ini hanya saya yang menanggungnya. Sebagai ibu dan sekaligus sebagai scientist, saya menyaksikan otak anak saya hancur oleh teriakan saya sendiri, ibunya,” tukas Lise Eliot, PhD, seorang Neuroscientist di Chicago Medical School dalam bukunya What’s Going On in There? How the Brain and Mind Develop in The First Five Years of Life (Bantam, 2000).
Nah, apa yang terjadi jika seorang anak setiap detik, menit, jam dan hari-hari yang dilaluinya selalu dipenuhi dengan pelototan, teriakan, apalagi ditambah amarah? Tak terbayangkan berapa jumlah sel otaknya yang akan mati akibat perlakukan buruk orang dewasa di lingkungannya.
Masih kah kita akan marah pada anak-anak kita? []
sumber : http://www.islampos.com/mama-papa-aku-tidak-suka-dimarahi-99996/

Minggu, 23 November 2014

Rahmat Allah Bagi yang Berjilbab

Rahmat Allah Bagi yang Berjilbab

Akhwatmuslimah.com – Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. Syubhat yang ‘ngetrend’ dan biasa kita dengar adalah ”Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka ‘ngerumpi’ berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hati! lalu tercenunglah saudari kita ini membenarkan pendapat kawannya.
Syubhat lainnya lagi adalah ”Liat tuh kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..!. Jadi yang wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung!. Benarkah demikian ya ukhti,, ??
Saudariku muslimah semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka tengoklah disekitar kita ada orang-orang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha dan orang kafir lainnya liatlah dengan seksama ada diantara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut, dermawan, bijaksana. Apakah anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal anda akan mengatakan “tentu tidak! karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka tidak memeluk islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang islam. Tentu anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak (zahir) dalam diri orang itu.
Lalu bagaimana pendapatmu ketika anda melihat seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah anda bisa menebak wanita itu muslimah ataukah tidak? Sulit untuk menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita non muslimah lainnya.Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan “alhukmu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu “ala llah’ artinya hukum itu dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah terserah Allah.
Rasanya tidak ada yang bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula istri-istri sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia. Tapi mengapa ketika ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna (lihat QS: 24 ayat 31 dan QS: 33 ayat 59) tak ada satupun riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah Ta’ala. Justru yang kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti ketaatan mereka. Apa yang ingin anda katakan? Sedangkan mengenai hadits diatas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui bahwa hadits diatas ada sambungannya.
Lengkapnya adalah sebagai berikut:
“Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian “(HR. Muslim 2564/33).
Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian. (HR.Muslim 2564/34).
Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini. Tentu kaum muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar dzakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cukup mengandalkan hati saja, toh mereka adalah sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat beramal tengoklah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya.
Urwah bin Zubair Radhiyallahu anhu misalnya, Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidik, bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu anha istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia jangan ditanya tentang hatinya, ia adalah orang yang paling lembut hatinya toh masih bersusah payah giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan sebatang pohon yang tegak tidak bergeming karena lamanya ia berdiri ketika shalat. Aduhai,..betapa lalainya kita ini,..banyak memanjangkan angan-angan dan harapan padahal hati kita tentu sangat jauh suci dan mulianya dibandingkan dengan generasi pendahulu kita. [YusufMansurNetwork]
sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2012/03/21/905/rahmat-allah-bagi-yang-berjilbab/

Inilah Sebab-Sebab Malas Beribadah

Inilah Sebab-Sebab Malas Beribadah

Akhwatmuslimah.com - Hal apa saja yang bisa membuat seseorang malas beribadah ? 
Pertama : Bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat.
al-saleh-mosque-night
Sebab pertama dari beberapa sebab yang menjadikan seorang malas dalam beribadah adalah bergelimang dalam dosa dan maksiat. Sufyan Ats-Tsauri pernah menuturkan, “Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajjud selama 5 bulan. Hanya karena 1 dosa yang dulu aku lakukan.” (atau ucapan yg senada)
Nah, bagaimana dengan kita?
Seorang muslim yang bergelimang maksiat dan terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan manusia adalah salah satu sebab lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan. Jika seorang malas beribadah, maka ia terancam dengan kemurkaan Alloh. Tahukah Anda, apa kemurkaan Allah tersebut ?
Sungguh Alloh akan melenyapkan manisnya iman, tidak mengaruniakan kepadanya kelezatan dalam ketaatan. Inilah murka Alloh yang akan menimpanya, selanjutnya ia tidak mampu mengerjakan ketaatan dan ibadah, padahal meraih ketaatan dan ibadah adalah sebab meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu Allohu subhanahu wata’ala berfirman
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)
Maka dari itu, hendaklah seorang muslim menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Oleh sebab itu jauh hari Rasululloh Shollalahu a’alaihi wassalam mengingatkan kita dengan sabdanya,
“jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia bertumpuk-tumpuk pada seseorang, maka ia akan mencelakakan orang tersebut.”
Jauhilah segala dosa kecil dan besar itulah ketaqwaan, jadilah engkau seperti orang yang berjalan di atas jalan berduri yang selalu waspada, janganlah engkau meremehkan dosa kecil, karena sebuah gunung itu tersusun dari batu-batu kecil

Kedua : Tidak Faham Tentang Urgensi Ibadah
Sebab kedua yang membuat seseorang malas mengerjakan ketaatan dan ibadah adalah melupakan urgensi ibadah. Diantara bentuk kelalaian seseorang adalah melupakan dirinya bahwa ia adalah mahluk yang lemah, hanya karena kehendak dan kekuatan Alloh sajalh ia menjadi kuat dalam menjaga dan mengerjakan ketaatan dan ibadah.
Seorang muslim harus mengetahui dan memahami bahwa beribadah dan beramal shalih adalah sebab dan inti mendapatkan bantuan dan pertolongan Alloh, sesungguhnya tekun mengerjakan amal shalih adalah cara meraih pertolongan Alloh subhanahu Wata’ala
Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman
“dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-ankabut:69)

Ketiga : Melupakan Kematian
Diantara sebab malas dalam beribadah adalah melupakan kematian dan kejadian-kejadian setelahnya. Wahai saudaraku, sungguh melupakan kematian dan kesulitan-kesulitan setelahnya adalah penyebab seseorang malas untuk beribadah, taat dan malas beramal shaleh.
Sungguh seorang yang melupakan kematian dapat dipastikan ia akan malas beribadah, maka dari itu bagi setiap muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak mengingat penghancur (pemutus) segala kenikmatan. Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.”(QS. Ali Imran : 185)
Ya, Kematian adalah obat bagi orang yang panjang angan-angan, orang yang keras hatinya dan yang banyak dosa. Oleh sebab itu Rasulullah Shollalahu ‘alaihi Wasallah bersabda “perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan.”

Keempat : Tidak Tahu Besarnya Pahala Suatu Ibadah
Wahai saudaraku….
Diantara sebab malas beribadah dan malas mengerjakan ketaatan adalah tidak tahu besarnya pahala suatu ibadah. Sungguh tidak mengetahuinya adalah sebab malas melakukan ibadah dan ketaatan, jika seseorang mengetahui besarnya suatu ibadah, niscaya ia akan rajin mengerjakannya.
Maka dari itu, aku wasiatkan kepada kalian wahai kaum muslimin… hendaklah bersungguh-sungguh untuk memahami keutamaan ibadah dengan membaca buku-buku yang menjelaskan akan keutamaan dan ganjaran ibadah itu. Karena jika seseorang mengetahui keutamaan dan besarnya pahala suatu ibadah ia akan bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah.

Kelima : Berlebih-lebihan Dalam Hal Yang Mubah
Diantara sebab malas mengerjakan ibadah dan ketaatan adalah berlebih-lebihan dalam perkara mubah. Yaitu dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan serta yang lainnya. Seluruhnya adalah penyebab malas beribadah, karena berlebih-lebihan dalam hal tersebut dapat menyebabkan lesu, ingin mudah istirahat dan tidur.
Berlebih-lebihan dalam perkara mubah seperti dalam makanan dan minuman adalah penyebab kerasnya hati. Karena hati akan bersih dan lembut jika dalam kondisi lapar dan sedikit makan dan hati akan menjadi keras jika dalam kondisi kenyang, hal ini adalah sunnatulloh yang tidak pernah berubah. Celakalah orang yang keras hatinya dan tidak ingat Alloh. Bahkan seorang muslim yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, mengerjakan kebaikan dan ketaatan bahkan bercapek-capek mengerjakan sholat tahajud pun tidak akan merasakan lezat dan manisnya ibadah jika berlebihan dalam perkara mubah tersebut.
Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata “Banyak mengkonsumsi makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan keburukan, banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat, dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka cermatilah keburukan ini.” Wallohu ‘alam.

Sumber : tabloid/majalah ummi edisi 9/XII/2000
> https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2819216765360968678#editor/target=post;postID=7237746595579108375

Siksa atas Pezina di Alam Kuburnya

Siksa atas Pezina di Alam Kuburnya

Akhwatmuslimah.com – Zina nerupakan perbuatan dosa terburuk. Salah satu dosa besar yang paling besar. Dosa hina yang membuat Allah sangat murka. Terlebih kalau yang melakukannya sudah pernah menikah dan merasakan madu perkawinan.
siksa-zinaAllah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyediakan ancaman berat atas perbuatan zina. Allah menggandengkannya dengan ancaman atas perbuatan syirik dan pembunuhan. Ini menunjukkan status dosanya yang sangat berat dan termasuk bagian dari dosa besar yang paling besar.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.” (QS. Al-Furqan: 68-69)
Sejumlah mufassirin menyebutkan makna atsam. Yaitu lembah di jahannam. Ikrimah mengatakan, “Mendapatkan atsam: lembah-lembah di jahannam di mana para pezina disiksa di dalamnya.” [Lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam tafsir ayat di atas].
Di mana siksa atas mereka diipatgandakan dan mereka kekal di dalamnya dalam kondisi dihinakan sejadi-jadinya. Ini siksa di akhirat pasca dibangkitkan manusia. Adapun sebelum itu, di alam kuburnya, Allah sediakan siksa atas pezina yang juga mengerikan dan menghinakan. Yaitu para pezina laki-laki dan perempuan dipanggang di atas tungku yang bawahnya luas sementara atasnya sempit. Saat api menyalak ke atas, maka mereka terangkat sambil berteriak dan menjerit sekeras-kerasnya. Namun saat itu api mengecil dan mereka kembali di atas tungku. Siksa itu berulang sampai kiamat tiba. Mereka tak bisa keluar darinya. Sebuah kesengsaraan akibat kenikmatan haram sesaat.
Keterangan siksa di atas tercantum dalam hadits yang sangat panjang di Shahih al-Bukhari. Berasal dari Samurah bin Jundab Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: “Pada suatu pagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bercerita kepada kami:
إِنَّهُ أَتَانِي اللَّيْلَةَ آتِيَانِ وَإِنَّهُمَا ابْتَعَثَانِي وَإِنَّهُمَا قَالَا لِي انْطَلِقْ وَإِنِّي انْطَلَقْتُ مَعَهُمَا. . . فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى مِثْلِ التَّنُّورِ قَالَ فَأَحْسِبُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ فَإِذَا فِيهِ لَغَطٌ وَأَصْوَاتٌ قَالَ فَاطَّلَعْنَا فِيهِ فَإِذَا فِيهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ وَإِذَا هُمْ يَأْتِيهِمْ لَهَبٌ مِنْ أَسْفَلَ مِنْهُمْ فَإِذَا أَتَاهُمْ ذَلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا
Tadi malam aku didatangi dua orang. Keduanya berkata kepadaku: berjalanlah. Kemudian aku pergi berjalan bersama keduanya. . . lalu kami mendatangi bangunan menyerupai tungku api. Tiba-tiba terdengar suara gaduh dan teriakan di dalamnya. Lalu kami melongok ke dalamnya. Ternyata di dalamnya terdapat beberapa laki-laki dan perempuan telanjang. Kobaran api dari bawah mereka menyalak ke mereka. Saat kobaran api itu mengenai mereka, maka mereka menjerit kesakitan.
Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada kedua orang yang pergi bersamanya tadi, “Siapa mereka itu?” kemudian dijawab di ujung hadits,
وَأَمَّا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ العُرَاةُ الَّذِينَ فِي مِثْلِ بِنَاءِ التَّنُّورِ، فَإِنَّهُمُ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي
Adapun laki-laki dan perempuan telanjang yang berada di bangunan seperti tungku api adalah para laki-laki dan perempuan pezina.” (HR. Al-Bukhari)
Inilah siksa yang disediakan bagi pezina di alam kuburnya yang berlangsung hingga tiba kiamat. Sedangkan siksa berikutnya jauh lebih buruk dan mengerikan. Adakah orang yang masih berani mengap kenikmatan sesaat untuk kesengsaar yang panjang. Wallahu A’lam. [VoaIslam]
sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2014/03/19/1752/siksa-atas-pezina-di-alam-kuburnya/

7 Orang yang Tidak Bisa Mencium Bau Surga

7 Orang yang Tidak Bisa Mencium Bau Surga

Api neraka © ilustrasi scenicreflections.com
Api neraka © ilustrasi scenicreflections.com
Surga adalah kenikmatan yang luar biasa. Baunya saja bisa tercium dari jarak 70 tahun perjalanan. Namun, ada orang-orang yang jangankan masuk surga, mencium bau surga saja tidak bisa. Siapakah mereka? Inilah hadits-hadits yang menerangkannya:

1. Orang yang sombong

Orang yang sombong, ia tidak bisa masuk surga. Juga tidak bisa mencium bau surga. Bahkan, sekalipun kesombongannya sangat kecil, sebesar biji dzarrah.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَفِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ تَحِلُّ لَهُ الْجَنَّةُ أَنْ يَرِيحَ رِيحَهَا وَلاَ يَرَاهَا. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو رَيْحَانَةَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّ الْجَمَالَ وَأَشْتَهِيهِ حَتَّى إِنِّى لأَحِبُّهُ فِى عَلاَقَةِ سَوْطِى وَفِى شِرَاكِ نَعْلِى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْسَ ذَاكَ الْكِبَرُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ سَفِهَ الْحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ بِعَينَيْهِ
Dari Uqbah bin Amir, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki meninggal dunia, dan ketika ia meninggal di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat sombong, akan halal baginya mencium bau surga atau melihatnya.” Lalu seorang laki-laki dari suku Quraisy yang bernama Abu Raihanah berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, saya benar-benar menyukai keelokan dan menggemarinya hingga pada gantungan cemetiku dan juga pada tali sandalku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu tidaklah termasuk kesombongan, sesungguhnya Allah ‘azza wajalla itu Indah dan menyukai keindahan. Akan tetapi sombong itu adalah siapa yang menolak kebenaran dan meremehkan manusia dengan kedua matanya.” (HR. Ahmad)

2. Orang yang mencari ilmu akhirat untuk tujuan duniawi

Islam memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu, terutama ilmu akhirat. Menuntut ilmu akhirat ini dalam salah satu hadits juga disebut fi sabilillah. Namun, jika ilmu akhirat dicari dengan tujuan duniawi, maka orang tersebut terancam tidak bisa mencium bau surga.
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mendapatkan bau surga.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad; shahih)

3. Menisbatkan nasab bukan kepada ayahnya

Nasab merupakan salah satu hal yang dijaga oleh Islam. Orang yang mengaku sebagai anak orang lain yang bukan ayahnya, ia juga mendapat ancaman tidak bisa mencium bau surga. Karenanya Islam melarang umatnya menisbatkan nama kepada nama orang tua angkat.
مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ قَدْرِ سَبْعِينَ عَامًا أَوْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Ahmad; shahih)

4. Wanita yang berpakaian tapi telanjang

Jika orang yang sombong dan orang yang menisbatkan nasabnya kepada selain ayah pernah dijumpai di zaman Rasulullah, kelompok wanita yang berpakaian tapi telanjang ini tidak pernah dijumpai beliau. Namun, mereka pasti akan ada sebagai kelompok yang tidak bisa mencium bau surga. Dan kini, sabda beliau terbukti. Banyak wanita yang model demikian di zaman sekarang.
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.” (HR. Muslim)

5. Orang yang menyemir rambutnya, khususnya dengan warna hitam

Kelompok orang yang tidak bisa mencium bau surga ini juga akan ada di masa-masa setelah Rasulullah. Dan ternyata kini benar-benar ada. Menyemir rambut dengan warna hitam dianggap sebagai hal biasa, padahal itu membuat pelakunya tidak bisa mencium bau surga.
يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
“Pada akhir zaman nanti akan ada orang-orang yang mengecat rambutnya dengan warna hitam seperti warna mayoritas dada merpati, mereka tidak akan mendapat bau surga.” (HR. Abu Daud; shahih)

6. Wanita yang minta cerai tanpa alasan

Dalam Islam, perceraian adalah perkara halal yang paling dibenci Allah. Boleh dilakukan untuk menyelamatkan keluarga -baik suami, istri maupun anak- dari kemudharatan yang lebih besar. Namun jika ada wanita yang minta cerai tanpa suatu alasan, maka ancamannya adalah tidak bisa mencium bau surga.
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ
“Siapa pun wanita yang meminta talak pada suaminya tanpa alasan maka bau surga haram baginya.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad; shahih)

7. Orang yang membunuh kafir mu’ahad

Islam sangat menjunjung kesetiaan dan perdamaian. Islam melindungi hak-hak manusia sebagaimana diatur dalam syariat. Maka seorang muslim tidak boleh membunuh orang kafir yang terikat perjanjian dengan pemerintah Islam (kafir mu’ahad). Jika seorang muslim membunuh kafir mu’ahad, ia terancam tidak bisa mencium bau surga.
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
“Barangsiapa membunuh orang kafir mu’ahad, maka dia tidak akan mencium bau wangi surga” (HR. Bukhari)
Demikian 7 orang yang tidak bisa mencium bau surga, semoga kita dan istri kita dijauhkan dari golongan yang demikian. [Keluargacinta.com] 
sumber :http://keluargacinta.com/7-orang-yang-tidak-bisa-mencium-bau-surga/ dan http://keluargacinta.com/7-orang-yang-tidak-bisa-mencium-bau-surga/2/

Dua Belas Anak Cukup

Dua Belas Anak Cukup

ilustrasi
ilustrasi,
Allah Ta’ala sudah menjamin rezeki bagi setiap makhluk-Nya. Jangankan manusia yang memiliki akal dan kesempurnaan fisik, terhadap hewan melata dan organisme lain yang tidak memiliki perangkat tangan dan kaki seperti manusia pun, Allah Ta’ala sudah menyiapkan jatah rezeki bagi mereka.
Keyakinan seperti inilah yang harus senantiasa dipupuk hingga tumbuh, berkembang dan berbuah. Pasalnya, seiring menipisnya kualitas akidah seseorang, maka keyakinannya akan jatah rezeki pun akan semakin terkikis. Diantara dampaknya, banyak diantara kita menempuh jalan yang salah dengan mengupayakan jalan rezeki yang haram dengan dalih sesat: yang haram aja susah, apalagi yang halal.
Kesalahan berpikir ini sempat terjadi di masa kenabian. Banyak diantara kaum kafir yang beranggapan bahwa datangnya anak bisa mengambil atau mengurangi jatah rezeki orang tuanya. Akhirnya, ada diantara mereka yang membunuh anak-anaknya dengan dalih yang menyesatkan itu.
Guna meyakinkan kita tentang konsep jatah rezeki ini, dimana masing-masing anak membawa rezekinya masing-masing, ada satu cerita yang barangkali berguna untuk kita. Ini kisah nyata, yang mengalaminya adalah salah satu kenalan istri penulis di Kabupaten Tangerang Banten.
Sebut saja namanya Abdullah. Pekerjaan sehari-harinya menjadi penjual asongan yang menjajakan alat-alat elektronik. Tidak punya toko, hanya beralih dari satu lokasi menuju lokasi lain, termasuk kepada tetangga-tetangganya. Sementara sang istri tidak memiliki pekerjaan tetap. Hanya sesekali membantu tetangganya atau mengerjakan apa yang mungkin, selama halal.
Meski dengan pekerjaan seperti itu, penghasilan tidak tetap, kadang ada tapi lebih sering tidak ada, tapi keyakinan Abdullah tentang jatah rezeki ini patut diacungi jempol. Bayangkan, ia yang tidak memakan bangku sekolah ini pernah berkata “Laba-laba yang lemah dan ‘begitu saja’ dijamin rezekinya, apalagi manusia yang memiliki ‘perangkat’ serba canggih dan bisa berusaha lebih baik?”
Abdullah bukan sekedar beretorika atau ngomong belaka. Saban hari Ia menjajakan dagangannya ke segenap penjuru untuk menghidupi anak dan istrinya. Meski rumah mereka amat sederhana, tapi anak-anaknya bertumbuh dalam bahagia dan kesehatan yang prima. Anak-anaknya berbadan gemuk, bersih dan menyukai dunia pendidikan.
Memang, agak aneh jika menggunakan logika manusia untuk menjelaskan hal ini. Hampir setiap ‘kehabisan’ rezeki, Allah Ta’ala langsung mencurahkannya dari banyak sebab, melalui berbagai jalan.
Pernah suatu ketika, si Sulung memakai sepatu layaknya tentara ke sekolah. Karena tak lazim, salah satu guru memanggilnya dan bertanya, “Sepatumu dapat dari mana?” Ternyata, ia baru mendapatkan dari tetangganya yang seorang tentara. Sepatu itu diberikan tepat ketika sepatu sang anak rusak dan harus segera diganti.
Itu hanya satu episode, banyak episode lain yang sama sekali tak bisa dikisahkan dengan logika manusia. Termasuk ketika datangnya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fithri. Barangkali pembaca bertanya, berapa jumlah anaknya?
Keluarga Abdullah yang seorang penjual perangkat elektronik sederhana dan istrinya seorang yang tak memiliki perkerjaan tetap, dikaruniai 12 anak oleh Allah Ta’ala. Ya, dua belas anak! [Pirman] 
sumber : http://keluargacinta.com/dua-belas-anak-cukup/

Jumat, 21 November 2014

3 Kriteria Wanita Baik Hati dan Membahagiakan Menurut Nabi

3 Kriteria Wanita Baik Hati dan Membahagiakan Menurut Nabi

ilustrasi istri membahagiakan suami © scanfree.org
ilustrasi istri membahagiakan suami © scanfree.org
Setiap laki-laki yang belum menikah pasti menginginkan istrinya kelak adalah wanita baik hati dan membahagiakan. Bagaimana kriterianya? Dalam bab pernikahan, ada tiga kriteria wanita baik hati menurut Nabi. Kriteria ini juga perlu diketahui oleh muslimah untuk memperbaiki dirinya sehingga layak disebut Rasulullah sebagai wanita baik hati.
إِنَّ مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَيْسِيرَ خِطْبَتِهَا وَتَيْسِيرَ صَدَاقِهَا وَتَيْسِيرَ رَحِمِهَا
“Diantara tanda wanita yang baik hati dan membahagiakan adalah mudah khitbahnya, mudah maharnya, dan mudah rahimnya” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Mudah Khitbahnya

Ada kalanya wanita sangat sulit dikhitbah. Meskipun sudah datang lelaki shalih dan hatinya condong kepadanya, ia menyulitkan laki-laki tersebut untuk mengkhitbahnya karena mensyaratkan begini dan begitu. Mensyaratkan membawa ini dan membawa itu.
Umumnya, wanita yang menyulitkan khitbah ini karena keluarganya memiliki ‘SOP’ yang rumit terkait khitbah dan nikah. Memilih hari berdasarkan perhitungan ‘hari baik – hari nahas’ termasuk bagian dari menyulitkan khitbah. Mensyaratkan materi mahal dan tata cara rumit juga termasuk bagian dari menyulitkan khitbah.
Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu punya cara bagaimana mengetahui wanita yang mudah dikhitbah. Ia cukup mengatakan, ”Aku Bilal bin Rabah. Seorang sahabat Rasulullah. Dulu aku orang yang sesat, tetapi Allah telah menuntunku. Dahulu aku seorang budak dari Habasyah, tetapi Allah telah membebaskanku. Kedatanganku ke sini ingin melamar… Jika lamaranku diterima aku akan katakan Alhamdulillah, tetapi jika lamaranku ditolak, aku akan mengatakan Allahu Akbar!”

Mudah Maharnya

Kriteria kedua adalah mudah maharnya. Meskipun Islam memuliakan wanita dengan menyerahkan mahar kepadanya serta tidak membatasi jumlah maharnya, banyak contoh dari generasi pertama umat ini betapa mereka memudahkan mahar. Ada diantara mereka yang maharnya baju besi, ada pernikahan dengan mahar sepasang sandal, cincin besi, ada pula yang maharnya membaca Al Qur’an. (baca: Mahar Unik di Zaman Nabi)
Di negeri kita, urusan mahar umumnya mudah. Banyak pengantin yang maharnya seperangkat alat shalat meliputi mukena, sajadah dan sejenisnya. Namun ada pula yang meminta mahar yang menyulitkan; bisa karena jumlahnya yang sangat besar, atau jumlahnya yang membuat calon suami kerepotan. Misalnya nikahnya pada tanggal 22 November 2014, ia meminta mahar uang sejumlah Rp 22.112.014,-
Mudahnya mahar ini juga mengundang keberkahan tersendiri. Sebagaiamana disebutkan pada hadits lain yang dicantumkan Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah bahwa pernikahan yang besar keberkahannya adalah yang paling murah maharnya.

Mudah rahimnya

Mudah rahimnya maksudnya adalah subur, mudah hamil dan melahirkan. Jika dua kriteria sebelumnya mudah dilihat dan membuat calon suami bahagia sejak awal, kriteria ketiga ini sulit dilihat dan pengaruhnya pada kebahagiaan setelah pernikahan berjalan sekian lama.
Jika dua kriteria sebelumnya merupakan sikap wanita yang bisa dituntut untuk menjadi seperti itu, kriteria ketiga ini laksana ‘misteri’ dan seorang wanita tidak berdosa jika tidak berhasil memenuhinya manakala itu menjadi takdirnya.
Meskipun seperti ‘misteri’ dan tidak dapat diketahui secara pasti, namun ada cara untuk melihat apakah seorang wanita termasuk ‘mudah rahimnya’ atau tidak. Sedikitnya, ada 5 cara untuk mengetahuinya. (baca: 5 cara mengetahui wanita subur)
Jika pada dua kriteria sebelumnya seorang muslimah dapat memperbaikinya secara langsung melalui perubahan pemahaman dan sikap, pada kriteria ketiga ini ikhtiar yang bisa dilakukan seorang muslimah sebatas menjaga kesehatan agar tidak terkena penyakit yang berdampak pada kesuburan, mengkonsumsi makanan yang mendukung kesuburan serta banyak berdoa. Yakinlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengabulkan doa hambanya. Mintalah dengan sungguh-sungguh kepadaNya agar menjadi bagian pemegang saham dari kebanggan Rasulullah akan banyaknya umat beliau. [Muchlisin BK/Keluargacinta.com] 
sumber: http://keluargacinta.com/3-kriteria-wanita-baik-hati-dan-membahagiakan-menurut-nabi/

Minggu, 16 November 2014

Kisah Doa-Doa Unik yang Langsung Dikabulkan Allah

Kisah Doa-Doa Unik yang Langsung Dikabulkan Allah

siluet doaAl Qur’an sering memberikan pelajaran kepada kita melalui kisah. Tentu, kisah yang dipaparkan dalam Al Qur’an adalah kisah nyata.
Diantara kisah-kisah itu, ada kisah tiga doa unik yang langsung dikabulkan oleh Allah. Doa apa, dipanjatkan oleh siapa, mengapa unik dan bagaimana langsung dikabulkan Allah? Mari kita simak.

Doa Nabi Ayyub

Kisah doa Nabi Ayyub ini disebutkan dalam Surat Al Anbiya’ ayat 83-84.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآَتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia berdoa kepada Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah disentuh bahaya (musibah/penyakit) dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadaya dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah” (QS. Al Anbiya’ : 83-84)
Di mana uniknya doa ini? Nabi Ayyub diuji oleh Allah selama tujuh tahun. Ia yang semula kaya raya tiba-tiba jatuh sakit. Karena sakit, ia tak dapat lagi bekerja dan kekayaannya yang bersumber dari bidang pertanian-peternakan itu pun akhirnya habis. Penyakitnya tergolong penyakit yang menular sehingga masyarakat mengusirnya dengan alasan tidak mau tertular. Penyakit itu pun lalu menulari anak-anak Nabi Ayyub. Satu per satu tertular, sakit, akhirnya meninggal. Hingga seluruh anaknya yang berjumlah sembilan itu pun meninggal.
Nabi Ayyub baru berdoa ketika mengetahui istrinya menjual rambutnya hingga gundul. Sebelumnya ia bekerja sebagai pembantu agar Ayyub dan dirinya bisa makan. Namun karena pekerjaan itu tak ada lagi, ia menjual rambutnya tanpa sepengetahuan Ayyub. Begitu Ayyub tahu istrinya menjual rambut demi mendapatkan makanan, ia pun berdoa. Dan lebih unik lagi, doa ini sama sekali tidak ada lafadz meminta. Ia hanya mengadu, bahwa dirinya sedang tersentuh musibah. Doanya juga pendek, meskipun musibahnya panjang.
Setelah Ayyub berdoa, Allah kemudian mengabulkan doa ini dengan segera. Ia kembali sehat. Hartanya kembali banyak. Dan mereka berdua kembali memiliki anak yang jumlah dan jenis kelaminnya sama dengan anak-anak sebelumnya; sembilan putri.

Doa Nabi Yunus

Kisah doa Nabi Yunus ini disebutkan dalam Surat Al Anbiya’ ayat 87-88.
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim’. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman” (QS. Al Anbiya’ : 87-88)
Kondisi sangat gelap yang dimaksud ayat ini adalah, Nabi Yunus ditelan ikan Hiu. Berada di dalam perut ikan hiu di dalam lautan yang gelap adalah kegelapan yang teramat sangat. Pada saat itulah ia berdoa, dengan doa yang unik. Tidak ada lafadz minta dikeluarkan dari perut ikan Hiu, tetapi Nabi Yunus hanya bertauhid, menyucikanNya dan mengakui kesalahannya. Fastajabnaa lahu, maka Allah pun mengabulkan doa itu.

Doa Nabi Zakaria

Kisah doa Nabi Zakaria ini disebutkan dalam Surat Al Anbiya’ ayat 89-90.
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: ‘Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris yang Paling Baik” Maka Kami memperkenankan doanya dan Kami anugerahkan kepadaNya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami” (QS. Al Anbiya’ : 89-90)
Kisah doa Nabi Zakariya ini tak kalah ajaib. Usianya sudah mencapai 80 tahun dan istrinya mandul, namun Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya. Allah memberinya putra lengkap dengan namanya Yahya, dengan cara ashlahnaa lahu zaujah, memperbaiki rahim istrinya. Uniknya, doa Nabi Zakariya juga tidak secara langsung meminta anak, tetapi ia meminta tidak dibiarkan hidup sendiri.
Hari ini kita banyak berdoa, doa kita bahkan panjang-panjang. Namun, kadang banyak yang mengeluh doa itu tidak juga terkabul. Maka kita perbaiki iman kita, kita perbaiki ibadah kita, dan yakinlah Allah akan mengabulkan doa kita. Apalagi apa yang kita minta tidaklah lebih ajaib dari musibah Nabi Ayyub, tidak lebih ajaib terselamatkannya Nabi Yunus, tidak lebih ajaib dari anak yang diminta Nabi Zakariya saat ia telah lanjut usia. Dan kita perlu tahu, lafadz doa tidak harus detail dan terang-terangan seperti apa yang kita minta, karena Allah mengetahui apa yang kita inginkan dan apa yang sesungguhnya kita butuhkan. Wallahu a’lam bish shawab. [Kisahikmah.com, disarikan dari pengajian KH. Farid Dhofir, Lc, M.Si] 
sumber:http://kisahikmah.com/kisah-doa-doa-unik-yang-langsung-dikabulkan-allah/

Rabu, 12 November 2014

Kisah Mengharukan Islamnya Aminah Assilmi

Kisah Mengharukan Islamnya Aminah Assilmi

as
Akhwatmuslimah.com  – Tak banyak orang yang mengenal Aminah Assilmi. Ia adalah Presiden Internasional Union of Muslim Women yang telah meninggal dunia pada 6 Maret 2010, dalam sebuah kecelakaan mobil di Newport, Tennesse, Amerika Serikat.
Perjalanannya menuju Islam cukup unik. Perjalanan yang patut dikenang. Semuanya berawal dari kesalahan kecil sebuah komputer. Mulanya, ia adalah seorang gadis jemaat Southern Baptist – aliran gereja Protestan terbesar di AS, seorang feminis radikal, dan jurnalis penyiaran.
Sewaktu muda, ia bukan gadis yang biasa-biasa saja, tapi cerdas dan unggul di sekolah sehingga mendapatkan beasiswa. Satu hari, sebuah kesalahan komputer terjadi. Siapa sangka, hal itu membawanya kepada misi sebagai seorang Kristen dan mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan.

Tahun 1975 untuk pertama kali komputer dipergunakan untuk proses pra-registrasi di kampusnya. Sebenarnya, ia mendaftar ikut sebuah kelas dalam bidang terapi rekreasional, namun komputer mendatanya masuk dalam kelas teater. Kelas tidak bisa dibatalkan, karena sudah terlambat.
Membatalkan kelas juga bukan pilihan, karena sebagai penerima beasiswa nilai F berarti bahaya.
Lantas, suaminya menyarankan agar Aminah menghadap dosen untuk mencari alternatif dalam kelas pertunjukan. Dan betapa terkejutnya ia, karena kelas dipenuhi dengan anak-anak Arab dan ‘para penunggang unta’. Tak sanggup, ia pun pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak masuk kelas lagi.
Tidak mungkin baginya untuk berada di tengah-tengah orang Arab. ”Tidak mungkin saya duduk di kelas yang penuh dengan orang kafir!” ujarnya kala itu.
Suaminya coba menenangkannya dan mengatakan mungkin Tuhan punya suatu rencana di balik kejadian itu. Selama dua hari Aminah mengurung diri untuk berpikir, hingga akhirnya ia berkesimpulan mungkin itu adalah petunjuk dari Tuhan, agar ia membimbing orang-orang Arab untuk memeluk Kristen.
Jadilah ia memiliki misi yang harus ditunaikan. Di kelas ia terus mendiskusikan ajaran Kristen dengan teman-teman Arab-nya.
”Saya memulai dengan mengatakan bahwa mereka akan dibakar di neraka jika tidak menerima Yesus sebagai penyelamat.
Mereka sangat sopan, tapi tidak pindah agama. Kemudian saya jelaskan betapa Yesus mencintai dan rela mati di tiang salib untuk menghapus dosa-dosa mereka.”
Tapi ajakannya tidak manjur. Teman-teman di kelasnya tak mau berpaling sehingga ia memutuskan untuk mempelajari alquran untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang salah dan Muhammad bukan seorang nabi.
Ia pun melakukan penelitian selama satu setengah tahun dan membaca alquran hingga tamat.
Namun secara tidak sadar, ia perlahan berubah menjadi seseorang yang berbeda, dan suaminya memperhatikan hal itu. ”Saya berubah, sedikit, tapi cukup membuat dirinya terusik. Biasanya kami pergi ke bar tiap Jumat dan Sabtu atau ke pesta. Dan saya tidak lagi mau pergi. Saya menjadi lebih pendiam dan menjauh.”
Melihat perubahan yang terjadi, suaminya menyangka ia selingkuh, karena bagi pria itulah yang membuat seorang wanita berubah.
Puncaknya, ia diminta untuk meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen yang berbeda. Ia terus mempelajari Islam, sambil tetap menjadi seorang Kristen yang taat.
Hingga akhirnya, hidayah itu datang. Akhirnya pada 21 Mei 1977, jemaat gereja yang taat itu menyatakan, ”Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Perjalanan setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, seperti halnya mualaf lain, bukanlah perkara yang mudah. Aminah kehilangan segala yang dicintainya.
Ia kehilangan hampir seluruh temannya, karena dianggap tidak menyenangkan lagi. Ibunya tidak bisa menerima dan berharap itu hanyalah semangat membara yang akan segera padam.
Saudara perempuannya yang ahli jiwa mengira ia gila. Ayahnya yang lemah lembut mengokang senjata dan siap untuk membunuhnya.
Tak lama kemudian ia pun mengenakan hijab. Pada hari yang sama ia kehilangan pekerjaannya.
Lengkap sudah. Ia hidup tanpa ayah, ibu, saudara, teman dan pekerjaan. Jika dulu ia hanya hidup terpisah dengan suami, kini perceraian di depan mata.
Di pengadilan ia harus membuat keputusan pahit dalam hidupnya; melepaskan Islam dan tidak akan kehilangan hak asuh atas anaknya atau tetap memegang Islam dan harus meninggalkan anak-anak. ”Itu adalah 20 menit yang paling menyakitkan dalam hidup saya,” kenangnya.
Bertambah pedih karena dokter telah memvonisnya tidak akan lagi bisa memiliki anak akibat komplikasi yang dideritanya.
”Saya berdoa melebihi dari yang biasanya. Saya tahu, tidak ada tempat yang lebih aman bagi anak-anak saya daripada berada di tangan Allah. Jika saya mengingkari-Nya, maka di masa depan tidak mungkin bagi saya menunjukkan kepada mereka betapa menakjubkannya berada dekat dengan Allah.”
Ia pun memutuskan melepaskan anak-anaknya, sepasang putra-putri kecilnya.
Namun, Allah Maha Pengasih. Ia diberikan anugerah dengan kata-katanya yang indah sehingga membuat banyak orang tersentuh dan perilaku Islami-nya. Dia telah berubah menjadi orang yang berbeda, jauh lebih baik. Begitu baiknya sehingga keluarga, teman dan kerabat yang dulu memusuhinya, perlahan mulai menghargai pilihan hidupnya.
Dalam berbagai kesempatan ia mengirim kartu ucapan untuk mereka, yang ditulisi kalimat-kalimat bijak dari ayat Al-Quran atau hadist, tanpa menyebutkan sumbernya.
Beberapa waktu kemudian ia pun menuai benih yang ditanam. Orang pertama yang menerima Islam adalah neneknya yang berusia lebih dari 100 tahun. Tak lama setelah masuk Islam sang nenek pun meninggal dunia.
”Pada hari ia mengucapkan syahadat, seluruh dosanya diampuni, dan amal-amal baiknya tetap dicatat. Sejenak setelah memeluk Islam ia meninggal dunia, saya tahu buku catatan amalnya berat di sisi kebaikan. Itu membuat saya dipenuhi suka cita!”
Selanjutnya yang menerima Islam adalah orang yang dulu ingin membunuhnya, ayah.
Keislaman sang ayah mengingatkan dirinya pada kisah Umar bin Khattab. Dua tahun setelah Aminah memeluk Islam, ibunya menelepon dan sangat menghargai keyakinannya yang baru. Dan ia berharap Aminah akan tetap memeluknya.
Beberapa tahun kemudian ibu meneleponnya lagi dan bertanya apa yang harus dilakukan seseorang jika ingin menjadi Muslim. Aminah menjawab bahwa ia harus percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya.
”Kalau itu semua orang bodoh juga tahu. Tapi apa yang harus dilakukannya?” tanya ibunya lagi.
Dikatakan oleh Aminah, bahwa jika ibunya sudah percaya berarti ia sudah Muslim. Ibunya lantas berkata, ”OK, baiklah. Tapi jangan bilang-bilang ayahmu dulu,” pesan ibunya.
Ibunya tidak tahu bahwa suaminya (ayah tiri Aminah) telah menjadi Muslim beberapa pekan sebelumnya. Dengan demikian mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa saling mengetahui bahwa pasangannya telah memeluk Islam.
Saudara perempuannya yang dulu berjuang memasukkan Aminah ke rumah sakit jiwa, akhirnya memeluk Islam. Putra Aminah beranjak dewasa. Memasuki usia 21 tahun ia menelepon sang ibu dan berkata ingin menjadi Muslim.
Enam belas tahun setelah perceraian, mantan suaminya juga memeluk Islam. Katanya, selama enam belas tahun ia mengamati Aminah dan ingin agar putri mereka memeluk agama yang sama seperti ibunya.
Pria itu datang menemui dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya. Ia adalah pria yang sangat baik dan Aminah telah memaafkannya sejak dulu.
Mungkin hadiah terbesar baginya adalah apa yang ia terima selanjutnya. Aminah menikah dengan orang lain, dan meskipun dokter telah menyatakan ia tidak bisa punya anak lagi, Allah ternyata menganugerahinya seorang putra yang rupawan.
Jika Allah berkehendak memberikan rahmat kepada seseorang, maka siapa yang bisa mencegahnya? Maka putranya ia beri nama Barakah.
Ia yang dulu kehilangan pekerjaan, kini menjadi Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional. Ia berhasil melobi Kantor Pos Amerika Serikat untuk membuat perangko Idul Fitri dan berjuang agar hari raya itu menjadi hari libur nasional AS.
Pengorbanan yang yang dulu diberikan Aminah demi mempertahankan Islam seakan sudah terbalas. ”Kita semua pasti mati. Saya yakin bahwa kepedihan yang saya alami mengandung berkah.”
Aminah Assilmi kini telah tiada meninggalkan semua yang dikasihinya. Termasuk putranya yang dirawat di rumah sakit, akibat kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang dari New York untuk mengabarkan pesan tentang Islam.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci.[]
sumber: http://www.akhwatmuslimah.com/2012/12/25/1237/kisah-mengharukan-islamnya-aminah-assilmi/

Minggu, 09 November 2014

Cara Rasulullah Mendidik Anak (Usia 10 – 18 Tahun)


Cara Rasulullah Mendidik Anak (Usia 10 – 18 Tahun)


ilustrasi © masjidma.com
ilustrasi © masjidma.com
Kita telah mengetahui cara Rasulullah mendidik anak dari bayi hingga usia 10 tahun. Kini, kita akan melihat tahapan berikutnya. Yakni cara Rasulullah mendidik anak usia 10 tahun hingga 18 tahun dan akhirnya menikah.
Seperti pembahasan sebelumnya, artikel ini hanya berisi gambaran umumnya saja. Adapun penjelasan dan dalil-dalilnya, insya Allah akan diuraikan satu per satu dalam artikel berseri. Mohon doa pembaca semoga kami dimudahkan Allah untuk menyajikannya, mengingat pentingnya bagi kita para orang tua mengetahui dan meneladani bagaimana cara Rasulullah mendidik anak.

Tahap III: Anak usia 10 – 14 tahun

Membiasakan salam
Memberikan makanan dan pakaian yang layak
Membiasakan anak tidur cepat (tidak larut malam)
Memisahkan tempat tidurnya dari orang tua dan saudara yang berbeda jenis kelamin
Mengajari adab tidur
Membiasakan anak menjaga pandangan
Membiasakan anak menutup aurat
Mengajarkan anak tidak menyerupai lawan jenis
Menyayangi, bukan memanjakan
Merawat dan mendoakan ‘ekstra’ saat anak sakit
Meluruskan kesalahan anak dengan bijak
Jika anak melanggar, berikan hukuman mendidik bukan menghukum fisik
Mengajari anak dengan praktek dan keteladanan
Mengajarkan pengobatan alami tingkat dasar
Membangun komunikasi intensif dalam forum keluarga
Mengajarkan dan membiasakan adab masuk rumah
Mengajarkan adab bertamu
Mengajarkan dan membiasakan adab masuk kamar orang tua
Membiasakan anak menghadiri undangan dan bersilaturahim
Mengajarkan anak berbuat baik kepada tetangga
Menjaga anak dari pergaulan buruk
Mengajarkan dan membiasakan adab berbicara
Mengajarkan anak menghormati ulama
Membiasakan anak mengasihi teman
Mengajarkan anak hidup sederhana
Mengajarkan anak berjuang dalam kehidupan, menghadapi ujian dan kesulitan

Tahap IV: Anak usia 15 – 18 tahun

Memotivasi anak memanfaatkan dan mengoptimalkan waktu pagi
Memastikan anak mengisi waktu luang dengan hal-hal positif
Menguatkan kecintaan kepada Rasulullah dan Al Qur’an
Mengarahkan anak menjadi teladan dalam pergaulan
Mengajarkan kemandirian dan menjauhi kemalasan
Lebih memperhatikan kualitas pendidikan, ilmu dan Al Qur’an
Mengajari anak bahasa asing
Mengenali pola pikir anak
Memberikan nasehat pada momen yang tepat
Mengajaknya rekreasi bersama
Mengajari anak memikul amanah dan tanggungjawab
Memberinya tugas penting
Memupuk militansi dan semangat berjuang
Menumbuhkan semangat berkompetisi
Menanamkan motivasi untuk berhaji
Mempersiapkan anak menjadi mujahid
Memahamkan dan memotivasi untuk menikah jika telah memiliki ba’ah
[Diadaptasi Keluargacinta.com dari buku Athfalul Muslimin Kaifa Rabbahum Nabi al Amin karya Jamal Abdurrahman. Buku ini telah diterjemahkan oleh banyak penerbit dalam beberapa versi, antara lain: Parenting Rasulullah, Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak, dan Islamic Parenting
sumber : http://keluargacinta.com/cara-rasulullah-mendidik-anak-usia-10-18-tahun/

Kisah Istri Shalihah, Setia Menunggu Suami 6 Tahun Koma


Kisah Istri Shalihah, Setia Menunggu Suami 6 Tahun Koma

ilustrasi muslimah berdoa – onislam.net
ilustrasi muslimah berdoa – onislam.net
Sosok wanita shalihah dan istri setia melekat pada Ummu Asmaa. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun ia setia menunggui suaminya yang koma. Dokter memvonis suaminya tak mungkin sembuh, bahkan ada syaikh merekomendasikan agar Ummu Asmaa bercerai dan menikah lagi. Tapi ia mengabaikan itu semua. Ia memilih setia. Apa yang akhirnya ia dapat? Ini kisahnya yang mengharukan…
Suamiku adalah pria yang shalih dan berakhlak mulia. Ia juga sangat berbakti pada kedua orangtuanya. Sejak menikah dengannya pada tahun 1390 Hijriyah, kami tinggal bersama orang tuanya di Riyadh. Kebahagiaanku semakin bertambah, saat Allah mengkaruniakan seorang putri kepada kami setahun kemudian. Kami memberinya nama Asmaa.
Ketika putri kami berusia satu tahun, suami pindah kerja di daerah Timur Arab Saudi. Ia bekerja di sana selama sepekan dan pulang ke rumah selama sepekan. Begitu seterusnya hingga tiga tahun lamanya.
Suatu hari, tepatnya pada 9 Ramadhan tahun 1395 H, sebuah berita mengejutkan datang kepada kami. Bak petir di siang hari membelah langit yang cerah. Mobil suamiku terbalik saat pulang menuju Riyadh. Kecelakaan itu begitu hebat hingga membuatnya langsung koma. Ia segera dilarikan ke rumah sakit. Tim dokter spesialis yang menanganinya mengatakan, suamiku mengalami kelumpuhan otak. 95 persen otaknya telah mati.
Hari-hari itu membuatku sangat sedih. Suami tercinta yang selama ini menjadi tumpuan hidup kami kini terbaring koma. Satu hari.. dua hari.. satu pekan.. dua pekan.. waktu terasa sangat lambat, dan kondisi suamiku tak mengalami perubahan apapun. Orangtuanya yang sudah lanjut usia tak kalah sedih. Namun yang membuatku paling sedih, ketika Asmaa menanyakan di mana ayahnya. Mengapa ia tak kunjung pulang. Kami memang menyembunyikan kabar sebenarnya dari Asmaa. “Umi, abi kok tidak pulang-pulang ya, katanya mau membelikan mainan?” tanya Asmaa dengan polosnya. Sambil berusaha menahan air mata, aku hanya bisa menjawab, “Sabar ya sayang… insya Allah nanti abi akan kembali.”
Bulan demi bulan berlalu. Tahun berganti tahun. Tak ada perubahan pada suamiku. Aku dan mertua bergantian menjenguknya.
Lima tahun sudah suamiku koma. Sebagian orang menyarankan agar aku mengajukan cerai ke pengadilan karena menurut dokter tak ada harapan sembuh untuk suamiku. Bahkan, seorang syaikh pun merekomendasikan hal itu setelah mengetahui bahwa otak suamiku lumpuh untuk selamanya.
“Tidak,” jawabku tegas setiap kali ada saran untuk bercerai. “Selama suamiku belum dikubur, aku akan tetap menjadi istrinya.”
Aku pun memfokuskan konsentrasiku untuk mentarbiyah Asmaa. Aku mengajarinya, aku juga memasukkannya ke sekolah tahfidz. Ia mulai terbiasa shalat malam pada usia 7 tahun. Dan alhamdulillah, ia bisa hafal Qur’an sebelum menginjak usia 10 tahun. Seiring bertambahnya hafalan dan kedekatannya dengan Al Qur’an, kedewasaannya pun meningkat melampaui usianya. Aku pikir inilah waktu yang tepat untuk menyampaikan hal sebenarnya tentang ayahnya. Asmaa menangis. Ia sangat sedih mendengar kabar ayahnya. Terkadang, ia juga terlihat diam menyendiri.
Sejak tahu ayahnya koma di rumah sakit, Asmaa selalu membersamaiku ke sana. Ia mendoakan dan meruqyah ayahnya, ia juga bersedekah untuk ayahnya.
Hingga suatu hari pada tahun 1410, Asmaa meminta ijin menginap di rumah sakit. “Aku ingin menunggui ayah malam ini” pintanya dengan nada mengiba. Aku tak bisa mencegah.
Malam itu, Asmaa duduk di samping ayahnya. Ia membaca surat Al Baqarah di sana. Dan begitu selesai ayat terakhirnya, rasa kantuk menyergapnya. Ia tertidur di dekat ayahnya yang masih koma. Tak berapa lama kemudian, Asmaa terbangun. Ada ketenangan dalam tidur singkatnya itu. lalu, ia pun berwudhu dan menunaikan shalat malam.
Selesai shalat beberapa raka’at, rasa kantuk kembali menyergap Asmaa. Tetapi, kantuk itu segera hilang ketika Asmaa merasa ada suara yang memanggilnya, antara tidur dan terjaga. “Bangunlah… bagaimana mungkin engkau tidur sementara waktu ini adalah waktu mustajab untuk berdoa? Allah tidak akan menolak doa hamba di waktu ini”
Asmaa pun kemudian mengangkat tangannya dan berdoa. “Yaa Rabbi, Yaa Hayyu…Yaa ‘Adziim… Yaa Jabbaar… Yaa Kabiir… Yaa Mut’aal… Yaa Rahmaan… Yaa Rahiim… ini adalah ayahku, seorang hamba dari hamba-hambaMu, ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah bersabar, kami Memuji Engkau…, kemi beriman dengan keputusan dan ketetapanMu baginya…
Ya Allah…, sesungguhnya ia berada di bawah kehendakMu dan kasih sayangMu.., Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya… Yang telah menyelamatkan Nabi Yuunus dari perut ikan paus, Engkau Yang telah menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim… sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya…
Ya Allah… sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasanya ia tidak mungkin lagi sembuh… Ya Allah milikMu-lah kekuasaan dan keagungan, sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya…”
Sebelum Subuh, rasa kantuk datang lagi. Dan Asmaa pun tertidur.
“Siapa engkau, mengapa kau ada di sini?” suara itu membangunkan Asmaa. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sumber suara. Tak ada orang. Betapa bahagia dirinya, ternyata suara itu adalah suara ayahnya. Ia sadar dari koma panjangnya. Begitu bahagianya Asmaa, ia pun memeluk ayahnya yang masih terbaring. Sang ayah kaget.
“Takutlah kepada Allah. Engkau tidak halal bagiku” kata sang ayah.
“Aku ini putrimu ayah. Aku Asmaa” tak menghiraukan keheranan sang ayah, Asmaa segera menghubungi dokter dan mengatakan apa yang terjadi.
Para dokter yang piket pada pagi itu hanya bisa mengucapkan “masya Allah”. Mereka hampir tak percaya dengan peristiwa menakjubkan ini. Bagaimana mungkin otak yang telah mati kini kembali? Ini benar-benar kekuasaan Allah.
Sementara Abu Asmaa, ia juga heran mengapa dirinya berada di situ. Ketika Asmaa dan ibunya menceritakan bahwa ia telah koma selama tujuh tahun, ia hanya bertasbih dan memuji Allah. “Sungguh Allah Maha Baik. Dialah yang menjaga hamba-hambaNya” simpulnya.
Demikianlah, aku sangat berbahagia dengan keajaiban dari Allah ini. Aku hanya bisa bersykur kepada Allah yang telah mengokohkan kesetiaanku dan membimbingku untuk mentarbiyah putriku. [Kisahikmah.com, ditulis secara bebas dari kisah asli muslm.org
sumber : http://kisahikmah.com/kisah-istri-shalihah-setia-menunggu-suami-6-tahun-koma/

Sabtu, 08 November 2014

Kematian Menjelang Hari Pernikahan

Kematian Menjelang Hari Pernikahan

| 18/11/2011 | 0 Komentar
Akhwatmuslimah.comCarilah cinta yang sejati…
Yang ada hanyalah pada-Nya
Carilah cinta yang hakiki
Yang hanya pada-Nya yang Esa

Carilah cinta yang abadi
Yang ada hanyalah pada-Nya
Carilah kasih yang kekal selamanya
Yang ada hanyalah pada Tuhan-mu
Di dalam mencari cinta yang sejati
Banyaknya ranjau kan ditempuhi
Di dalam mendapat cinta yang hakiki
Banyaknya onak yang dilewati
Namun janji-Nya kepada hamba-nya
Tidak pernah dimungkiri
Dan tidak pernah melupakanmu…
Yakinlah kepada Tuhanmu
Karena Dialah cinta hakiki…
– Raihan –
“Wah, bentar lagi nikah nih… Kan sudah mau lulus kuliah…” ujar seorang ummahat menggoda juniornya yang sudah tingkat akhir. Saat sang junior menjawab belum ada planning, ummahat yang mantan aktivis da’wah kampus tersebut segera menimpali, “Harus sudah ada planning, dek.. Saya dulu waktu kuliah sudah bikin planning nikah sejak tahun 1998, dan saya benar-benar menikah tahun 2003.” Ia menjelaskan sambil menunjukkan foto dirinya yang tengah menggendong buah hatinya, dan bersama sang suami tentunya.
Di lain waktu, ummahat yang lain bertanya lagi, “Sudah tingkat akhir ya.. Habis itu, nikah dong ya…” goda ummahat mantan ADK tersebut sambil tersenyum. Sang junior yang digoda, menjawab dengan senyum-senyum pula, “Wah mbak, belum kebayang siapa ikhwannya…” Mendengar jawaban seperti itu, sang ummahat segera berkomentar, “Ya jangan dibayangin, dan memang ngga boleh dibayangin. Itu rahasia Allah, dek…”
Di tempat lain. Seorang ikhwan yang berusia seperempat abad, sering digoda oleh ustadz dan teman-temannya, “Kapan nikah? Menggenapkan setengah dien ^ _ ^ “ Bahkan di rumah, sang ayah sudah menanyakan pula tentang hal ini dan berharap agar puteranya itu secepatnya menikah.
Arti Pernikahan
Kelahiran, pernikahan dan kematian. Demikian siklus kehidupan yang sering digambarkan oleh kebanyakan manusia. Pernikahan menjadi bagian bersejarah dan sakral. Apa arti pernikahan bagi manusia?
Menikah bagi sebagian manusia adalah beban. Karena berarti harus siap berbagi dengan orang lain, pun harus memiliki keturunan. Bagi kebanyakan orang di Barat, menikah bukanlah sesuatu yang sakral lagi. Menikah sangatlah merepotkan. Harus memiliki anak dan sebagainya. Mereka lebih memilih untuk tidak menikah. Untuk apa menikah bila harus terikat, dan tidak bisa bebas menyalurkan kebutuhan seksnya dengan siapa saja. Memiliki anak pun dianggap beban. Bahkan orang-orang di Jepang membuat perhitungan yang rumit tentang biaya pendidikan bila sampai memiliki anak. Stres. Di Jerman, pemerintah menawarkan pembiayaan bagi mereka yang mau melahirkan dan membesarkan anak-anaknya.
Menikah bagi sebagian manusia adalah syarat untuk melegalkan asmara. Sudah sekian tahun berpacaran dan mengenal. Lantas apalagi yang ditunggu? Daripada nanti berzina. Menikah diartikan sebagai penyatuan cinta semata. Lebih dari itu tidak. Anak yang kelak akan dilahirkan, diplanningkan hanya dalam masalah pendidikan saja ; S1, S2, dst…. Bahkan atas nama cinta pula, bila cinta sudah luntur dan hambar, maka perceraian menjadi mudah.
Menikah bagi sebagian manusia, adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Menikah adalah bagian dari idealismenya untuk memakmurkan bumi dengan keturunan yang dapat menegakkan kalimah Tuhannya. Keturunan yang sholeh, akan membawa kedua orang tuanya menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Pernikahan orang-orang ini, sangat selektif. Menikah dengan pendamping yang juga sholeh adalah harapan untuk dapat saling mengokohkan di tengah peperangan antara yang haq dan yang batil. Maka tidak bisa tidak, syarat pendamping yang haraki dan se-fikrah seakan menjadi wajib hukumnya bagi mereka.
Pernikahan Atas Nama Cinta ?
Sebagian manusia ingin menikah karena cinta yang memabukkan. Tak sabar ingin memadu cinta. Larangan Tuhannya ditabrak. Pacaran menjadi halal. Siang dan malam yang terbayang hanyalah wajah si dia. Lagu-lagu cinta melankolis menjadi alunan indah dari hati yang merindu. Bila sang kekasih dekat, ia takut berpisah. Bila sang kekasih jauh, hatinya resah gelisah menahan kerinduan. Lalainya hati karena disibukkan oleh selain-Nya adalah kesengsaraan dan kerugian tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
Menikah adalah moment yang dinanti. Didamba. Seakan-akan, menikah adalah terminal akhir dari kisah percintaan. Dunia penuh dengan hingar bingar cinta nafsu yang memang di blow up oleh media-media. Lagu, sinetron, film,… semuanya atas nama cinta.
Cinta nafsu. Thaghut baru.
Sebagian orang mengatakan bahwa menikahi sang kekasih adalah karena cintanya kepada Allah. Apakah benar cinta karena Allah? Karena jika saja cinta itu benar karena Allah, niscaya akan membawa diri semakin dekat kepada-Nya. Maka patut dipertanyakan cintanya itu, apakah benar karena Allah atau hawa nafsu semata.
Cinta. Meminta dan memberi cinta dari dan kepada yang belum berhak. Alangkah malunya hati bila memberikan cinta pada yang tidak berhak. Tiadalah berhak memberikannya, karena sudah ada pemiliknya, meski belum tahu siapakah belahan jiwa itu… karena pasangan jiwa adalah rahasia Allah. “ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, maka mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal) “ (QS. Al Baqarah : 165)
Mereka Menjemput Kematian
Pernikahan identik dengan kebahagiaan, sedang kematian, identik dengan kesedihan. Tetapi tidak selamanya demikian. Bisa jadi, kematian lebih membahagiakan ketimbang pernikahan. Dan sementara sebagian orang mengejar cinta dan disibukkan angan-angan akan pernikahan dengan sang kekasih, para pejuang justru sibuk menggadaikan seluruh yang mereka miliki, termasuk pernikahannya demi sebuah perniagaan yang balasannya adalah syurga.
Ayat Al Akrash. 17 tahun. Menggapai syahadah menjelang pernikahannya. Pernikahan yang seharusnya menjadi penantian semua gadis. Menikah di kemelut perjuangan membebaskan bangsa dari penjajahan? Ayat Al Akrash bukannya tak punya cinta. Ia mencintai calon suaminya. Tetapi, ada yang lebih tinggi dari cinta kepada manusia, yaitu cinta kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ya, dan bom cinta itu menewaskan 3 tentara Israel dan melukai 70 orang lainnya. Subhanallah… Ayat kini telah menjadi mempelai wanita seluruh warga Palestina dan pejuang Islam sedunia.
Zahid. 35 th. Sahabat Rasulullah SAW ini akan menikah dengan wanita yang sholehah, sangat cantik dan terhormat. Ia tengah mempersiapkan pernikahannya. Panggilan jihad berkumandang. Para sahabat menyarankan kepadanya untuk tidak ikut berjihad, karena ia akan berbulan madu. Tetapi apa jawaban sang pejuang ini? Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!” Lalu Zahid menyitir ayat, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (QS. 9:24). Dan majulah Zahid ke medan pertempuran. Menggapai syahid.
Abdurrahman bin Abu Bakar. Menikah dengan ‘Atikah. Ia sangat mencintai isterinya karena agama dan akhlaknya. Yang karena kecintaannya itu, membuat Abdurrahman betah di rumah dan beberapa kali tidak shalat berjamaah di masjid. Mengetahui hal ini, Abu Bakar menyuruhnya menceraikan saja isterinya itu. Dan Abdurrahman bersyair dengan sedih untuk isterinya, “Demi Allah tidaklah aku melupakanmu walau matahari kan terbit meninggi dan tidaklah terurai air mata merpati itu kecuali berbagi hati. Tidak pernah kudapatkan orang sepertiku mentalak orang seperti dia, dan tidaklah orang seperti dia ditalak karena dosanya. Dia berakhlak mulia, beragama dan bernabikan Muhammad. Berbudi pekerti tinggi bersifat pemalu dan halus tutur katanya..” Namun kecintaan yang dalam kepada ‘Atikah tidak menghalanginya untuk memenuhi panggilan Allah kala jihad dikumandangkan. Ada cinta di atas cinta. Ia tinggalkan isterinya dan berjuang hingga syahid. Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi.
Hanzolah. Sahabat Rasulullah SAW. Pengantin baru. Malam pertama. Panggilan jihad berkumandang. Dan ia memenuhi panggilan itu hingga menggapai syahid, dalam keadaan masih junub. Dimandikan oleh para malaikat. Diabadikan dalam catatan sejarah kafilah para syuhada.
Yaseen Al Jazairi. Pejuang dari Algeria. Syahid di Afghanistan pada tahun 1989. Akan menikah. Namun panggilan jihad di Afghanistan membuatnya rela menggadaikan tabungan pernikahannya untuk membeli tiket ke tanah jihad, Afghanistan, dan syahid di sana. Say: If your fathers, your sons, your brothers, your wives, your kindred, the wealth that you have gained, the commerce in which you fear a decline, and the dwellings in which you delight, are dearer to you than Allah and His Messenger, and striving hard and fighting in His Cause, then wait until Allah brings about His Decision (torment). And Allah guides not the people who are Al-Fasiqoon (the rebellious, disobedient) to Allah.” [Quran 9:24].
Mereka Dijemput Kematian
Menikah. Begitu banyak harapan yang manusia inginkan pada calon pasangannya. Harus begini dan begitu. Sebagai tanda kehati-hatian dalam memilih. Namun janganlah bergantung pada manusia, siapapun itu.. Karena manusia tetaplah manusia, yang jiwanya ada dalam genggaman-Nya.
Seorang ikhwan berta’aruf dengan seorang akhwat. Hari pernikahan sudah ditentukan. Kala sang akhwat usai membeli pakaian pernikahan bersama calon mertuanya, mobil yang mereka kendarai bertabrakan dengan sebuah truk. Sang akhwat meninggal dengan wajah hancur. Sang calon suami melepas kepergiannya di pemakaman dengan kesedihan yang mendalam. Ia berjanji tidak akan menikah, kecuali sampai tiga tahun lagi karena sangat sulit baginya untuk melupakan calon isteri. Masih sering teringat di benaknya ketika mereka berta’aruf, yang tentunya tidak berduaan, melainkan ditemani oleh teman-teman akhwat yang lainnya, beramai-ramai.
Kisah yang tak jauh berbeda. Ikhwan dan akhwat yang baru saja usai acara ijab qabul. Dalam resepsi pernikahan, sang akhwat meninggal dunia karena memang tengah sakit. Suaminya sangat berduka. Pun banyak kisah-kisah ikhwah yang kematian menjemput dikala pernikahan sudah tinggal hitungan hari.
Penutup
Banyak manusia yang berangan muluk dan berhasrat mencari cinta yang memenuhi segenap jiwa, hingga hari-harinya disibukkan oleh sang kekasih, tetapi laa haula wala quwwata illah billah…, ternyata didahului takdir dan kematian lebih dahulu merenggut nyawa.
Pernikahan adalah moment yang paling dinanti oleh kebanyakan manusia di dunia dan semua orang seakan berlomba mengagungkan cinta. Tetapi diantara manusia-manusia itu, masih ada orang-orang yang rela meninggalkan apa yang didamba oleh kebanyakan manusia, demi sebuah cinta sejati dan kerinduan akan kehidupan yang abadi. “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhan-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”(QS. Al Fajr : 27 – 30). [ANW]
sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2011/11/18/494/kematian-menjelang-hari-pernikahan/

7 Poin yang Perlu Diperhatikan Jika Doa Belum Dikabulkan

7 Poin yang Perlu Diperhatikan Jika Doa Belum Dikabulkan

Ust Arifin Ilham
Terkadang, kita merasa sudah sekian lama berdoa tetapi belum juga diijabah Allah. Kita pun bertanya-tanya apakah doa tersebut tidak dikabulkan Allah atau belum dikabulkan? Lalu bagaimana sikap kita menghadapi doa yang telah lama dipanjatkan tetapi belum juga dikabulkan? Berikut ini tujuh poin penting yang dinasehatkan KH Arifin Ilham melalui Facebook-nya, Jum’at (7/11):

Ustadz, mengapa doa-doaku tidak diijabah Allah?

Sahabatku,
1. Tugas kita sebagai hamba-Nya berdoa, hak prerogratif Allah untuk mengijabahnya.

2. Allah ingin kita selalu berdoa pada-Nya, boleh jadi kalau dikabulkan kita tidak berdoa lagi.

3. Tidak dikabulkan karena kalau dikabulkan membawa fitnah untuk kita, tidak jadi kaya, boleh jadi setelah kaya jadi sombong.

4. InsyaAllah dikabulkan hanya waktu kemudian, atau

5. Allah hanya kabulkan di akhirat saja, jadi doa sebagai tabungan akhirat.

6. Allah kabulkan dalam bentuk lain, Allah tahu baik buruknya untuk kita,

7. Kalau tidak juga tetaplah baik sangka, dan saatnya untuk muhasabah diri, mungkin hidup kita dari rizki tidak halal, mungkin ibadah kita masih diiringi ma'siyat, atau masih sering menyakiti orang lain atau aurat kita masih belum terjaga...

So perbaiki diri, sungguh-sungguhlah taat dan jangan pernah putus asa dalam berdoa! Baca dengan iman, "Berdoalah kalian kepada-Ku, pasti KU ijabah doa kalian!!" (QS al Mu'min : 60).

SubhanAllah, terus terus terus berdoa karena kita tidak tahu kapan, di mana dan bagaimana doa kita diijabah Allah...insya Allah, aamiin. []
sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/11/7-poin-yang-perlu-diperhatikan-jika-doa.html